WAMENA – Sinode Gereja Kemah Injil (KINGMI) di Tanah Papua menyatakan dukanya atas peristiwa penggerebekan Kantor Klasis Kenyam Geraja tersebut pada 17 September lalu sekitar pukul 23.30 WIT.
Penggerebekan tersebut disertai penganiayaan terhadap Ketua Klasis Kenyam Pdt Zakeus Tabuni, Sth, dan badan pengurus Sinode Kemah Injil Pdt. Lazarus Elopere, STh dan Pdt Nataniel Tabuni S,Th.
Sekretaris umun sinode Gereja Kemah Injil (KINGMI) di Tanah Papua Pdt Dominggus Pigai, MTh mengakui jika saat ini pihaknya sedang berada dalam keadaan duka atas pengerebakan di kantor Klasis Kenyam Gereja Kemah Injil (KINGMI) di Tanah Papua oleh tim gabungan aparat keamanan yang di lakukan pada 17 september 2023 pukul 23.30 WIT.
“Atas peristiwa tersebut Ketua Klasis Kenyam Pdt Zakeus Tabuni, Sth, dan badan pengurus Sinode Kemah Injil Pdt. Lazarus Elopere, STh dan Pdt Nataniel Tabuni S,Th. Dianiaya dengan cara di pukul hingga babak belur,”ungkapnya Selasa (19/9) usai Perayaan Jubelium KINGMI Ditanah Papua
Pdt Pigai mengaku usai datang merusak pintu Kantor klasis mereka mengatakan jika ini gereja setan ini, dengan adanya insiden ini maka pihaknya meminta, semua pasukan non organik yang ada di kabupaten Nduga ibu kota Kenyam itu segera ditarik kembali.
“Kami tidak ingin hidup terus di atas trauma dan ketakutan di atas tanah kami sendiri dengan tindakan –tindakan yang dilakukan oleh aparat keamanan,”tegasnya.
Sementara itu dari informasi yang dihimpun media ini kejadian tersebut tanggal 17 September 2023 sekitar pukul 23.30, di ibukota Kabupaten Nduga tepatnya Distrik Kenyam, terjadi pengrebekan Kantor Kelasis Kenyam Gereja Kemah Injil (KINGMI) di Tanah Papua oleh tim gabungan aparat keamanan.
Dalam aksi pengerebekan tersebut, terjadi pengrusakan kantor Klasis dan penganiayaan terhadap Ketua Klasis Kenyam Gereja Kemah Injil (Kingmi) di Tanah Papua Pdt. Zakeus Kogoya,S.Th dan Badan Pengurus Sinode Gereja Kemah Injil (KINMI) di Tanah Papua Ketua Penginjilan Pdt. Lazarus Elopere, S.Th dan Pdt Nataniel Tabuni S.Th. mereka dipukul tanpa ada penyampaian apapun.
Pada saat itu Pdt.Nataniel Tabuni yang merupakan bendahara 1 Sinode Gereja Kemah Injil (Kingmi) di Tanah Papua, bersama ketua Kordinator Penginjilan bersama-sama sedang tidur di kantor Klasis Kenyam, namun aparat keamanan tanpa ada basa-basi atau berikan surat perintah langsung menyerbu pintu kantor Kelasis dan masuk ke dalamnya, kemudian naik ke lantai 2 ditempat yang dua pendeta itu tidur.
Dua pendeta tersebut ditarik turun dari lantai dua untuk di interogasi namun karena kedatangan aparat di malam hari maka Pdt Nataniel bertanya.
“Kenapa malam-malam datang tangkap kami seperti pencuri” seketika itu langsung mendapat pukulan hingga giginya patah. Di saat yang sama ketua Klasis berteriak “dalam nama Yesus” sambil turun dari lantai 2 turun dari lantai dua melihat aparat keamanan sudah merusak pintu kamar yang diisi oleh anak Ev. Urbanus Kogeya, S.Th. saat itu juga ketua Kelasis dipukul dan ditendang.
Dalam aksi tersebut aparat juga menangkap anak-anak ketua klasis yang sedang bersama di kantor Klasis dipukul, kemudian langsung dibawa ke Polres Kenyam seperti Ev. Urbanus Kogoya, S.Th (anak dari bapak ketua kelasis, yang baru 2 tahun lalu selesai Studinya), Marko Kogoya anaknya Ketua Klasis, bekerja sebagai tenaga honorer Dinas Lingkungan Hidup kabupaten Nduga, Indisina Gwijangge yang merupakan menantu ketua klasis Kenyam, dan Barini Gwijangge, (pemuda Gereja)
Akibat dari insiden ini, masyarakat atau umat gabungan kristen yang terdiri dari Gereja Kingmi, GKII, GKI, Baptis, Pentakosta dan Katolik, duduk lakukan aksi protes di pusat perkotaan Kenyam.
Menyoroti pemerintah Indonesia, karena tindakan ini tidak bermoral dan tidak berprikemanusiaan, apalagi memukuli menganiaya pimpinan gereja dan juga menista agama dengan menyatakan Gereja setan.
Tanpa menunjukan surat perintah maka kapolda Papua serta kapolres Nduga harus di tindak tegas dengan Nyata sanksinya, kepada oknom-oknom aparat yang main hakim sendiri.
Sementara itu Ketua DPRD Nduga, Ikabus Gwijangge mengatakan ada empat orang diamankan lantaran diduga kerap berkomunikasi atau menemui Egianus Kogeya.
“Mereka diamankan aparat lantaran dicurigai memberikan makanan termasuk berkomunikasi dengan Egianus Kogeya,” kata Ikabus kepada Cenderawasih Pos, Rabu (20/9).
Menurut Ikabus, aparat keamanan salah dalam tindakannya. Menaruh kecurigaan yang berlebihan kepada warga Nduga, bahkan mereka yang tidak tahu menahu persoalan ikut terseret.
“Hentikan penangkapan warga sipil tanpa dasar apapun. Jangan karena kecurigaan yang berlebihan hingga melakukan penggerebekan tempat ibadah dimalam hari, tidak boleh terjadi hal hal seperti ini. Jika memang terbukti, silahkan menyurat kepada orang yang bersalah,” tegasnya.
“Kedatangan saya di lokasi saat itu hendak melerai, justru aparat mengatai saya ‘DPR goblok’. Bahasa bahasa seperti ini kan tidak seharusnya keluar dari mulut aparat,” kata Ikabus.
Terkait dengan peristiwa tersebut, pihaknya meminta Kapolda Papua Irjen Pol Mathius D Fakhiri hanya mengirim pasukan organik di Nduga. Mereka yang memahami situasi dan kondisi masyarakat.
“Kapolda Papua mengirim pasukan ke Ndugama harus yang sudah mengerti daerah tersebut agar kita sama sama menjaga daerah ini. Selain itu, bukan anggota yang burutal. Tindakan mereka yang seperti ini makin mempertebal rasa antipati masyarakat terhadap aparat. Bukan hanya itu, kejadian ini telah menimbulkan rasa trauma mendalam kepada masyarakat tetapi khususnya pada hamba-hamba Tuhan,” pungkasnya.
Dua hari setelah kejadian, warga Nduga sampaikan aspirasi di Bundaran Kenyam (19/9). Bahkan Pdt Zakeus menunjukan pintu kantor Kelasis yang rusak kepada pemerintah daerah setempat. (jo/fia/wen)