Friday, April 26, 2024
25.7 C
Jayapura

Pastikan Persoalan Tambang, Komnas HAM Akan Turunkan Tim

Frits Ramandey ( FOTO : Elfira/Cepos)

JAYAPURA-Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) akan menerjunkan Tim ke lokasi penambangan tradisional di Distrik Seredala, Kabupaten Yahukimo.

Kepala Kantor Perwakilan Komnas HAM Papua Fris Ramandey mengatakan, pihaknya sudah mendapatkan beberapa pengaduan. Termasuk Komnas HAM juga sudah mendapatkan kerangka mayat yang dibakar.

“Meski sudah mendapatkan kerangka mayat yang dibakar, tapikan kita perlu mengecek korban yang selamat juga,” ucap Frits kepada Cenderawasih Pos, Rabu (18/9).

Dikatakan, tim yang akan ke lapangan nantinya akan mengecek izin penambangan seperti apa. Termasuk apakah tambang tersebut memiliki izin dari Pemda. Apakah penambangan rakyat ataukah penambangan ilegal.

“Kita pastikan itu dulu. Setelah itu barulah kita mengecek berapa jumlah korban yang meninggal duni, dan korban yang selamat serta kronologisnya seperti apa,” tutur Frits.

Termasuk mencari tahu kelompok mana yang melakukan pembunuhan terhadap mereka yang meninggal. Pihaknya juga akan memintai keterangan dari korban selamat yang saat ini tersebar di Asmat dan Boven Digoel.

“Apakah  kasus ini terpisah dari aksi-aksi yang lain itu juga akan diselidiki oleh tim yang akan turun ke TKP nantinya,” ucapnya.

Sebelumnya, Kapolres Boven Digoel, AKBP Samsul Rizal menyampaikan ada ratusan orang pendulang emas  tambang tradisional,  Distrik Seredala,  Kabupaten Yahukimo melarikan diri ke Kabupaten Boven Digoel.  Hal ini untuk menghindari aksi kekerasan dari sekelompok orang di lokasi tambang tersebut. 

Baca Juga :  Target Terealisasi Tahun 2020

Ratusan warga tersebut melarikan diri dengan menggunakan perahu motor. Terdapat  tiga warga dalam kondisi luka dan sudah mendapatkan perawatan di rumah sakit setempat.

“Kami telah mengambil keterangan dari sejumlah pendulang yang melihat langsung adanya insiden penyerangan dari kelompok tersebut, dari hasil pemeriksaan sementara terdapat  beberapa lokasi tambang dan jaraknya sangat jauh. Diperkirakan masih terdapat 500 pendulang di lokasi-lokasi tersebut,” jelasnya.

Adapun para pendulang tersebut rata-rata berasal dari luar Papua.  Sebagian besar pendulang ini telah berada di sejumlah paguyuban masyarakat dari  kampung halamannya setelah dilakukan pendataan.  

Secara terpisah, Dandim 1702/Jayawijaya Letkol Inf Candra Dianto mengatakan belum bisa dipastikan ada keterlibatan Kelompok Kriminal Sipil Bersenjata (KKSB) pada pembantaian pendulang emas di Kabupaten Pegunungan Bintang (Pegubin), beberapa waktu lalu. Kasus yang sebelumnya diduga terjadi di wilayah Kabupaten Yahukimo itu kini ditangani Polres dan Kodim Kabupaten Boven Digoel.

“Belum kita pastikan keterlibatan KKSB. Yang pasti adanya permasalahan perebutan lahan pertambangan masyarakat antara pendatang dan masyarakat setempat yang mempunyai kampung halaman di sana,”ungkapnya, Rabu (18/9) kemarin.

Baca Juga :  Kapolres Sebut Pelakunya KKB

Kasus pembantaian pendulang itu menurut Candra Dianto, terjadi di Kampung Kawe, Distrik Awinbon, Kabupaten Pegunungan Bintang. Tetapi akses dari pusat ibu kota kabupaten ke wilayah itu susah. 

Pendulang-pendulang tersebut sebelumnya datang ke Pegubin melalui Kabupaten Boven Digoel, karena akses dari sini yang lebih dekat.

“Akses dari ibu kota ke sana tidak ada sehingga kita berkoordinasi dengan Kodim dan Polres Boven Digoel. Karena akses paling mudah melalui Boven Digoel,”katanya

Menurut Dandim,  dari laporan terakhir yang dirilis kepolisian dalam hal ini Polres Boven Digoel, telah ditemukan empat korban meninggal dunia di Kampung Kawe. Kasus ini juga masih dalam penyelidikan karena banyaknya pendulang yang mengungsi ke Boven Digoel sehingga pena ganannya di sana.

Ditambahkan, pihaknya menyerahkan sepenuhnya kepada Kodim dan Polres Boven Digoel untuk melakukan pengamanan dan penyelidikan lebih lanjut untuk kasus ini. Karena sampai saat ini, dirinya belum bisa memastikan adanya keterlibatan kelompok kriminal  di sana.

“Sekali lagi masalah ini timbul dari perebutan tempat pendulangan. Sejauh ini, baru itu yang kita ketahui. Untuk keterlibatan kelompok kriminal belum bisa kita pastikan,”tambahnya.(fia/jo/nat)

Frits Ramandey ( FOTO : Elfira/Cepos)

JAYAPURA-Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) akan menerjunkan Tim ke lokasi penambangan tradisional di Distrik Seredala, Kabupaten Yahukimo.

Kepala Kantor Perwakilan Komnas HAM Papua Fris Ramandey mengatakan, pihaknya sudah mendapatkan beberapa pengaduan. Termasuk Komnas HAM juga sudah mendapatkan kerangka mayat yang dibakar.

“Meski sudah mendapatkan kerangka mayat yang dibakar, tapikan kita perlu mengecek korban yang selamat juga,” ucap Frits kepada Cenderawasih Pos, Rabu (18/9).

Dikatakan, tim yang akan ke lapangan nantinya akan mengecek izin penambangan seperti apa. Termasuk apakah tambang tersebut memiliki izin dari Pemda. Apakah penambangan rakyat ataukah penambangan ilegal.

“Kita pastikan itu dulu. Setelah itu barulah kita mengecek berapa jumlah korban yang meninggal duni, dan korban yang selamat serta kronologisnya seperti apa,” tutur Frits.

Termasuk mencari tahu kelompok mana yang melakukan pembunuhan terhadap mereka yang meninggal. Pihaknya juga akan memintai keterangan dari korban selamat yang saat ini tersebar di Asmat dan Boven Digoel.

“Apakah  kasus ini terpisah dari aksi-aksi yang lain itu juga akan diselidiki oleh tim yang akan turun ke TKP nantinya,” ucapnya.

Sebelumnya, Kapolres Boven Digoel, AKBP Samsul Rizal menyampaikan ada ratusan orang pendulang emas  tambang tradisional,  Distrik Seredala,  Kabupaten Yahukimo melarikan diri ke Kabupaten Boven Digoel.  Hal ini untuk menghindari aksi kekerasan dari sekelompok orang di lokasi tambang tersebut. 

Baca Juga :  Langgar Jam Malam, Dijerat Undang-Undang Kesehatan

Ratusan warga tersebut melarikan diri dengan menggunakan perahu motor. Terdapat  tiga warga dalam kondisi luka dan sudah mendapatkan perawatan di rumah sakit setempat.

“Kami telah mengambil keterangan dari sejumlah pendulang yang melihat langsung adanya insiden penyerangan dari kelompok tersebut, dari hasil pemeriksaan sementara terdapat  beberapa lokasi tambang dan jaraknya sangat jauh. Diperkirakan masih terdapat 500 pendulang di lokasi-lokasi tersebut,” jelasnya.

Adapun para pendulang tersebut rata-rata berasal dari luar Papua.  Sebagian besar pendulang ini telah berada di sejumlah paguyuban masyarakat dari  kampung halamannya setelah dilakukan pendataan.  

Secara terpisah, Dandim 1702/Jayawijaya Letkol Inf Candra Dianto mengatakan belum bisa dipastikan ada keterlibatan Kelompok Kriminal Sipil Bersenjata (KKSB) pada pembantaian pendulang emas di Kabupaten Pegunungan Bintang (Pegubin), beberapa waktu lalu. Kasus yang sebelumnya diduga terjadi di wilayah Kabupaten Yahukimo itu kini ditangani Polres dan Kodim Kabupaten Boven Digoel.

“Belum kita pastikan keterlibatan KKSB. Yang pasti adanya permasalahan perebutan lahan pertambangan masyarakat antara pendatang dan masyarakat setempat yang mempunyai kampung halaman di sana,”ungkapnya, Rabu (18/9) kemarin.

Baca Juga :  Cegah Bentrokan Antarwarga, Polres Jayawijaya Siaga di Distrik Kurulu

Kasus pembantaian pendulang itu menurut Candra Dianto, terjadi di Kampung Kawe, Distrik Awinbon, Kabupaten Pegunungan Bintang. Tetapi akses dari pusat ibu kota kabupaten ke wilayah itu susah. 

Pendulang-pendulang tersebut sebelumnya datang ke Pegubin melalui Kabupaten Boven Digoel, karena akses dari sini yang lebih dekat.

“Akses dari ibu kota ke sana tidak ada sehingga kita berkoordinasi dengan Kodim dan Polres Boven Digoel. Karena akses paling mudah melalui Boven Digoel,”katanya

Menurut Dandim,  dari laporan terakhir yang dirilis kepolisian dalam hal ini Polres Boven Digoel, telah ditemukan empat korban meninggal dunia di Kampung Kawe. Kasus ini juga masih dalam penyelidikan karena banyaknya pendulang yang mengungsi ke Boven Digoel sehingga pena ganannya di sana.

Ditambahkan, pihaknya menyerahkan sepenuhnya kepada Kodim dan Polres Boven Digoel untuk melakukan pengamanan dan penyelidikan lebih lanjut untuk kasus ini. Karena sampai saat ini, dirinya belum bisa memastikan adanya keterlibatan kelompok kriminal  di sana.

“Sekali lagi masalah ini timbul dari perebutan tempat pendulangan. Sejauh ini, baru itu yang kita ketahui. Untuk keterlibatan kelompok kriminal belum bisa kita pastikan,”tambahnya.(fia/jo/nat)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya