Saturday, April 27, 2024
24.7 C
Jayapura

Impikan Trio Gomes Berada dalam Satu Tim

Mengikuti Jejak Ayah di Lapangan Hijau (3)

Gomes de Oliveira (kanan) dan Kevin Gomes

Bagi Gomes de Oliveira, mendorong kedua anaknya ke sepak bola adalah caranya berterima kasih pada lapangan hijau yang telah memberinya begitu banyak. Si sulung dulu meminta dikirim ke Brasil. Kini si bungsu meminta hal serupa.

BAGUS PUTRA PAMUNGKAS, Surabaya, Jawa Pos

PADA usia 14 tahun, Kevin Gomes harus hidup jauh dari kedua orang tua. Pergi ribuan kilometer nun jauh ke Goias, Brasil, sana. Namun, memang itulah yang dia maui. Sebab, dia ingin belajar sepak bola di Negeri Samba, kampung halaman sang papa, Gomes de Oliveira.

Tinggal bersama sang nenek, Kevin lantas bergabung dengan klub setempat. Dan, determinasi itu membuahkan hasil. Karier profesional pemain yang berposisi bek kiri tersebut dimulai di Brasil. Dia bergabung dengan Araxa, tim Divisi 2 Negara Bagian Minas Gerais, pada 2018.

Kalau bukan karena sang papa memanggil pulang setelah satu musim bermain di Araxa, putra sulung pasangan Gomes de Oliveira-Chris Sintya itu mungkin akan melanjutkan petualangan di Brasil. Dia akhirnya balik ke Indonesia, bergabung dengan Kalteng Putra yang ketika itu (2019) dilatih Gomes.

Kepulangan setelah enam tahun di Brasil itu juga membawa segudang pengalaman berharga. Salah satunya, Kevin yang sekarang bergabung dengan Persita Tangerang dan tengah bersiap menghadapi Piala Menpora sudah terbiasa dengan lawan berpostur tinggi besar.

”Di Brasil, passing para pemainnya akurat. Gaya bermain juga diselipi freestyle,” jelas mantan pemain Borneo FC tersebut ketika dihubungi Jawa Pos via telepon pada Senin (15/3).

Gomes memang sengaja ”menjerumuskan” Kevin dan sang adik, Lorenzo, ke sepak bola. Kalau Kevin sudah berada di tataran profesional, Lorenzo saat ini digembleng di SSB (Sekolah Sepak Bola) Surabaya Bersatu. Bagi mantan penyerang Mitra Surabaya dan Persebaya Surabaya tersebut, itulah caranya berterima kasih pada lapangan hijau yang telah memberinya begitu banyak.

Baca Juga :  1.399 Pelajar OAP Lolos Administrasi Beasiswa Otsus

Gomes datang ke Indonesia sebagai pemain pada 1990-an dan awet berkarir di berbagai klub. Hingga kemudian, dia melanjutkan kiprah di sepak bola dari tepi lapangan sebagai pelatih. Sepak bola dan Indonesia mempertemukannya dengan Chris Sintya. Kedua putranya juga lahir di sini, Medan (Kevin) dan Surabaya (Lorenzo).

”Dulu, setiap saya berlatih, anak-anak selalu saya ajak. Saya ajari dasar-dasar teknik sepak bola,” katanya ketika dihubungi secara terpisah pada hari yang sama.

Dengan penuh kesabaran, dia terus memberi pelajaran. ”Setelah mulai bisa, langsung saya masukkan ke SSB,” ungkap pelatih 58 tahun tersebut.

Saat kedua anaknya masuk SSB, Gomes sejatinya memberi kebebasan. ”Kalau nggak nyaman, boleh keluar,” ujar suami Chris Sintya tersebut.

Ternyata kedua buah hatinya betah di SSB. Bahkan, kecintaan pada sepak bola membuat Kevin mengajukan permintaan untuk dikirim ke Brasil, negeri juara dunia lima kali yang telah melahirkan begitu banyak bintang lapangan hijau. Kini giliran Lorenzo yang minta belajar ke Brasil. ”Saya siap sekali kalau memang disuruh belajar sepak bola di Brasil,” ucap bocah kelahiran 20 November 2007 tersebut saat dikontak Jawa Pos secara terpisah.

Namun, Gomes agak berat melepas si buyung ke Brasil. Bukan karena mantan pelatih Madura United itu pilih kasih. ”Saya melihat perkembangan sepak bola di Indonesia juga mulai bagus. Rasanya, Lorenzo cukup belajar sepak bola di sini (Indonesia) saja,” tutur pelatih kelahiran 1 Desember 1962 tersebut.

Baca Juga :  Kedepankan Pendekatan Kesejahteraan dan Kearifan Lokal

Toh, sang kakak selama ini juga rajin mementori Lorenzo setiap ada kesempatan. Apalagi, Kevin dan Lorenzo punya posisi yang sama: bek kiri. Keduanya sama-sama kuat di kaki kiri alias kidal. ”Selama di Surabaya, selalu saya ajak latihan bareng. Saya kasih masukan. Saya selalu support Lorenzo,” kata Kevin.

Malah Gomes yang jarang ikut-ikutan kalau dua buah hatinya itu berlatih. Sebab, dia sama sekali tak menyangka keduanya sama-sama bermain sebagai bek kiri. ”Padahal, saya inginnya mereka main sebagai striker,” ungkapnya.

Harapan yang wajar. Sebab, saat aktif sebagai pemain, Gomes merupakan striker. Dan, di awal menggeluti sepak bola, sebenarnya Kevin dan Lorenzo memang bermain di depan.

”Saya juga heran. Saya kuat di kaki kanan, tapi kedua anak saya justru kuat di kaki kiri,” ujar Gomes yang terakhir menduduki posisi direktur teknik di PSMS Medan, lantas terbahak.

Meski mendorong kedua anaknya ke sepak bola, Gomes tetap meminta Kevin dan Lorenzo tak melupakan pendidikan. Dia sudah meminta Kevin mengambil kuliah di jurusan olahraga. Lorenzo yang masih duduk di kelas VIII SMP juga diwajibkannya tekun bersekolah. ”Meski sepak bola bisa membantu dari segi ekonomi, pendidikan itu tetap fondasi kehidupan,” tutur Gomes.

Kini yang ingin diwujudkan Kevin dan Lorenzo adalah kelak bisa bermain bersama dalam satu tim. Kalau dalam enam tahun lagi Lorenzo sudah beralih ke profesional, mungkin keinginan itu bisa terwujud. Sebab, enam tahun mendatang, Kevin berusia 28 tahun. Masih di usia emas pesepak bola. ”Semoga itu bisa terwujud dan papa yang jadi pelatihnya,” harap Kevin. (*/c14/ttg/JPG)

Mengikuti Jejak Ayah di Lapangan Hijau (3)

Gomes de Oliveira (kanan) dan Kevin Gomes

Bagi Gomes de Oliveira, mendorong kedua anaknya ke sepak bola adalah caranya berterima kasih pada lapangan hijau yang telah memberinya begitu banyak. Si sulung dulu meminta dikirim ke Brasil. Kini si bungsu meminta hal serupa.

BAGUS PUTRA PAMUNGKAS, Surabaya, Jawa Pos

PADA usia 14 tahun, Kevin Gomes harus hidup jauh dari kedua orang tua. Pergi ribuan kilometer nun jauh ke Goias, Brasil, sana. Namun, memang itulah yang dia maui. Sebab, dia ingin belajar sepak bola di Negeri Samba, kampung halaman sang papa, Gomes de Oliveira.

Tinggal bersama sang nenek, Kevin lantas bergabung dengan klub setempat. Dan, determinasi itu membuahkan hasil. Karier profesional pemain yang berposisi bek kiri tersebut dimulai di Brasil. Dia bergabung dengan Araxa, tim Divisi 2 Negara Bagian Minas Gerais, pada 2018.

Kalau bukan karena sang papa memanggil pulang setelah satu musim bermain di Araxa, putra sulung pasangan Gomes de Oliveira-Chris Sintya itu mungkin akan melanjutkan petualangan di Brasil. Dia akhirnya balik ke Indonesia, bergabung dengan Kalteng Putra yang ketika itu (2019) dilatih Gomes.

Kepulangan setelah enam tahun di Brasil itu juga membawa segudang pengalaman berharga. Salah satunya, Kevin yang sekarang bergabung dengan Persita Tangerang dan tengah bersiap menghadapi Piala Menpora sudah terbiasa dengan lawan berpostur tinggi besar.

”Di Brasil, passing para pemainnya akurat. Gaya bermain juga diselipi freestyle,” jelas mantan pemain Borneo FC tersebut ketika dihubungi Jawa Pos via telepon pada Senin (15/3).

Gomes memang sengaja ”menjerumuskan” Kevin dan sang adik, Lorenzo, ke sepak bola. Kalau Kevin sudah berada di tataran profesional, Lorenzo saat ini digembleng di SSB (Sekolah Sepak Bola) Surabaya Bersatu. Bagi mantan penyerang Mitra Surabaya dan Persebaya Surabaya tersebut, itulah caranya berterima kasih pada lapangan hijau yang telah memberinya begitu banyak.

Baca Juga :  Isyaratkan Fight Lawan Persipura

Gomes datang ke Indonesia sebagai pemain pada 1990-an dan awet berkarir di berbagai klub. Hingga kemudian, dia melanjutkan kiprah di sepak bola dari tepi lapangan sebagai pelatih. Sepak bola dan Indonesia mempertemukannya dengan Chris Sintya. Kedua putranya juga lahir di sini, Medan (Kevin) dan Surabaya (Lorenzo).

”Dulu, setiap saya berlatih, anak-anak selalu saya ajak. Saya ajari dasar-dasar teknik sepak bola,” katanya ketika dihubungi secara terpisah pada hari yang sama.

Dengan penuh kesabaran, dia terus memberi pelajaran. ”Setelah mulai bisa, langsung saya masukkan ke SSB,” ungkap pelatih 58 tahun tersebut.

Saat kedua anaknya masuk SSB, Gomes sejatinya memberi kebebasan. ”Kalau nggak nyaman, boleh keluar,” ujar suami Chris Sintya tersebut.

Ternyata kedua buah hatinya betah di SSB. Bahkan, kecintaan pada sepak bola membuat Kevin mengajukan permintaan untuk dikirim ke Brasil, negeri juara dunia lima kali yang telah melahirkan begitu banyak bintang lapangan hijau. Kini giliran Lorenzo yang minta belajar ke Brasil. ”Saya siap sekali kalau memang disuruh belajar sepak bola di Brasil,” ucap bocah kelahiran 20 November 2007 tersebut saat dikontak Jawa Pos secara terpisah.

Namun, Gomes agak berat melepas si buyung ke Brasil. Bukan karena mantan pelatih Madura United itu pilih kasih. ”Saya melihat perkembangan sepak bola di Indonesia juga mulai bagus. Rasanya, Lorenzo cukup belajar sepak bola di sini (Indonesia) saja,” tutur pelatih kelahiran 1 Desember 1962 tersebut.

Baca Juga :  Mobil Nyungsep ke Kali, Satu Penumpang MD

Toh, sang kakak selama ini juga rajin mementori Lorenzo setiap ada kesempatan. Apalagi, Kevin dan Lorenzo punya posisi yang sama: bek kiri. Keduanya sama-sama kuat di kaki kiri alias kidal. ”Selama di Surabaya, selalu saya ajak latihan bareng. Saya kasih masukan. Saya selalu support Lorenzo,” kata Kevin.

Malah Gomes yang jarang ikut-ikutan kalau dua buah hatinya itu berlatih. Sebab, dia sama sekali tak menyangka keduanya sama-sama bermain sebagai bek kiri. ”Padahal, saya inginnya mereka main sebagai striker,” ungkapnya.

Harapan yang wajar. Sebab, saat aktif sebagai pemain, Gomes merupakan striker. Dan, di awal menggeluti sepak bola, sebenarnya Kevin dan Lorenzo memang bermain di depan.

”Saya juga heran. Saya kuat di kaki kanan, tapi kedua anak saya justru kuat di kaki kiri,” ujar Gomes yang terakhir menduduki posisi direktur teknik di PSMS Medan, lantas terbahak.

Meski mendorong kedua anaknya ke sepak bola, Gomes tetap meminta Kevin dan Lorenzo tak melupakan pendidikan. Dia sudah meminta Kevin mengambil kuliah di jurusan olahraga. Lorenzo yang masih duduk di kelas VIII SMP juga diwajibkannya tekun bersekolah. ”Meski sepak bola bisa membantu dari segi ekonomi, pendidikan itu tetap fondasi kehidupan,” tutur Gomes.

Kini yang ingin diwujudkan Kevin dan Lorenzo adalah kelak bisa bermain bersama dalam satu tim. Kalau dalam enam tahun lagi Lorenzo sudah beralih ke profesional, mungkin keinginan itu bisa terwujud. Sebab, enam tahun mendatang, Kevin berusia 28 tahun. Masih di usia emas pesepak bola. ”Semoga itu bisa terwujud dan papa yang jadi pelatihnya,” harap Kevin. (*/c14/ttg/JPG)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya