Thursday, April 25, 2024
33.7 C
Jayapura

Dulu Ditakuti, Sekarang Pesan Bibit pun Harus Inden Dua Tahun

Peneliti Pusat Penelitian Bioteknologi dan Bioindustri Indonesia (PPBBI) Imron Riyadi menunjukkan kelapa kopyor, Sabtu (30/10) lalu. (FOTO: Hilmi Setiawan/Jawa Pos)

Ke Kebun dan Pusat Pembibitan Terbesar Kelapa Kopyor, Tanaman yang Tak ”Sekopyor” Namanya

Kelapa kopyor termasuk tanaman langka dan mahal karena sulit dibudidayakan. Padahal, dulu, jika terjadi gerhana, orang ramai-ramai memukul pohon kelapa dengan bantal biar tidak kopyor.

M. HILMI SETIAWAN, Kota Bogor

DALAM khazanah bahasa Jawa, ”kopyor” umumnya masuk dalam ranah guyonan. Biasanya dilekatkan dengan kata endas atau sirah (kepala), ditujukan kepada orang dengan pemikiran atau tingkah laku di luar kelaziman.

”Oh, sirahmu kopyor,” misalnya.

Dan, asumsi ”di luar kelaziman” ini memang cocok secara sains. Sebab, kelapa kopyor sejatinya kelapa yang mengalami mutasi gen.

Tapi, salah besar kalau kemudian memandang kopyor ini kelapa dengan kasta rendah. Malah sebaliknya. Ia tanaman langka, mahal, serta berkhasiat.

Beli bibitnya pun harus inden sampai dua tahun. Setidaknya di Pusat Penelitian Bioteknologi dan Bioindustri Indonesia (PPBBI) di Ciomas, Kota Bogor, Jawa Barat.

”Harga satu bibit kelapa kopyor siap tanam Rp 1 juta. Tapi, produksi bibit kami saat ini masih terbatas,” kata Kepala PPBBI Priyono.

PPBBI merupakan kebun kelapa kopyor terbesar di Indonesia. Kebunnya tersebar di dua tempat. Masing-masing di Ciomas, Kota Bogor, seluas 25 hektare. Dan, di Ciampea, Kabupaten Bogor, dengan lahan yang lebih luas lagi. Dengan total kelapa kopyor mencapai 6.000 pohon.

Sabtu terakhir bulan lalu (30/10), Jawa Pos bersama rombongan Ketua Umum Asosiasi Inventor Indonesia (AII) Didiek Hadjar Goenadi berkunjung ke kebun Ciomas. ”Silakan pilih kelapa yang mana saja. Dari pohon yang ini atau di ujung sana,” tutur peneliti senior di PPBBI Imron Riyadi saat menerima rombongan.

Baca Juga :  Tiga Pembuat Miras Diringkus

Salah seorang anggota AII memilih buah kelapa kopyor dari pohon yang tidak jauh dari tempatnya berdiri. Warnanya oranye tua. Kelapa itu langsung diselumbat atau dikupas serabutnya. Setelah kelapa dibelah, isinya luar biasa. Benar-benar kopyor sempurna. Daging kelapanya terkelupas semua dari tempurung. Semua tamu diminta mencicipi. Rasanya gurih, manis, dan sedikit asin. Aromanya juga khas.

Sampai sekarang, kelapa kopyor sangat langka di masyarakat. Harga per butirnya bisa sampai Rp 50 ribu. Bisa makin mahal jika masuk supermarket atau toko buah premium. Industri es krim dan biskuit juga memburunya.

Padahal, dulu, kata Priyono, kelapa kopyor diemohi atau ditakuti masyarakat. ”Kalau ada gerhana, orang ramai-ramai memukul pohon kelapa dengan bantal,” ungkapnya.

Langkah itu dilakukan supaya tidak ada kelapa mereka yang menjadi kopyor. Kelapa kopyor memang kelapa yang mengalami kelainan genetik. Jadi, muncul mutasi gen di dalam kelapa.

Di pohon kelapa pada umumnya, ada potensi muncul buah kelapa kopyor. Tetapi, sangat kecil peluangnya. Dalam satu tandan, bisa jadi hanya ada satu sampai dua kelapa kopyor.

Salah satu cirinya adalah kulit buahnya lebih keriput jika dibandingkan dengan lainnya. Selain itu, jika buah diketuk, suaranya nyaring. Lalu, saat kelapa digoyang-goyang dari dalam, terdengar suara seperti pasir.

Menurut Priyono, kopyor langka karena sulit dibudidayakan. Tidak bisa dilakukan dengan teknik dideder. Sebab, embrio di dalam buah kelapa kopyor sudah jatuh dan mati. Jika dipaksakan, dia memperkirakan, dalam pembiayaan kelapa kopyor, mungkin hanya 1 di antara 100 pohon yang berpotensi jadi.

Baca Juga :  Pemberangkatan Ditunda Karena Syarat Administrasi Belum Dilengkapi

Cara yang dilakukan PPBBI adalah pembiakan kelapa kopyor dengan teknik kultur jaringan. Inovasi itu ditemukan tiga sekawan peneliti PPBBI, yaitu Dr. Jimmy Sugiarto Tahardi, Dr. Warga Dalem, dan Ir. Rahmad Wargadipura MP, pada 1985-an.

Riset pembibitan kelapa kopyor terus dilanjutkan Imron hingga saat ini sampai ketemu bibit kelapa kopyor yang unggul. Menurut Priyono, dengan teknik kultur jaringan, bibit kelapa kopyor memiliki sifat sama semuanya.

Hasil penelitian menyebutkan, nyaris 100 persen pohon kopyor hasil kultur jaringan di PPBBI menghasilkan kelapa kopyor. ”Semua buah yang dihasilkan juga kopyor semua,” katanya.

Dalam kondisi yang optimal, usia 18 bulan setelah ditanam, pohon kelapa kopyor sudah menghasilkan manggar atau bunga. Tidak sampai setahun, manggar itu sudah menghasilkan kelapa kopyor siap panen.

Meski riset kelapa kopyor di PPBBI sudah berjalan lama, komersialisasi hasilnya baru dilakukan pada 2012. Rata-rata, dalam setahun, mereka bisa menjual 6.000 bibit kelapa kopyor. Capaian itu membuat keuangan PPBBI semakin sehat. ”Kami bukan PNS. Pegawai dan peneliti di sini tidak digaji dari APBN,” jelasnya.

Ketua Umum AII Didiek Hadjar Goenadi mengapresiasi upaya riset dan inovasi kelapa kopyor oleh PPBBI itu. ”Inovasi yang ideal seperti ini bisa dikomersialkan dan membawa manfaat bagi peneliti dan masyarakat,” tuturnya.

Saat ini PPBBI berfokus pada pembibitan dan mulai memproduksi daging kelapa kopyor dalam kemasan yang dibekukan. Menurut Priyono, kelapa kopyor menyehatkan karena kaya kandungan MCT (medium chain triglyceride) yang bisa menambah stamina pada laki-laki. Dijamin tidak bakal kopyor.

”Dengan kandungan ini, bapak-bapak yang mengonsumsi, ibu-ibu juga ikut menikmati. Hehehe,” ujarnya. (*/c14/ttg/JPG)

Peneliti Pusat Penelitian Bioteknologi dan Bioindustri Indonesia (PPBBI) Imron Riyadi menunjukkan kelapa kopyor, Sabtu (30/10) lalu. (FOTO: Hilmi Setiawan/Jawa Pos)

Ke Kebun dan Pusat Pembibitan Terbesar Kelapa Kopyor, Tanaman yang Tak ”Sekopyor” Namanya

Kelapa kopyor termasuk tanaman langka dan mahal karena sulit dibudidayakan. Padahal, dulu, jika terjadi gerhana, orang ramai-ramai memukul pohon kelapa dengan bantal biar tidak kopyor.

M. HILMI SETIAWAN, Kota Bogor

DALAM khazanah bahasa Jawa, ”kopyor” umumnya masuk dalam ranah guyonan. Biasanya dilekatkan dengan kata endas atau sirah (kepala), ditujukan kepada orang dengan pemikiran atau tingkah laku di luar kelaziman.

”Oh, sirahmu kopyor,” misalnya.

Dan, asumsi ”di luar kelaziman” ini memang cocok secara sains. Sebab, kelapa kopyor sejatinya kelapa yang mengalami mutasi gen.

Tapi, salah besar kalau kemudian memandang kopyor ini kelapa dengan kasta rendah. Malah sebaliknya. Ia tanaman langka, mahal, serta berkhasiat.

Beli bibitnya pun harus inden sampai dua tahun. Setidaknya di Pusat Penelitian Bioteknologi dan Bioindustri Indonesia (PPBBI) di Ciomas, Kota Bogor, Jawa Barat.

”Harga satu bibit kelapa kopyor siap tanam Rp 1 juta. Tapi, produksi bibit kami saat ini masih terbatas,” kata Kepala PPBBI Priyono.

PPBBI merupakan kebun kelapa kopyor terbesar di Indonesia. Kebunnya tersebar di dua tempat. Masing-masing di Ciomas, Kota Bogor, seluas 25 hektare. Dan, di Ciampea, Kabupaten Bogor, dengan lahan yang lebih luas lagi. Dengan total kelapa kopyor mencapai 6.000 pohon.

Sabtu terakhir bulan lalu (30/10), Jawa Pos bersama rombongan Ketua Umum Asosiasi Inventor Indonesia (AII) Didiek Hadjar Goenadi berkunjung ke kebun Ciomas. ”Silakan pilih kelapa yang mana saja. Dari pohon yang ini atau di ujung sana,” tutur peneliti senior di PPBBI Imron Riyadi saat menerima rombongan.

Baca Juga :  Tiga Pembuat Miras Diringkus

Salah seorang anggota AII memilih buah kelapa kopyor dari pohon yang tidak jauh dari tempatnya berdiri. Warnanya oranye tua. Kelapa itu langsung diselumbat atau dikupas serabutnya. Setelah kelapa dibelah, isinya luar biasa. Benar-benar kopyor sempurna. Daging kelapanya terkelupas semua dari tempurung. Semua tamu diminta mencicipi. Rasanya gurih, manis, dan sedikit asin. Aromanya juga khas.

Sampai sekarang, kelapa kopyor sangat langka di masyarakat. Harga per butirnya bisa sampai Rp 50 ribu. Bisa makin mahal jika masuk supermarket atau toko buah premium. Industri es krim dan biskuit juga memburunya.

Padahal, dulu, kata Priyono, kelapa kopyor diemohi atau ditakuti masyarakat. ”Kalau ada gerhana, orang ramai-ramai memukul pohon kelapa dengan bantal,” ungkapnya.

Langkah itu dilakukan supaya tidak ada kelapa mereka yang menjadi kopyor. Kelapa kopyor memang kelapa yang mengalami kelainan genetik. Jadi, muncul mutasi gen di dalam kelapa.

Di pohon kelapa pada umumnya, ada potensi muncul buah kelapa kopyor. Tetapi, sangat kecil peluangnya. Dalam satu tandan, bisa jadi hanya ada satu sampai dua kelapa kopyor.

Salah satu cirinya adalah kulit buahnya lebih keriput jika dibandingkan dengan lainnya. Selain itu, jika buah diketuk, suaranya nyaring. Lalu, saat kelapa digoyang-goyang dari dalam, terdengar suara seperti pasir.

Menurut Priyono, kopyor langka karena sulit dibudidayakan. Tidak bisa dilakukan dengan teknik dideder. Sebab, embrio di dalam buah kelapa kopyor sudah jatuh dan mati. Jika dipaksakan, dia memperkirakan, dalam pembiayaan kelapa kopyor, mungkin hanya 1 di antara 100 pohon yang berpotensi jadi.

Baca Juga :  Tes Acak  GeNose Pertama di Terminal Pulogebang 

Cara yang dilakukan PPBBI adalah pembiakan kelapa kopyor dengan teknik kultur jaringan. Inovasi itu ditemukan tiga sekawan peneliti PPBBI, yaitu Dr. Jimmy Sugiarto Tahardi, Dr. Warga Dalem, dan Ir. Rahmad Wargadipura MP, pada 1985-an.

Riset pembibitan kelapa kopyor terus dilanjutkan Imron hingga saat ini sampai ketemu bibit kelapa kopyor yang unggul. Menurut Priyono, dengan teknik kultur jaringan, bibit kelapa kopyor memiliki sifat sama semuanya.

Hasil penelitian menyebutkan, nyaris 100 persen pohon kopyor hasil kultur jaringan di PPBBI menghasilkan kelapa kopyor. ”Semua buah yang dihasilkan juga kopyor semua,” katanya.

Dalam kondisi yang optimal, usia 18 bulan setelah ditanam, pohon kelapa kopyor sudah menghasilkan manggar atau bunga. Tidak sampai setahun, manggar itu sudah menghasilkan kelapa kopyor siap panen.

Meski riset kelapa kopyor di PPBBI sudah berjalan lama, komersialisasi hasilnya baru dilakukan pada 2012. Rata-rata, dalam setahun, mereka bisa menjual 6.000 bibit kelapa kopyor. Capaian itu membuat keuangan PPBBI semakin sehat. ”Kami bukan PNS. Pegawai dan peneliti di sini tidak digaji dari APBN,” jelasnya.

Ketua Umum AII Didiek Hadjar Goenadi mengapresiasi upaya riset dan inovasi kelapa kopyor oleh PPBBI itu. ”Inovasi yang ideal seperti ini bisa dikomersialkan dan membawa manfaat bagi peneliti dan masyarakat,” tuturnya.

Saat ini PPBBI berfokus pada pembibitan dan mulai memproduksi daging kelapa kopyor dalam kemasan yang dibekukan. Menurut Priyono, kelapa kopyor menyehatkan karena kaya kandungan MCT (medium chain triglyceride) yang bisa menambah stamina pada laki-laki. Dijamin tidak bakal kopyor.

”Dengan kandungan ini, bapak-bapak yang mengonsumsi, ibu-ibu juga ikut menikmati. Hehehe,” ujarnya. (*/c14/ttg/JPG)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya