Friday, April 19, 2024
31.7 C
Jayapura

Kenali Gejala Covid-19

PMI Provinsi Papua melakukan penyemprotan disinfektan di Masjid Raya Baiturrahim Kota Jayapura, Selasa (17/3), dalam upaya mencegah penyebaran Covid 19. ( FOTO: Gratianus Silas/Cepos)

PDP Covid-19  di RSUD  Merauke Bertambah, Satu Pasien PDP di Papua Membaik

JAYAPURA-Direktur RSUD Jayapura, drg. Aloysius Giyai, M.Kes., menjelaskan bahwa perbedaan antara flu – batuk biasa dan flu – batuk gejala Covid-19 sebenarnya hampir sama. Hanya saja, gejala Covid 19 ini disertai batuk berkepanjangan, menimbulkan sakit tenggorokan, sesak nafas, dan demam.
“Kemudian, gejala Covid-19 diperkuat dengan riwayat perjalanan dan dengan siapa seseorang melakukan kontak. Apakah pernah melakukan perjalanan ke daerah dengan infeksi Covid-19 atau tidak ? Serta melakukan kontak dengan seseorang yang diketahui positif Covid 19 atau tidak?,” terang Aloysius Giyai kepada Cenderawasih Pos, Selasa (17/3) kemarin.

Dikatakan, jika seseorang menunjukkan gejala batuk, pilek, dan demam, kemudian diperkuat bahwa ia baru pulang dari daerah yang sudah terdampak Covid-19, ditambah kemungkinan melakukan kontak juga dengan seseorang yang diketahui positif Covid 19, maka orang tersebut masuk dalam kategori Pasien Dalam Pengawasan (PDP).

“Misalnya, 14 hari sebelumnya pasien baru datang dari daerah yang sudah terjangkit Covid 19, maka dikategorikan dalam PDP” jelasnya.

Sedangkan ODP (Orang Dalam Pemantauan) biasanya memiliki gejala ringan seperti batuk, sakit tenggorokan, demam, tetapi tidak ada kontak erat dengan penderita positif.

“Seperti halnya petugas kesehatan itu juga masuk dalam kategori ODP. Sedangkan PDP itu ada sejarah kontak dan menimbulkan gejala flu, batuk, demam, dan sesak,” terangnya.

Hal senada disampaikan Sekretaris Dinas Kesehatan Provinsi Papua, dr. Silwanus Sumule, SpOG, yang menjelaskan bahwa dikarenakan gejala penyakit biasa dan Covid-19 hampir sama, maka hanya dari pemeriksaan laboratorium sajalah dapat diketahui mana yang gejala biasa dan mana yang gejala Covid-19.

“Karena Covid-19 itu ada yang ringan, sedang, dan berat. Yang dirawat ialah yang berat, yang sudah mengalami gangguan nafas. Biasanya gejala yang ada itu, umumnya didapatkan pada orang-orang Lansia yang imunitas tubuhnya menurun. Selain itu, didapatkan juga pada orang yang sudah ada penyakit seperti kencing manis, penyakit ginjal, jantung, dan lainnya. Serta, mereka yang terkena HIV-AIDS yang mana imunitasnya sudah menurun juga rentan untuk terdampak Covid 19,”  ungkap  Silwanus Sumule.

Dijelaskan, bagi seseorang dengan daya tahan tubuh yang baik, maka tidak menjadi masalah karena bisa melawan virus. Namun, yang memiliki daya tahan tubuh lemah karena penyakit tertentu, maka rentan terdampak Covid-19.

“Kesimpulannya, kalau boleh dikatakan, gejalanya hampir sama. Makanya kita lihat ketika gejala ini makin berat, maka untuk memastikannya hanya dengan satu cara, yakni pemeriksaan lab,” jelasnya.

“Saat ini kami dari Dinkes sedang mengupayakan untuk mendapatkan rapid test. Rapid test dilakukan seperti halnya tes malaria dengan mengambil setitik darah untuk diperiksa. Ini yang kita upayakan untuk tes Covid-19 dengan metode yang sama untuk mengetahui apakah positif atau negatif Covid-19. Walaupun itu bukanlah goal standar karena goal standard kami adalah PCR,” tandasnya. 

Silwanus Sumule menyarankan kepada masyarakat pada umumnya di Provinsi Papua untuk tidak mengunjungi rumah sakit jikalau tidak memiliki kepentingan. 

Sumule mencotnohkan di RSUD Jayapura, dimana masih banyak masyarakat yang tidak benar-benar memiliki kepentingan, namun berkunjung ke rumah sakit.

“Kami sarankan, jangan datang ke rumah sakit kalau tidak ada kepentingan. Bahkan, di situasi seperti saat ini (penyebaran Covid-19), kami berpikir, jam berkunjung itu perlu untuk dibatasi dulu. Seperti halnya Dok II (RSUD Jayapura), masih banyak orang yang tidak punya kepentingan datang ke sana. Saya harap media bantu sampaikan imbauan ini kepada masyarakat,” tuturnya. 

Direktur RSUD Jayapura, drg. Aloysius Giyai, M.Kes., juga memberikan imbauan yang sama kepada masyarakat, khususnya di Kota Jayapura, untuk tidak berkunjung, terlebih membawa anak-anak yang tak berkepentingan di rumah sakit.

“Jangan membawa anak-anak yang tak ada kepentingan atau sekedar mau visit pasien di rumah sakit, lebih baik tidak usah. Kalau keluarga mau datang berkunjung, setidaknya satu orang saja,” pinta  Aloysius Giyai.

Menurut Aloysius Giyai, manajemen RSUD Jayapura berkebijakan agar tidak boleh ada rombongan keluarga berbondong-bondong menjenguk pasien di rumah sakit. “Kita sekarang melarang, tidak boleh ada rombongan, atau satu keluarga jenguk pasien di rumah sakit,” sambungnya.

Imbauan ini bukan tanpa alas an. Sebab, kurang baik bagi kesehatan ketika seseorang yang sehat ikut berkunjung ke rumah sakit. Terlebih rumah sakit merupakan sarang berbagai jenis penyebab penyakit seperti bakteri, virus, kuman, hingga toksin, sehingga sangat mudah menular, terutama bagi anak-anak.

Selain itu, khusus bagi anak-anak, pasien yang luka-lukanya terlihat oleh anak-anak bukan tidak mungkin akan menimbulkan trauma, ketakutan yang berkepanjangan. Termasuk teriakan pasien yang sakit pun dapat menimbulkan sensasi buruk bagi anak-anak.

Adapun, rumah sakit bukan tempat rekreasi bagi anak-anak, sehingga ketika anak-anak dibawa ke rumah sakit, sifat anak yang ceria, suka bermain, hingga berbicara atau bercanda dengan keras pun dikhawatirkan anak mengganggu pasien yang beristirahat. 

Terkait Pasien Dalam Pengawasan atau PDP, Dinas Kesehatan Provinsi Papua menyebutkan hingga kemarin ada empat pasien sudah dilaporkan dalam pengawasan. Empat orang PDP tersebut diantaranya dua berada di Kabupaten Merauke, 1 pasien di RSUD Jayapura dan 1 pasien lainnya ada di RSUD Biak.

Sekretaris Dinas Kesehatan Provinsi Papua Silwanus Sumule menyampaikan bahwa pasien dalam pengawasan tersebut menunjukkan gejala-gejala  infeksi saluran pernapasan serta sebelumnya ada kontak  dengan orang yang terdiagnosis atau berasal atau mengunjungi daerah yang terdeteksi Korona.

“Jika ada satu kasus Korona, itu bermakna status kita berubah. Hal ini analisis yang dibuat oleh kami di bidang kesehatan. Status kita adalah siaga darurat, namun itu belum resmi. Sebab yang akan menyampaikan secara resmi adalah pemerintah daerah,” ucapnya kepada awak media usai menghadiri coffee morning pencegahan corona di Mapolda Papua, Selasa (17/3).

Untuk mengantisipasi hal ini, Silwanus Sumule menyebutkan, lima rumah sakit regional yang disediakan yakni Rumah Sakit Umum Daerah Wamena bertanggung jawab untuk pasien yang ada di daerah pegunungan Lapago, Rumah Sakit Nabire mencakup pasien di wilayah Meepago, Rumah Sakit Merauke mencakup pasien di wilayah Animha dan Rumah Sakit Yowari untuk Mamta. 

Baca Juga :  Pemda Lanny Jaya Gelar Pameran UKM Dalam Rangka Penurunan Inflasi

“Untuk pusat rujukan ada di Rumah Sakit Jayapura. Kita tidak hanya mengandalkan RSUD Jayapura, tetapi kami dibackup dengan rumah sakit yang menjadi mitra yakni Rumah Sakit Provita, Dian Harapan, Marthen Indey, Bhayangkara dan Angkatan Laut,” terangnya.

Dirinya mengakui soal keterbatasan sumber daya manusia juga infrastruktur. Tetapi ia meminta masyarakat agar tetap mempercayai Dinkes yang tetap bekerja keras untuk ini. “Kita harus punya tembok yang kuat, wartawan  bekerja, kami dinas kesehatan juga bekerja dan kementerian lembaga juga bekerja. Kita kerja sama-sama,” tegasnya.

Ia mengingatkan kepada masyarakat jika sudah berkunjung ke daerah yang terinveksi Korona, maka ketika tiba di Papua harus mengisolasi  diri selama 14 hari di rumah secara mandiri. “Hal ini salah satu cara yang efektif. Itu juga yang dilakukan di negara-negara maju dan sudah berhasil,” ungkapnya.

Dikatakan, penetapan Korona di Papua harus ditetapan statusnya. Hal ini agar menentukan langkah-langkah selanjutnya, sebagaimana analis dari bidang kesehatan sudah siapkan dan akan diserahkan kepada pimpinan daerah.

“Dinas kesehatan  mempunyai sistim dimana setiap hari dan setiap minggu, kabupaten/kota harus melaporkan kasus,” ucapnya.

Di tempat yang sama, Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Jayapura, drg. Aloysius Giyai, M.Kes., menyebut satu pasien yang dirawat di RSUD Jayapura kondisinya membaik. Namun untuk sampel darahnya sedang dikirim ke Jakarta.

“Kondisi pasien sangat sehat. Ada perkembangan bagus. Kemarin sore dia jalankan salat Magrib dan kami senang sekali,” ucap Aloysius Giyai.

Untuk hasil sampel darahnya lanjut Aloysius baru akan diketahui pada 3 hingga 5 hari mendatang.

Sementara itu, dari Merauke dilaporkan jumlah pasien dalam pengawasan yang dirawat di RSUD Merauke bertambah satu orang. Ini  setelah seorang pasien  laki-laki   yang  dicurigai  terinfeksi virus Covid-19.

Plt Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Merauke  dr. Nevile R. Muskita   mengungkapkan  bahwa   pasien dalam pengawasan  tersebut masuk  pada Senin (16/3) malam. “Sampai  hari ini (kemarin, Red),   kita di Kabupaten Merauke merawat dua  pasien   dalam pengawasan,’’ ungkapnya kepada koran ini.

  Nevile menjelaskan,   pasien tersebut masuk  dalam PDP   karena   pada tanggal 9 Maret lalu,   pasien laki-laki berumur  51 tahun    ini  ke Jakarta. Kemudian pada tanggal 12 Maret,  yang bersangkutan mengalami keluhan   batuk  dan pilek.

Selanjutnya,     pada tanggal 14  Maret,    yang bersangkutan mengalami  nyeri tenggorokan dan pulang ke Merauke pada   15  Maret 2020.   Karena sakit,  pasien tersebut ke   rumah sakit   dan  pada tanggal 16 Maret    dilakukan foto rontgen.

“Hasil foto rontgen menunjukan adanya indikasi radang  paru sehingga kita tetapkan sebagai  pasien dalam pengawasan,’’ kata dr.  Nevile Muskita.

  Apalagi lanjut   dia,  pasien  tersebut   pulang dari daerah  yang sudah terinfeksi    virus  Covid-19. Dimana    setiap  orang yang  pulang dari daerah yang  telah  ditetapkan  terinfeksi   virus Covid-19 maka wajib  untuk  dilakukan   karantina  selama 14 hari.  

Soal kondisi  kesehatannya,  Nevile menjelaskan bahwa  cukup stabil  termasuk   satu pasien   yang dirawat  dalam status PDP sebelumnya.  Kedua pasien   tersebut  lanjut dia,   sedang  dirawat     dalam ruangan yang  diisolasi  di RSUD Merauke. Namun    perawatan kedua pasien  ini  berada dalam  ruangan yang  berbeda.   

Nevile  juga menjelaskan  bahwa  untuk pesimen  dari   PDP   pertama  telah dikirim ke Balitbangkes Jakarta menggunakan pesawat   Garuda Indonesia,  Selasa (17/3). Sebelumnya,  pengiriman  pesimen  tersebut ditolak pihak maskapai karena  pengirimannya belum memenuhi standar  pihak maskapai.    

Nevile menjelaskan bahwa   pesimen yang  dikirim   tersebut sebanyak  2,  dimana salah satu  pesimen    berasal dari  petugas medis yang  merawat  PDP   pertama tersebut. ‘’Untuk   pesimen,  salah satu  perawat yang dikirim  itu    untuk  bisa memastikan  apakah petugas  kita  tidak terpapar,’’    katanya. 

Sementara   pesimen   PDP yang baru masuk tersebut,  menurut Nevile   belum dikirim. ‘’Kita masih   menunggu   informasi  selanjutnya  untuk Balitbangkes  di Jayapura   yang ditetapkan  oleh Kementrian Kesehatan sebagai  salah satu  untuk pemeriksaan  pesimen  sudah bisa  digunakan. Kalau   sudah bisa maka  rencananya  nanti kita kirim ke sana,’’ jelasnya.     

Nevile  juga mengungkapkan   bahwa  sebanyak  52  orang dalam  pemantauan   (ODP)   Dinas  Kesehatan  yang pernah  bersentuhan  dengan pasien  pertama.  “Sampai sekarang, sebanyak  52  orang dalma pengawasan   karena pernah bersentuhan  dengan  pasien pertama. Dan mereka ini  wajib untuk melakukan karantina secara   mandiri  di rumah  selama  14  hari kedepan,’’    katanya. 

Selama dalam   pemantauan, orang tersebut    diminta  untuk  mengurung   diri di rumah. Kalaupun harus keluar karena   ada urusan yang  sangat penting, maka sebaiknya menggunakan kendaraan pribadi  dan masker.  

 Selama  di rumah,   yang bersangkutan   tidak  boleh  berganti-ganti  peralatan  makan. Misalnya sendok atau  gelas  dan sebagainya.  ‘’Bila sudah berkeluarga, maka  sebaiknya  pisah ranjang   sementara  untuk menghindari  penularan  serta   saat dalam  rumah diusahakan    berjarak minimal 2 meter dari  orang lain,’’  jelasnya.  

Sementara untuk PDP Covid-19 yang dirawat di RSUD Biak menurut Direktur RSUD Biak, dr. Ricard Ricardo Mayor, M.Kes mengatakan, pada dasarnya perkembangan pasien PDP tersebut terus dalam pemantauan, termasuk pemantauan terhadap keluarga. Namun intinya, lanjutnya, upaya-upaya pencegahan dan penanganan tetap menjadi perhatian serius pihaknya. 

  “Pemantauan terhadap satu PDP Covid-19 terus dilakukan, khususnya perkembangannya. Namun kami masih terus perkembangannya hingga hari ke-14, intinya upaya-upaya penanganan secara maksimal terus dilakukan, dan kami minta masyarakat tidak terpengaruh dengan berbagai isu-isu yang membuat kecemasan,” ujarnya kepada Cenderawasih Pos saat dikonfirmasi soal perkembangan 

Baca Juga :  Fokus Pembangunan Ekonomi, SDM, Infrastruktur dan Sukseskan Pemilu Serentak

“Pemantauan terhadap keluarga atau siapa yang pernah PDP ini bersentuhan kami juga lakukan. Upaya-upaya antisipasi telah kami lakukan,” sambungnya. 

  Lalu bagaimana dengan sampel untuk memastikan PDP tersebut, r. Ricardo mengatakan, bahwa pada dasarsnya sudah dipersiapkan dan diharapkan dalam waktu tidak terlalu lama kesimpulan tentang sampel yang akan diuji di laboratorium di Jakarta itu sudah ada hasilnya.“Kami akan upayakan supaya sampel PDP ini secepatnya ada,” tandasnya. 

Sementara itu, menindaklanjuti penetapan Kabupaten Biak Numfor Siaga Covid-19, Satgas yang telah bentuk Pemkab Biak Numfor telah melakukan berbagai persiapan dan koordinasi untuk melakukan langkah-langkah konkrit dalam melakukan pencegahan secara serius. 

  “Kami telah rapat dan berbagai langkah konkrit secepatnya dilakukan. Intinya tim yang sebelumnya telah dibentuk sambil jalan, dan Satgas juga sementara mempersiapkan hal-hal yang secepatnya dilakukan. Koordinasi terus dilakukan dan kami harapkan masyarakat ikut memberikan dulungan dengan juga tetap memperhatikan upaya-upaya pencegahan,” ujar Plt. Kepala  Dinas Kesehatan Kabupaten Biak Numfor, Daud Duwiri, S.KM.,M.Kes.

Adapun sebagai upaya preventif (pencegahan) penyebaran Virus Corona (Covid 19) di Provinsi Papua, Palang Merah Indonesia (PMI) Provinsi Papua dan PMI Pusat bekerja sama dalam melakukan penyemprotan disinfektan di sejumlah fasilitas public, Selasa (17/3), di antaranya tempat ibadah, sekolah, hingga kantor pemerintah.

“Ini sebagaimana instruksi Ketua PMI Pusat, Jusuf Kalla. Dimana kita melakukan kegiatan preventif dalam menghadapi Covid 19, mulai dari kampanye kesehatan dengan imbauan menjaga kebersihan hingga penyemportan disinfektan,” ujar Ketua Bidang Penanganan Bencana PMI Pusat, Letjen TNI (Purn) Sumarsono, SH., kepada Cenderawasih Pos, di sela-sela PMI melakukan penyemprotan disinfektan di Masjid Raya Baiturrahim Kota Jayapura, Selasa (17/3) kemarin.

Menurut Sumarsono, penyemprotan disinfektan tersebut merupakan pelayanan PMI bagi masyarakat, sehingga tidak ada kekhawatiran. “Dengan kata lain, minimal secara moril, PMI sudah memberikan bantuan sehingga tempat ibadah bersih dari kuman dan lainnya. Ini akan dilanjutkan PMI Papua ke sekolah dan kantor pemerintah,” jelasnya.

Ketua Harian PMI Papua, Zackheus Degei, menjelaskan bahwa ketika penyebaran Covid-19 belum masif di Indonesia, terutama di Papua. PMI Papua menurutnya sudah kampanye hidup sehat, kampanye cuci tangan yang baik dan benar, hingga membagikan brosur terkait kesehatan yang dilakukan sejak beberapa bulan belakangan.

“Bahkan, sudah kita bagikan sekiranya 4.000 lebih masker kepada masyarakat. Demikian, setelah Indonesia makin masif penyebaran Covid-19, kami mengambil langkah agar dilakukan penyemprotan disinfektan,” kata Zackheus Degei.

“Alat penyemprot disinfektan ini baru datang tadi hari ini (kemarin) sebanyak 3 unit. Besok (hari ini), akan datang lagi 7 unit. Ini memang saya minta secara khusus kepada PMI Pusat, sehingga diantar langsung pengurus PMI Pusat,” sambungnya.

Degei memaparkan bahwa penyeprotan disinfektan berfokus di tempat umum, seperti halnya gereja, masjid, hingga sekolah dan kantor pemerintah. Di Jayapura, agenda penyemprotan dilakukan di GKI Pengharapan, Masjid Raya Baiturrahim, termasuk sekolah di lingkungan Masjid, serta dilanjutkan di Kantor Gubernur Papua.

Ketua Takbir Masjid Raya Baiturrahim Kota Jayapura, Kahar Yelipele, sangat mengapresiasi kolaborasi PMI Pusat dan PMI Papua melakukan penyemprotan disinfektan dalam pencegahan Covid 19 khususnya di Masjid Raya Baiturrahim.

“Pimpinan agama pun telah menyampaikan bahwa tempat ibadah, serta pula tempat tinggal, harus dijaga kebersihannya. Oleh karenanya, cuci tangan hingga menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal, tempat ibadah, tempat kerja, sangatlah penting unutk dilakukan,” sebut Kahar Yelipele.

“Selain itu, ibadah kita kepada Tuhan juga penting untuk dilakukan dalam menyampaikan permohonan agar Papua aman dari ancaman penyebaran Covid 19,” pungkasnya. 

Secara terpisah, Wali Kota Jayapura Dr Benhur Tomi Mano, MM.,menegaskan liburnya Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan Pemerintahan Kota Jayapura dan peserta didik di jenjang PAUD, TK, SD, SMP se-Kota Jayapura, untuk mencegah masuknya dan merebaknya virus Covid-19 di Kota Jayapura. Sehingga adanya libur ini jangan sampai malah disalahgunakan untuk keluar daerah, jalan-jalan maupun membuat kegiatan.

 Untuk itu, dalam momen libur ini jika anak-anak masih bisa belajar dengan online harus bisa dilakukan secara online. Tapi tetap ada aktivitas belajar secara online di rumah, sedangkan bagi ASN jika memang pekerjaan kantor bisa dilakukan di rumah juga dikerjakan dan soal koordinasi maupun komunikasi bisa dilakukan lewat handphone bisa dengan grup WA.

 Wali Kota Benhur Tomi Mano juga mengakui, memang segala pelayanan publik di Pemkot Jayapura saat ini tidak dilakukan. Namun dari masing-masing OPD seperti Dukcapil sudah memberikan imbauan dan pemberitahuan yang dipasang di kantornya, sehingga jika masyarakat membutuhkan pelayanan Adminduk bisa melalui informasi yang sudah ditulis itu. Karena dalam libur selama 14 hari ini benar-benar memastikan masyarakat, ASN dan peserta didik untuk tetap di dalam rumah.

Dirinya juga mengimbau kepada masyarakat, dengan adanya libur 14 hari ini dan masyarakat dilarang keluar rumah jika tidak penting, untuk tidak terus panik dengan memborong atau berbelanja bahan makanan dalam jumlah banyak, tetap bijak dalam berbelanja sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan.

 Hal lainnya, untuk tempat perbelanjaan maupun mall dan tempat rekreasi diharapkan ada pengawasan melekat dari Satpol PP. “Jangan sampai libur begini jumlah pengunjung malah justru banyak. Jadi diminta kerja sama oleh semua pelaku usaha untuk membuka tempat usahanya sesuai aturan yang berlaku dan tetap menyediakan hand sanitezer maupun termoschan,” pintanya.

 Masyarakat juga diminta tidak panik dengan memborong masker maupun antiseptic. Menurutnya yang harus penting dilakukan adalah menjaga kesehatan badan dengan mengonsumsi makanan sehat dan bergizi lakukan Perilaku  Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan terus berdoa kepada Tuhan semoga virus korona bisa diangkat dari muka bumi ini. (gr/fia/dil/ulo/itb)

PMI Provinsi Papua melakukan penyemprotan disinfektan di Masjid Raya Baiturrahim Kota Jayapura, Selasa (17/3), dalam upaya mencegah penyebaran Covid 19. ( FOTO: Gratianus Silas/Cepos)

PDP Covid-19  di RSUD  Merauke Bertambah, Satu Pasien PDP di Papua Membaik

JAYAPURA-Direktur RSUD Jayapura, drg. Aloysius Giyai, M.Kes., menjelaskan bahwa perbedaan antara flu – batuk biasa dan flu – batuk gejala Covid-19 sebenarnya hampir sama. Hanya saja, gejala Covid 19 ini disertai batuk berkepanjangan, menimbulkan sakit tenggorokan, sesak nafas, dan demam.
“Kemudian, gejala Covid-19 diperkuat dengan riwayat perjalanan dan dengan siapa seseorang melakukan kontak. Apakah pernah melakukan perjalanan ke daerah dengan infeksi Covid-19 atau tidak ? Serta melakukan kontak dengan seseorang yang diketahui positif Covid 19 atau tidak?,” terang Aloysius Giyai kepada Cenderawasih Pos, Selasa (17/3) kemarin.

Dikatakan, jika seseorang menunjukkan gejala batuk, pilek, dan demam, kemudian diperkuat bahwa ia baru pulang dari daerah yang sudah terdampak Covid-19, ditambah kemungkinan melakukan kontak juga dengan seseorang yang diketahui positif Covid 19, maka orang tersebut masuk dalam kategori Pasien Dalam Pengawasan (PDP).

“Misalnya, 14 hari sebelumnya pasien baru datang dari daerah yang sudah terjangkit Covid 19, maka dikategorikan dalam PDP” jelasnya.

Sedangkan ODP (Orang Dalam Pemantauan) biasanya memiliki gejala ringan seperti batuk, sakit tenggorokan, demam, tetapi tidak ada kontak erat dengan penderita positif.

“Seperti halnya petugas kesehatan itu juga masuk dalam kategori ODP. Sedangkan PDP itu ada sejarah kontak dan menimbulkan gejala flu, batuk, demam, dan sesak,” terangnya.

Hal senada disampaikan Sekretaris Dinas Kesehatan Provinsi Papua, dr. Silwanus Sumule, SpOG, yang menjelaskan bahwa dikarenakan gejala penyakit biasa dan Covid-19 hampir sama, maka hanya dari pemeriksaan laboratorium sajalah dapat diketahui mana yang gejala biasa dan mana yang gejala Covid-19.

“Karena Covid-19 itu ada yang ringan, sedang, dan berat. Yang dirawat ialah yang berat, yang sudah mengalami gangguan nafas. Biasanya gejala yang ada itu, umumnya didapatkan pada orang-orang Lansia yang imunitas tubuhnya menurun. Selain itu, didapatkan juga pada orang yang sudah ada penyakit seperti kencing manis, penyakit ginjal, jantung, dan lainnya. Serta, mereka yang terkena HIV-AIDS yang mana imunitasnya sudah menurun juga rentan untuk terdampak Covid 19,”  ungkap  Silwanus Sumule.

Dijelaskan, bagi seseorang dengan daya tahan tubuh yang baik, maka tidak menjadi masalah karena bisa melawan virus. Namun, yang memiliki daya tahan tubuh lemah karena penyakit tertentu, maka rentan terdampak Covid-19.

“Kesimpulannya, kalau boleh dikatakan, gejalanya hampir sama. Makanya kita lihat ketika gejala ini makin berat, maka untuk memastikannya hanya dengan satu cara, yakni pemeriksaan lab,” jelasnya.

“Saat ini kami dari Dinkes sedang mengupayakan untuk mendapatkan rapid test. Rapid test dilakukan seperti halnya tes malaria dengan mengambil setitik darah untuk diperiksa. Ini yang kita upayakan untuk tes Covid-19 dengan metode yang sama untuk mengetahui apakah positif atau negatif Covid-19. Walaupun itu bukanlah goal standar karena goal standard kami adalah PCR,” tandasnya. 

Silwanus Sumule menyarankan kepada masyarakat pada umumnya di Provinsi Papua untuk tidak mengunjungi rumah sakit jikalau tidak memiliki kepentingan. 

Sumule mencotnohkan di RSUD Jayapura, dimana masih banyak masyarakat yang tidak benar-benar memiliki kepentingan, namun berkunjung ke rumah sakit.

“Kami sarankan, jangan datang ke rumah sakit kalau tidak ada kepentingan. Bahkan, di situasi seperti saat ini (penyebaran Covid-19), kami berpikir, jam berkunjung itu perlu untuk dibatasi dulu. Seperti halnya Dok II (RSUD Jayapura), masih banyak orang yang tidak punya kepentingan datang ke sana. Saya harap media bantu sampaikan imbauan ini kepada masyarakat,” tuturnya. 

Direktur RSUD Jayapura, drg. Aloysius Giyai, M.Kes., juga memberikan imbauan yang sama kepada masyarakat, khususnya di Kota Jayapura, untuk tidak berkunjung, terlebih membawa anak-anak yang tak berkepentingan di rumah sakit.

“Jangan membawa anak-anak yang tak ada kepentingan atau sekedar mau visit pasien di rumah sakit, lebih baik tidak usah. Kalau keluarga mau datang berkunjung, setidaknya satu orang saja,” pinta  Aloysius Giyai.

Menurut Aloysius Giyai, manajemen RSUD Jayapura berkebijakan agar tidak boleh ada rombongan keluarga berbondong-bondong menjenguk pasien di rumah sakit. “Kita sekarang melarang, tidak boleh ada rombongan, atau satu keluarga jenguk pasien di rumah sakit,” sambungnya.

Imbauan ini bukan tanpa alas an. Sebab, kurang baik bagi kesehatan ketika seseorang yang sehat ikut berkunjung ke rumah sakit. Terlebih rumah sakit merupakan sarang berbagai jenis penyebab penyakit seperti bakteri, virus, kuman, hingga toksin, sehingga sangat mudah menular, terutama bagi anak-anak.

Selain itu, khusus bagi anak-anak, pasien yang luka-lukanya terlihat oleh anak-anak bukan tidak mungkin akan menimbulkan trauma, ketakutan yang berkepanjangan. Termasuk teriakan pasien yang sakit pun dapat menimbulkan sensasi buruk bagi anak-anak.

Adapun, rumah sakit bukan tempat rekreasi bagi anak-anak, sehingga ketika anak-anak dibawa ke rumah sakit, sifat anak yang ceria, suka bermain, hingga berbicara atau bercanda dengan keras pun dikhawatirkan anak mengganggu pasien yang beristirahat. 

Terkait Pasien Dalam Pengawasan atau PDP, Dinas Kesehatan Provinsi Papua menyebutkan hingga kemarin ada empat pasien sudah dilaporkan dalam pengawasan. Empat orang PDP tersebut diantaranya dua berada di Kabupaten Merauke, 1 pasien di RSUD Jayapura dan 1 pasien lainnya ada di RSUD Biak.

Sekretaris Dinas Kesehatan Provinsi Papua Silwanus Sumule menyampaikan bahwa pasien dalam pengawasan tersebut menunjukkan gejala-gejala  infeksi saluran pernapasan serta sebelumnya ada kontak  dengan orang yang terdiagnosis atau berasal atau mengunjungi daerah yang terdeteksi Korona.

“Jika ada satu kasus Korona, itu bermakna status kita berubah. Hal ini analisis yang dibuat oleh kami di bidang kesehatan. Status kita adalah siaga darurat, namun itu belum resmi. Sebab yang akan menyampaikan secara resmi adalah pemerintah daerah,” ucapnya kepada awak media usai menghadiri coffee morning pencegahan corona di Mapolda Papua, Selasa (17/3).

Untuk mengantisipasi hal ini, Silwanus Sumule menyebutkan, lima rumah sakit regional yang disediakan yakni Rumah Sakit Umum Daerah Wamena bertanggung jawab untuk pasien yang ada di daerah pegunungan Lapago, Rumah Sakit Nabire mencakup pasien di wilayah Meepago, Rumah Sakit Merauke mencakup pasien di wilayah Animha dan Rumah Sakit Yowari untuk Mamta. 

Baca Juga :  Bank Mandiri Digitalkan 241 Cabang Serentak di Seluruh Indonesia

“Untuk pusat rujukan ada di Rumah Sakit Jayapura. Kita tidak hanya mengandalkan RSUD Jayapura, tetapi kami dibackup dengan rumah sakit yang menjadi mitra yakni Rumah Sakit Provita, Dian Harapan, Marthen Indey, Bhayangkara dan Angkatan Laut,” terangnya.

Dirinya mengakui soal keterbatasan sumber daya manusia juga infrastruktur. Tetapi ia meminta masyarakat agar tetap mempercayai Dinkes yang tetap bekerja keras untuk ini. “Kita harus punya tembok yang kuat, wartawan  bekerja, kami dinas kesehatan juga bekerja dan kementerian lembaga juga bekerja. Kita kerja sama-sama,” tegasnya.

Ia mengingatkan kepada masyarakat jika sudah berkunjung ke daerah yang terinveksi Korona, maka ketika tiba di Papua harus mengisolasi  diri selama 14 hari di rumah secara mandiri. “Hal ini salah satu cara yang efektif. Itu juga yang dilakukan di negara-negara maju dan sudah berhasil,” ungkapnya.

Dikatakan, penetapan Korona di Papua harus ditetapan statusnya. Hal ini agar menentukan langkah-langkah selanjutnya, sebagaimana analis dari bidang kesehatan sudah siapkan dan akan diserahkan kepada pimpinan daerah.

“Dinas kesehatan  mempunyai sistim dimana setiap hari dan setiap minggu, kabupaten/kota harus melaporkan kasus,” ucapnya.

Di tempat yang sama, Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Jayapura, drg. Aloysius Giyai, M.Kes., menyebut satu pasien yang dirawat di RSUD Jayapura kondisinya membaik. Namun untuk sampel darahnya sedang dikirim ke Jakarta.

“Kondisi pasien sangat sehat. Ada perkembangan bagus. Kemarin sore dia jalankan salat Magrib dan kami senang sekali,” ucap Aloysius Giyai.

Untuk hasil sampel darahnya lanjut Aloysius baru akan diketahui pada 3 hingga 5 hari mendatang.

Sementara itu, dari Merauke dilaporkan jumlah pasien dalam pengawasan yang dirawat di RSUD Merauke bertambah satu orang. Ini  setelah seorang pasien  laki-laki   yang  dicurigai  terinfeksi virus Covid-19.

Plt Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Merauke  dr. Nevile R. Muskita   mengungkapkan  bahwa   pasien dalam pengawasan  tersebut masuk  pada Senin (16/3) malam. “Sampai  hari ini (kemarin, Red),   kita di Kabupaten Merauke merawat dua  pasien   dalam pengawasan,’’ ungkapnya kepada koran ini.

  Nevile menjelaskan,   pasien tersebut masuk  dalam PDP   karena   pada tanggal 9 Maret lalu,   pasien laki-laki berumur  51 tahun    ini  ke Jakarta. Kemudian pada tanggal 12 Maret,  yang bersangkutan mengalami keluhan   batuk  dan pilek.

Selanjutnya,     pada tanggal 14  Maret,    yang bersangkutan mengalami  nyeri tenggorokan dan pulang ke Merauke pada   15  Maret 2020.   Karena sakit,  pasien tersebut ke   rumah sakit   dan  pada tanggal 16 Maret    dilakukan foto rontgen.

“Hasil foto rontgen menunjukan adanya indikasi radang  paru sehingga kita tetapkan sebagai  pasien dalam pengawasan,’’ kata dr.  Nevile Muskita.

  Apalagi lanjut   dia,  pasien  tersebut   pulang dari daerah  yang sudah terinfeksi    virus  Covid-19. Dimana    setiap  orang yang  pulang dari daerah yang  telah  ditetapkan  terinfeksi   virus Covid-19 maka wajib  untuk  dilakukan   karantina  selama 14 hari.  

Soal kondisi  kesehatannya,  Nevile menjelaskan bahwa  cukup stabil  termasuk   satu pasien   yang dirawat  dalam status PDP sebelumnya.  Kedua pasien   tersebut  lanjut dia,   sedang  dirawat     dalam ruangan yang  diisolasi  di RSUD Merauke. Namun    perawatan kedua pasien  ini  berada dalam  ruangan yang  berbeda.   

Nevile  juga menjelaskan  bahwa  untuk pesimen  dari   PDP   pertama  telah dikirim ke Balitbangkes Jakarta menggunakan pesawat   Garuda Indonesia,  Selasa (17/3). Sebelumnya,  pengiriman  pesimen  tersebut ditolak pihak maskapai karena  pengirimannya belum memenuhi standar  pihak maskapai.    

Nevile menjelaskan bahwa   pesimen yang  dikirim   tersebut sebanyak  2,  dimana salah satu  pesimen    berasal dari  petugas medis yang  merawat  PDP   pertama tersebut. ‘’Untuk   pesimen,  salah satu  perawat yang dikirim  itu    untuk  bisa memastikan  apakah petugas  kita  tidak terpapar,’’    katanya. 

Sementara   pesimen   PDP yang baru masuk tersebut,  menurut Nevile   belum dikirim. ‘’Kita masih   menunggu   informasi  selanjutnya  untuk Balitbangkes  di Jayapura   yang ditetapkan  oleh Kementrian Kesehatan sebagai  salah satu  untuk pemeriksaan  pesimen  sudah bisa  digunakan. Kalau   sudah bisa maka  rencananya  nanti kita kirim ke sana,’’ jelasnya.     

Nevile  juga mengungkapkan   bahwa  sebanyak  52  orang dalam  pemantauan   (ODP)   Dinas  Kesehatan  yang pernah  bersentuhan  dengan pasien  pertama.  “Sampai sekarang, sebanyak  52  orang dalma pengawasan   karena pernah bersentuhan  dengan  pasien pertama. Dan mereka ini  wajib untuk melakukan karantina secara   mandiri  di rumah  selama  14  hari kedepan,’’    katanya. 

Selama dalam   pemantauan, orang tersebut    diminta  untuk  mengurung   diri di rumah. Kalaupun harus keluar karena   ada urusan yang  sangat penting, maka sebaiknya menggunakan kendaraan pribadi  dan masker.  

 Selama  di rumah,   yang bersangkutan   tidak  boleh  berganti-ganti  peralatan  makan. Misalnya sendok atau  gelas  dan sebagainya.  ‘’Bila sudah berkeluarga, maka  sebaiknya  pisah ranjang   sementara  untuk menghindari  penularan  serta   saat dalam  rumah diusahakan    berjarak minimal 2 meter dari  orang lain,’’  jelasnya.  

Sementara untuk PDP Covid-19 yang dirawat di RSUD Biak menurut Direktur RSUD Biak, dr. Ricard Ricardo Mayor, M.Kes mengatakan, pada dasarnya perkembangan pasien PDP tersebut terus dalam pemantauan, termasuk pemantauan terhadap keluarga. Namun intinya, lanjutnya, upaya-upaya pencegahan dan penanganan tetap menjadi perhatian serius pihaknya. 

  “Pemantauan terhadap satu PDP Covid-19 terus dilakukan, khususnya perkembangannya. Namun kami masih terus perkembangannya hingga hari ke-14, intinya upaya-upaya penanganan secara maksimal terus dilakukan, dan kami minta masyarakat tidak terpengaruh dengan berbagai isu-isu yang membuat kecemasan,” ujarnya kepada Cenderawasih Pos saat dikonfirmasi soal perkembangan 

Baca Juga :  Pemda Lanny Jaya Gelar Pameran UKM Dalam Rangka Penurunan Inflasi

“Pemantauan terhadap keluarga atau siapa yang pernah PDP ini bersentuhan kami juga lakukan. Upaya-upaya antisipasi telah kami lakukan,” sambungnya. 

  Lalu bagaimana dengan sampel untuk memastikan PDP tersebut, r. Ricardo mengatakan, bahwa pada dasarsnya sudah dipersiapkan dan diharapkan dalam waktu tidak terlalu lama kesimpulan tentang sampel yang akan diuji di laboratorium di Jakarta itu sudah ada hasilnya.“Kami akan upayakan supaya sampel PDP ini secepatnya ada,” tandasnya. 

Sementara itu, menindaklanjuti penetapan Kabupaten Biak Numfor Siaga Covid-19, Satgas yang telah bentuk Pemkab Biak Numfor telah melakukan berbagai persiapan dan koordinasi untuk melakukan langkah-langkah konkrit dalam melakukan pencegahan secara serius. 

  “Kami telah rapat dan berbagai langkah konkrit secepatnya dilakukan. Intinya tim yang sebelumnya telah dibentuk sambil jalan, dan Satgas juga sementara mempersiapkan hal-hal yang secepatnya dilakukan. Koordinasi terus dilakukan dan kami harapkan masyarakat ikut memberikan dulungan dengan juga tetap memperhatikan upaya-upaya pencegahan,” ujar Plt. Kepala  Dinas Kesehatan Kabupaten Biak Numfor, Daud Duwiri, S.KM.,M.Kes.

Adapun sebagai upaya preventif (pencegahan) penyebaran Virus Corona (Covid 19) di Provinsi Papua, Palang Merah Indonesia (PMI) Provinsi Papua dan PMI Pusat bekerja sama dalam melakukan penyemprotan disinfektan di sejumlah fasilitas public, Selasa (17/3), di antaranya tempat ibadah, sekolah, hingga kantor pemerintah.

“Ini sebagaimana instruksi Ketua PMI Pusat, Jusuf Kalla. Dimana kita melakukan kegiatan preventif dalam menghadapi Covid 19, mulai dari kampanye kesehatan dengan imbauan menjaga kebersihan hingga penyemportan disinfektan,” ujar Ketua Bidang Penanganan Bencana PMI Pusat, Letjen TNI (Purn) Sumarsono, SH., kepada Cenderawasih Pos, di sela-sela PMI melakukan penyemprotan disinfektan di Masjid Raya Baiturrahim Kota Jayapura, Selasa (17/3) kemarin.

Menurut Sumarsono, penyemprotan disinfektan tersebut merupakan pelayanan PMI bagi masyarakat, sehingga tidak ada kekhawatiran. “Dengan kata lain, minimal secara moril, PMI sudah memberikan bantuan sehingga tempat ibadah bersih dari kuman dan lainnya. Ini akan dilanjutkan PMI Papua ke sekolah dan kantor pemerintah,” jelasnya.

Ketua Harian PMI Papua, Zackheus Degei, menjelaskan bahwa ketika penyebaran Covid-19 belum masif di Indonesia, terutama di Papua. PMI Papua menurutnya sudah kampanye hidup sehat, kampanye cuci tangan yang baik dan benar, hingga membagikan brosur terkait kesehatan yang dilakukan sejak beberapa bulan belakangan.

“Bahkan, sudah kita bagikan sekiranya 4.000 lebih masker kepada masyarakat. Demikian, setelah Indonesia makin masif penyebaran Covid-19, kami mengambil langkah agar dilakukan penyemprotan disinfektan,” kata Zackheus Degei.

“Alat penyemprot disinfektan ini baru datang tadi hari ini (kemarin) sebanyak 3 unit. Besok (hari ini), akan datang lagi 7 unit. Ini memang saya minta secara khusus kepada PMI Pusat, sehingga diantar langsung pengurus PMI Pusat,” sambungnya.

Degei memaparkan bahwa penyeprotan disinfektan berfokus di tempat umum, seperti halnya gereja, masjid, hingga sekolah dan kantor pemerintah. Di Jayapura, agenda penyemprotan dilakukan di GKI Pengharapan, Masjid Raya Baiturrahim, termasuk sekolah di lingkungan Masjid, serta dilanjutkan di Kantor Gubernur Papua.

Ketua Takbir Masjid Raya Baiturrahim Kota Jayapura, Kahar Yelipele, sangat mengapresiasi kolaborasi PMI Pusat dan PMI Papua melakukan penyemprotan disinfektan dalam pencegahan Covid 19 khususnya di Masjid Raya Baiturrahim.

“Pimpinan agama pun telah menyampaikan bahwa tempat ibadah, serta pula tempat tinggal, harus dijaga kebersihannya. Oleh karenanya, cuci tangan hingga menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal, tempat ibadah, tempat kerja, sangatlah penting unutk dilakukan,” sebut Kahar Yelipele.

“Selain itu, ibadah kita kepada Tuhan juga penting untuk dilakukan dalam menyampaikan permohonan agar Papua aman dari ancaman penyebaran Covid 19,” pungkasnya. 

Secara terpisah, Wali Kota Jayapura Dr Benhur Tomi Mano, MM.,menegaskan liburnya Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan Pemerintahan Kota Jayapura dan peserta didik di jenjang PAUD, TK, SD, SMP se-Kota Jayapura, untuk mencegah masuknya dan merebaknya virus Covid-19 di Kota Jayapura. Sehingga adanya libur ini jangan sampai malah disalahgunakan untuk keluar daerah, jalan-jalan maupun membuat kegiatan.

 Untuk itu, dalam momen libur ini jika anak-anak masih bisa belajar dengan online harus bisa dilakukan secara online. Tapi tetap ada aktivitas belajar secara online di rumah, sedangkan bagi ASN jika memang pekerjaan kantor bisa dilakukan di rumah juga dikerjakan dan soal koordinasi maupun komunikasi bisa dilakukan lewat handphone bisa dengan grup WA.

 Wali Kota Benhur Tomi Mano juga mengakui, memang segala pelayanan publik di Pemkot Jayapura saat ini tidak dilakukan. Namun dari masing-masing OPD seperti Dukcapil sudah memberikan imbauan dan pemberitahuan yang dipasang di kantornya, sehingga jika masyarakat membutuhkan pelayanan Adminduk bisa melalui informasi yang sudah ditulis itu. Karena dalam libur selama 14 hari ini benar-benar memastikan masyarakat, ASN dan peserta didik untuk tetap di dalam rumah.

Dirinya juga mengimbau kepada masyarakat, dengan adanya libur 14 hari ini dan masyarakat dilarang keluar rumah jika tidak penting, untuk tidak terus panik dengan memborong atau berbelanja bahan makanan dalam jumlah banyak, tetap bijak dalam berbelanja sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan.

 Hal lainnya, untuk tempat perbelanjaan maupun mall dan tempat rekreasi diharapkan ada pengawasan melekat dari Satpol PP. “Jangan sampai libur begini jumlah pengunjung malah justru banyak. Jadi diminta kerja sama oleh semua pelaku usaha untuk membuka tempat usahanya sesuai aturan yang berlaku dan tetap menyediakan hand sanitezer maupun termoschan,” pintanya.

 Masyarakat juga diminta tidak panik dengan memborong masker maupun antiseptic. Menurutnya yang harus penting dilakukan adalah menjaga kesehatan badan dengan mengonsumsi makanan sehat dan bergizi lakukan Perilaku  Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan terus berdoa kepada Tuhan semoga virus korona bisa diangkat dari muka bumi ini. (gr/fia/dil/ulo/itb)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya