Friday, April 19, 2024
27.7 C
Jayapura

Marinus Yaung: Sulit Dipercaya Ada Negara di Eropa Mendukung ULMWP

JAYAPURA-Adanya klaim ULMWP soal mendapat dukungan dari Negara-negara di Eropa diragukan oleh pengamat sosial politik Universitas Cenderawasih (Uncen) Jayapura, Marinus Yaung. Ia menganggap klaim tersebut terlalu dibesar-besarkan. Pasalnya hingga kini ia tidak mendapatkan bukti satupun jika ada negara Eropa yang memberikan dukungan. “Kalau dukungan dari kelompok Nasionalis Basque, Caralonia, Spanyol saya pikir masih masuk akal tapi kalau ada negara di Eropa yang mendukung ULMWP saya pikir itu tidak mungkin,” kata Yaung dalam pesannya, Kamis (17/2). Yaung menyampaikan bahwa masyarakat Eropa Barat secara luas belum sepenuh tertarik dengan isu Papua. Masyarakat Eropa Barat saat ini sedang fokus dengan isu konflik di Eropa Timur antara negara Ukraina dengan negara Rusia. Konflik ini bisa memicu terjadinya perang dunia ketiga. Perang nuklir yang akan mengancurkan peradaban umat manusia di muka bumi karena konflik ini melibatkan kekuatan militer NATO dan Amerika Serikat. Selain itu, tidak ada laporan dan bukti satu negara Eropa, baik Eropa Barat dan Eropa Timur yang mendukung ULMWP. Jadi soal potensi perang yang  lebih dipikirkan ketimbang ULMWP. “Pernyataan ULMWP bahwa mereka mendapat dukungan dari negara Eropa hanya politik propaganda dan provokasi terhadap rakyat Papua pro Papua merdeka.  Saya akademisi yang belajar dan riset tentang dinamika politik Eropa dan saya mau katakan bahwa sampai saat ini negara – negara Eropa masih menggunakan instrumen politik rasialisme sebagai instrumen dominan dalam merumuskan kebijakan negaranya,” beber Yaung. Negara-negara Eropa ini menurutnya akan lebih cepat mendukung posisi Kosovo untuk merdeka tahun 2008 atau Ukraina melawan Rusia saat ini.
Baca Juga :  Pedagang Pasar Youtefa Tetap Dipindahkan
“Rasialisme masih menjadi kaca mata analisis utama negara – negara Eropa menanggapi sebuah isu. Jadi orang Papua jangan terlalu cepat percaya dengan propaganda ULMWP. Dukungan dari Eropa itu hanya datang dari beberapa anggota Parlemen Belanda, Parlemen Uni Eropa, anggota Parlemen Inggris, dan kelompok nasionalis Basque di wilayah Catalonia, Spanyol,” sambungnya. Yaung juga berpendapat bahwa tidak mudah mendapat dukungan politik dan diplomasi dari negara Eropa untuk kemerdekaan Papua. Sedikit melebar dosen Fisip Uncen ini menyampaikan bahwa kesetian negara Vanuatu mendukung Papua selama 40 tahun lebih merupakan sesuatu anugerah dan perlu diapresiasi. Tetapi yang namanya negara kecil seperti Vanuatu yang biaya pembangunan dan kesejahterahan penduduknya sangat tergantung kepada bantuan asing, dukungan diplomatik terhadap agenda separatis ULMWP bukan sesuatu yang gratis. Yaung bahkan  membeberkan bahwa satu sponsor  dari eksistensinya ULMWP ternyata tak lepas dari keterlibatan Tiongkok. Ini menurutnya berdasarkan riset thesisnya di Unpad. Dimana Tiongkok yang membangun kantor ULMWP di kota Port Villa, Vanuatu dan Tiongkoklah yang saat ini sedang bermain strategi “invisible hand” dibalik dukungan Vanuatu terhadap Papua.
Baca Juga :  Baru 24,49 Persen Masyarakat Indonesia Divaksin
Dukungan Tiongkok jauh lebih berbahaya mengancam kedaulatan negara di Papua dibandingkan dukungan dari Benua Biru Eropa. “Jadi pernyataan ULMWP negara Eropa mendukung agenda separatis ULMWP menurut hemat saya itu hanyalah pengalihan isu atau bentuk manipulasi ULMWP untuk menutupi dukungan Tiongkok terhadap kemerdekaan Papua yang diperjuangkan ULMWP,” bebernya. Politik luar negeri Tiongkok mengekspansi kawasan Melanesia Pacific perlu diwaspadai Pemerintah Indonesia. Tiongkok mengembangkan politik luar negeri berwajah hewan Panda, tetapi karakter aslinya tetap berwajah naga merah. Dengan kelompok Taliban di Afghanistan yang menganut paham Islam radikal, Tiongkok bersahabat dan bekerja sama, padahal masyarakat Muslim Uyghur di dalam negerinya dibantai. Apalagi bekerja sama dengan Vanuatu dan ULMWP untuk kepentingan masa depan industrinya di Papua, sudah pasti akan dilakukan Tiongkok. “Jadi pernyataan dukungan negara Eropa terhadap ULMWP hanyalah suatu strategi diplomasi dan propaganda ULMWP untuk memanipulasi pemerintah Indonesia agar tidak lagi fokus ke Pacific dimana Tiongkok sedang menghegemoni kawasan ini untuk kepentingan ekonomi dan industri Tiongkok di masa depan nanti,” tutupnya. (ade/dil/nat)
JAYAPURA-Adanya klaim ULMWP soal mendapat dukungan dari Negara-negara di Eropa diragukan oleh pengamat sosial politik Universitas Cenderawasih (Uncen) Jayapura, Marinus Yaung. Ia menganggap klaim tersebut terlalu dibesar-besarkan. Pasalnya hingga kini ia tidak mendapatkan bukti satupun jika ada negara Eropa yang memberikan dukungan. “Kalau dukungan dari kelompok Nasionalis Basque, Caralonia, Spanyol saya pikir masih masuk akal tapi kalau ada negara di Eropa yang mendukung ULMWP saya pikir itu tidak mungkin,” kata Yaung dalam pesannya, Kamis (17/2). Yaung menyampaikan bahwa masyarakat Eropa Barat secara luas belum sepenuh tertarik dengan isu Papua. Masyarakat Eropa Barat saat ini sedang fokus dengan isu konflik di Eropa Timur antara negara Ukraina dengan negara Rusia. Konflik ini bisa memicu terjadinya perang dunia ketiga. Perang nuklir yang akan mengancurkan peradaban umat manusia di muka bumi karena konflik ini melibatkan kekuatan militer NATO dan Amerika Serikat. Selain itu, tidak ada laporan dan bukti satu negara Eropa, baik Eropa Barat dan Eropa Timur yang mendukung ULMWP. Jadi soal potensi perang yang  lebih dipikirkan ketimbang ULMWP. “Pernyataan ULMWP bahwa mereka mendapat dukungan dari negara Eropa hanya politik propaganda dan provokasi terhadap rakyat Papua pro Papua merdeka.  Saya akademisi yang belajar dan riset tentang dinamika politik Eropa dan saya mau katakan bahwa sampai saat ini negara – negara Eropa masih menggunakan instrumen politik rasialisme sebagai instrumen dominan dalam merumuskan kebijakan negaranya,” beber Yaung. Negara-negara Eropa ini menurutnya akan lebih cepat mendukung posisi Kosovo untuk merdeka tahun 2008 atau Ukraina melawan Rusia saat ini.
Baca Juga :  Pemda Mamteng Bantu APD untuk Petugas Kesehatan
“Rasialisme masih menjadi kaca mata analisis utama negara – negara Eropa menanggapi sebuah isu. Jadi orang Papua jangan terlalu cepat percaya dengan propaganda ULMWP. Dukungan dari Eropa itu hanya datang dari beberapa anggota Parlemen Belanda, Parlemen Uni Eropa, anggota Parlemen Inggris, dan kelompok nasionalis Basque di wilayah Catalonia, Spanyol,” sambungnya. Yaung juga berpendapat bahwa tidak mudah mendapat dukungan politik dan diplomasi dari negara Eropa untuk kemerdekaan Papua. Sedikit melebar dosen Fisip Uncen ini menyampaikan bahwa kesetian negara Vanuatu mendukung Papua selama 40 tahun lebih merupakan sesuatu anugerah dan perlu diapresiasi. Tetapi yang namanya negara kecil seperti Vanuatu yang biaya pembangunan dan kesejahterahan penduduknya sangat tergantung kepada bantuan asing, dukungan diplomatik terhadap agenda separatis ULMWP bukan sesuatu yang gratis. Yaung bahkan  membeberkan bahwa satu sponsor  dari eksistensinya ULMWP ternyata tak lepas dari keterlibatan Tiongkok. Ini menurutnya berdasarkan riset thesisnya di Unpad. Dimana Tiongkok yang membangun kantor ULMWP di kota Port Villa, Vanuatu dan Tiongkoklah yang saat ini sedang bermain strategi “invisible hand” dibalik dukungan Vanuatu terhadap Papua.
Baca Juga :  Covid Terus Meningkat, Polresta Siapkan Strategi
Dukungan Tiongkok jauh lebih berbahaya mengancam kedaulatan negara di Papua dibandingkan dukungan dari Benua Biru Eropa. “Jadi pernyataan ULMWP negara Eropa mendukung agenda separatis ULMWP menurut hemat saya itu hanyalah pengalihan isu atau bentuk manipulasi ULMWP untuk menutupi dukungan Tiongkok terhadap kemerdekaan Papua yang diperjuangkan ULMWP,” bebernya. Politik luar negeri Tiongkok mengekspansi kawasan Melanesia Pacific perlu diwaspadai Pemerintah Indonesia. Tiongkok mengembangkan politik luar negeri berwajah hewan Panda, tetapi karakter aslinya tetap berwajah naga merah. Dengan kelompok Taliban di Afghanistan yang menganut paham Islam radikal, Tiongkok bersahabat dan bekerja sama, padahal masyarakat Muslim Uyghur di dalam negerinya dibantai. Apalagi bekerja sama dengan Vanuatu dan ULMWP untuk kepentingan masa depan industrinya di Papua, sudah pasti akan dilakukan Tiongkok. “Jadi pernyataan dukungan negara Eropa terhadap ULMWP hanyalah suatu strategi diplomasi dan propaganda ULMWP untuk memanipulasi pemerintah Indonesia agar tidak lagi fokus ke Pacific dimana Tiongkok sedang menghegemoni kawasan ini untuk kepentingan ekonomi dan industri Tiongkok di masa depan nanti,” tutupnya. (ade/dil/nat)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya