Friday, April 26, 2024
25.7 C
Jayapura

Demo SRPPD Dibubarkan, Gubernur NFRPB Diamankan

BUBARKAN: Aparat keamanan saat membubarkan aksi demo yang dilakukan massa yang mengatasnamakan SRPPD di Serui, Kabupaten Kepulauan Yapen, Senin (16/9). ( FOTO : Polres Kepulauan Yapen for Cepos)

Tidak Ada izin, Demo Anti Rasis Digelar di Yahukimo

SERUI-Polres Kepulauan Yapen dan Kodim 1709/Yawa  membubarkan aksi demo yang mengatasnamakan Solidaritas Rakyat Papua Peduli Demokrasi (SRPPD), Senin (16/9) sekitar pukul  10.00 WIT di pelataran Tugu Perjuangan Serui yang berdekatan dengan Pasar Aroro Iroro. 

Selain membubarkan massa yang berdemo, aparat keamanan juga mengamankan pimpinan demo yaitu EK dan AR. 

Kapolres Kepulauan Yapen, AKBP. Penri Erison, SPd, MSi mengatakan, aksi demo yang isunya siap melakukan tindakan anarkis, sudah dibubarkan Polisi dibantu Kodim 1709/Yapen Waropen. 

“Kami  mendatangi kelompok demo dan mengamankan pimpinan demo EK yang merupakan Gubernur NFRPB (Negara Federal Republik Papua Barat) wilayah II Saireri. Sedangkan AR adalah salah satu penggerak massa,” tegas Kapolres. 

Dikatakan, EK dan AR diamankan di ruangan penyidik untuk dimintai keterangan terkait aksi demo yang mengajak warga dari kampung-kampung untuk menyuarakan merdeka. 

Lebih jauh Kapolres mengemukakan bahwa aksi demo yang diikuti kurang lebih 30 orang tersebut, tidak ada pemberitahuan, apalagi izin resmi. Bahkan isunya aksi demo akan melakukan tindakan anarkis. Untuk itu. Polres dan Kodim langsung menyikapinya dengan melakukan patroli.

Sementara itu, pagi kemarin di halaman lapangan Mapolres digelar apel gabungan TNI-POLRI di pimpin langsung Kapolres Kepulauan Yapen AKBP Penri Erison dan Dandim 1709 Yapen Waropen Letkol Infantri Leon Pangaribuan.

Apel gabungan bertujuan mengamankan kota Serui dan sekitarnya, terkait isu yang beredar akan ada demo anarkis di tempat-tempat umum yaitu pasar dan kantor pemerintah.

Sehabis apel pasukan gabungan TNI-POLRI menyusuri seluruh kota untuk mengamankan kejadian-kejadian yang tidak diinginkan.

Dalam patroli tersebut aparat gabungan mendapatkan sekelompok masyarakat yang sedang melakukan orasi tepatnya di Pelataran Serui Kota yang berjalan di Jl.Diponogoro. terkait aksi tersebut, aparat mengamankan pimpinan demo EK dan AW penggerak massa.

Kapolres Penri secara tegas mengatakan bahwa wilayah hukum Polres Kepulauan Yapen aman dan kondusif. “Masyarakat jangan resah atas berbagai isu-isu yang tidak jelas,” pintanya. 

Baca Juga :  Tiga Saksi Dimintai Keterangan

Pantauan Cenderawasih Pos di lapangan, sejak pagi hari kios/warung dan toko di Pasar Aroro Iroro tidak buka. Jalanan pun tidak begitu ramai. Namun menjelang siang hari aktivitas di pasar tradisional baik di Aroro Iroro berjalan normal. Tampak aparat keamanan melakukan pengamanan di kawasan pasar tradisional. 

Sementara itu, Ketua Solidaritas Nasional Mahasiswa dan Pemuda Papua Barat (SONAMAPA) Philipus Robaha megatakan, pada tanggal 12 September 2019 pihaknya sudah menyampaikan surat pemberitahuan untuk melakukan aksi solidaritas tolak rasisme kepada pihak kepolisian dalam hal ini Polres Kepulauan Yapen. 

Philipus mengklaim pihak Kepolisian sudah merespon bahwa SONAMAPA akan melakukan aksi tanggal 17 September 2019. 

“Tadi pagi sejak pukul 08.00-10.12 WP kami berkumpul menggelar aksi damai di Taman Serui. Massa aksi datang dari kampung-kampung.  Saat kami berorasi baru berjalan sampai 30 menit, aparat Polres dan kodim 1709 Yapen datang kemari langsung seret kami tanpa kompromi,” ungkapnya kepada Cenderawasih Pos, melalui sambungan selulernya, Senin (17/9).

Philipus Robaha mengatakan, setelah aparat kepolisian dan Kodim datang. Ada tiga orang yang diamankan yaitu EK (49), AR (30) dan PYM (37).  

“Sekarang mereka masih berada di Polres Yapen. Setelah mereka bertiga dapat tangkap. Masyarakat meminta untuk serahkan diri. Tapi Dandim dan Kapolres  datang dan bubarkan mereka, tapi menurut mereka sebentar sore  akan dipulangkan” katanya. 

Philipus mengatakan, mereka bertiga ditangkap karena tulisan-tulisan yang ada di spanduk. Menurut aparat tulisan itu tidak sesuai dengan tema sentral yang didorong. Tapi berbau Papua merdeka. 

Sementara itu, aksi demo anti rasisme di Kabupaten Yayukimo kembali berlanjut Senin (16/9). Sejak pagi hari mahasiswa di Yahukimo mulai mengumpulkan massa di beberapa titik. 

Meski aksi demo ini tidak mendapat izin dari Polres Yahukimo, namun aparat tetap melakukan pengawalan agar tidak berbuntut pada tindakan anarkisme.

Dandim 1702/Jayawijaya, Letkol Inf Candra Dianto mengakui jika situasi Kabupaten Yahukimo masih kondusif. Meski sejak pagi sudah ada pengerahan massa dan telah terkumpul sekira 750-800 orang. Mereka mengatasnamakan diri sebagai mahasiswa se-Jawa Bali yang berkumpul di Kabupaten Yahukimo untuk melakukan aksi demonstrasi.

Baca Juga :  Di Tengah Keramaian Seorang Warga Ditikam OTK

“Memang sejak pagi ada pengerahan massa. Dari informasi yang kami dapatkan sekira 750 sampai dengan 800 orang yang diarahkan untuk melakukan aksi demo di sana. Namun sampai saat ini situasi disana masih kondusif,”ungkapnya Senin (16/9) kemarin saat ditemui di Wamena.

Aksi demo tersebut menurut Candra Dianto, diisi dengan orasi di Kompleks Ruko yang dikoordinatori oleh Marco Pahabol. Menyikapi masalah ini TNI dan Polri telah menyiapkan personel guna mengantisipasi perkembangan situasai di sana.

Dikatakan, aksi demo damai ini dilakukan tanpa memasukan surat dari Polres Yahukimo dan juga tak ada izin dari Kepolisian.

“Koordinator lapangan Marco Pahabol memberikan jaminan kepada aparat keamanan. Aksi demo damai hanya ingin menyampaikan aspirasi dengan berorasi kepada pemerintah daerah untuk masalah rasisme,”kata Dandim yang membawahi 8 kabupaten termasuk Kabupaten Yahukimo.

Dandim berharap, aksi demo yang berjalan di Yahukimo ini bisa berjalan dengan aman tertib, lancar dan juga kondusif. Aksi demo ini juga dijadwalkan hanya berlangsung sehari sehingga ia memastikan jika kemungkinan siang ini juga akan selesai, 

“Mereka hanya meminta waktu hingga siang hari dan mungkin pukul 12.00 WIT akan berakhir atau massa akan membubarkan diri. Apabila aksi ini masih akan berlangsung hingga besok, TNI akan mengedepankan Kepolisian dalam melakukan penindakan karena memang tak memiliki izin,” tegas Candra Dianto.

Ia melihat meski tak memiliki izin namun pihak Kepolisian masih memberikan kesempatan dengan harapan aksi ini berjalan dengan damai. Namun kalau aksi ini masih berlangsung hingga besok ,artinya para pendemo ini sudah memanfaatkan kesempatan kebijakan yang diberikan itu.

“Kami sudah mengerahkan aparat gabungan untuk melakukan pengamanan di sana sebanyak 600 personel Polres Yahukimo, Brimob dan TNI,” tutupnya.(rin/fia/oel/jo/nat) 

BUBARKAN: Aparat keamanan saat membubarkan aksi demo yang dilakukan massa yang mengatasnamakan SRPPD di Serui, Kabupaten Kepulauan Yapen, Senin (16/9). ( FOTO : Polres Kepulauan Yapen for Cepos)

Tidak Ada izin, Demo Anti Rasis Digelar di Yahukimo

SERUI-Polres Kepulauan Yapen dan Kodim 1709/Yawa  membubarkan aksi demo yang mengatasnamakan Solidaritas Rakyat Papua Peduli Demokrasi (SRPPD), Senin (16/9) sekitar pukul  10.00 WIT di pelataran Tugu Perjuangan Serui yang berdekatan dengan Pasar Aroro Iroro. 

Selain membubarkan massa yang berdemo, aparat keamanan juga mengamankan pimpinan demo yaitu EK dan AR. 

Kapolres Kepulauan Yapen, AKBP. Penri Erison, SPd, MSi mengatakan, aksi demo yang isunya siap melakukan tindakan anarkis, sudah dibubarkan Polisi dibantu Kodim 1709/Yapen Waropen. 

“Kami  mendatangi kelompok demo dan mengamankan pimpinan demo EK yang merupakan Gubernur NFRPB (Negara Federal Republik Papua Barat) wilayah II Saireri. Sedangkan AR adalah salah satu penggerak massa,” tegas Kapolres. 

Dikatakan, EK dan AR diamankan di ruangan penyidik untuk dimintai keterangan terkait aksi demo yang mengajak warga dari kampung-kampung untuk menyuarakan merdeka. 

Lebih jauh Kapolres mengemukakan bahwa aksi demo yang diikuti kurang lebih 30 orang tersebut, tidak ada pemberitahuan, apalagi izin resmi. Bahkan isunya aksi demo akan melakukan tindakan anarkis. Untuk itu. Polres dan Kodim langsung menyikapinya dengan melakukan patroli.

Sementara itu, pagi kemarin di halaman lapangan Mapolres digelar apel gabungan TNI-POLRI di pimpin langsung Kapolres Kepulauan Yapen AKBP Penri Erison dan Dandim 1709 Yapen Waropen Letkol Infantri Leon Pangaribuan.

Apel gabungan bertujuan mengamankan kota Serui dan sekitarnya, terkait isu yang beredar akan ada demo anarkis di tempat-tempat umum yaitu pasar dan kantor pemerintah.

Sehabis apel pasukan gabungan TNI-POLRI menyusuri seluruh kota untuk mengamankan kejadian-kejadian yang tidak diinginkan.

Dalam patroli tersebut aparat gabungan mendapatkan sekelompok masyarakat yang sedang melakukan orasi tepatnya di Pelataran Serui Kota yang berjalan di Jl.Diponogoro. terkait aksi tersebut, aparat mengamankan pimpinan demo EK dan AW penggerak massa.

Kapolres Penri secara tegas mengatakan bahwa wilayah hukum Polres Kepulauan Yapen aman dan kondusif. “Masyarakat jangan resah atas berbagai isu-isu yang tidak jelas,” pintanya. 

Baca Juga :  Kok Bisa Terdakwa Pelanggaran HAM Divonis Bebas?

Pantauan Cenderawasih Pos di lapangan, sejak pagi hari kios/warung dan toko di Pasar Aroro Iroro tidak buka. Jalanan pun tidak begitu ramai. Namun menjelang siang hari aktivitas di pasar tradisional baik di Aroro Iroro berjalan normal. Tampak aparat keamanan melakukan pengamanan di kawasan pasar tradisional. 

Sementara itu, Ketua Solidaritas Nasional Mahasiswa dan Pemuda Papua Barat (SONAMAPA) Philipus Robaha megatakan, pada tanggal 12 September 2019 pihaknya sudah menyampaikan surat pemberitahuan untuk melakukan aksi solidaritas tolak rasisme kepada pihak kepolisian dalam hal ini Polres Kepulauan Yapen. 

Philipus mengklaim pihak Kepolisian sudah merespon bahwa SONAMAPA akan melakukan aksi tanggal 17 September 2019. 

“Tadi pagi sejak pukul 08.00-10.12 WP kami berkumpul menggelar aksi damai di Taman Serui. Massa aksi datang dari kampung-kampung.  Saat kami berorasi baru berjalan sampai 30 menit, aparat Polres dan kodim 1709 Yapen datang kemari langsung seret kami tanpa kompromi,” ungkapnya kepada Cenderawasih Pos, melalui sambungan selulernya, Senin (17/9).

Philipus Robaha mengatakan, setelah aparat kepolisian dan Kodim datang. Ada tiga orang yang diamankan yaitu EK (49), AR (30) dan PYM (37).  

“Sekarang mereka masih berada di Polres Yapen. Setelah mereka bertiga dapat tangkap. Masyarakat meminta untuk serahkan diri. Tapi Dandim dan Kapolres  datang dan bubarkan mereka, tapi menurut mereka sebentar sore  akan dipulangkan” katanya. 

Philipus mengatakan, mereka bertiga ditangkap karena tulisan-tulisan yang ada di spanduk. Menurut aparat tulisan itu tidak sesuai dengan tema sentral yang didorong. Tapi berbau Papua merdeka. 

Sementara itu, aksi demo anti rasisme di Kabupaten Yayukimo kembali berlanjut Senin (16/9). Sejak pagi hari mahasiswa di Yahukimo mulai mengumpulkan massa di beberapa titik. 

Meski aksi demo ini tidak mendapat izin dari Polres Yahukimo, namun aparat tetap melakukan pengawalan agar tidak berbuntut pada tindakan anarkisme.

Dandim 1702/Jayawijaya, Letkol Inf Candra Dianto mengakui jika situasi Kabupaten Yahukimo masih kondusif. Meski sejak pagi sudah ada pengerahan massa dan telah terkumpul sekira 750-800 orang. Mereka mengatasnamakan diri sebagai mahasiswa se-Jawa Bali yang berkumpul di Kabupaten Yahukimo untuk melakukan aksi demonstrasi.

Baca Juga :  Presiden GIDI Resmikan 10 Gereja di Tolikara

“Memang sejak pagi ada pengerahan massa. Dari informasi yang kami dapatkan sekira 750 sampai dengan 800 orang yang diarahkan untuk melakukan aksi demo di sana. Namun sampai saat ini situasi disana masih kondusif,”ungkapnya Senin (16/9) kemarin saat ditemui di Wamena.

Aksi demo tersebut menurut Candra Dianto, diisi dengan orasi di Kompleks Ruko yang dikoordinatori oleh Marco Pahabol. Menyikapi masalah ini TNI dan Polri telah menyiapkan personel guna mengantisipasi perkembangan situasai di sana.

Dikatakan, aksi demo damai ini dilakukan tanpa memasukan surat dari Polres Yahukimo dan juga tak ada izin dari Kepolisian.

“Koordinator lapangan Marco Pahabol memberikan jaminan kepada aparat keamanan. Aksi demo damai hanya ingin menyampaikan aspirasi dengan berorasi kepada pemerintah daerah untuk masalah rasisme,”kata Dandim yang membawahi 8 kabupaten termasuk Kabupaten Yahukimo.

Dandim berharap, aksi demo yang berjalan di Yahukimo ini bisa berjalan dengan aman tertib, lancar dan juga kondusif. Aksi demo ini juga dijadwalkan hanya berlangsung sehari sehingga ia memastikan jika kemungkinan siang ini juga akan selesai, 

“Mereka hanya meminta waktu hingga siang hari dan mungkin pukul 12.00 WIT akan berakhir atau massa akan membubarkan diri. Apabila aksi ini masih akan berlangsung hingga besok, TNI akan mengedepankan Kepolisian dalam melakukan penindakan karena memang tak memiliki izin,” tegas Candra Dianto.

Ia melihat meski tak memiliki izin namun pihak Kepolisian masih memberikan kesempatan dengan harapan aksi ini berjalan dengan damai. Namun kalau aksi ini masih berlangsung hingga besok ,artinya para pendemo ini sudah memanfaatkan kesempatan kebijakan yang diberikan itu.

“Kami sudah mengerahkan aparat gabungan untuk melakukan pengamanan di sana sebanyak 600 personel Polres Yahukimo, Brimob dan TNI,” tutupnya.(rin/fia/oel/jo/nat) 

Artikel Sebelumnya
Artikel Selanjutnya

Berita Terbaru

Artikel Lainnya