Saturday, April 27, 2024
30.7 C
Jayapura

Pendemo Hanya Sampai Depan Pintu DPRP

Massa Kucing-kucingan dengan Polisi, Haru ini Demo Lagi

JAYAPURA – Niatan sejumlah pemuda yang tergabung dalam Front Rakyat Papua (FRP) untuk menggelar aksi demo dan menyampaikannya ke kantor DPR Papua pada Selasa (15/11) gagal dilakukan.

Ini setelah aparat keamanan memblokade  semua titik yang menjadi titik kumpul para pendemo. Yang dilakukan bukan tanpa alasa karena sejak awal kelompok ini sudah diminta membangun komunikasi yang baik termasuk menyangkut perizinan namun tidak diindahkan.

Polisi sendiri menurut Kapolresta Jayapura Kota, Kombes Pol Victor Mackbon sudah berupaya memfasilitasi  dan menawarkan agar semua aspirasi bisa tetap tersampaikan namun justru tidak dipatuhi dan pendemo memilih caranya sendiri. diindahkan dan mau jalan sendiri. Sementara jauh- jauh hari telah ditegaskan bahwa tak ada yang namanya long march karena dipastikan akan mengganggu ketertiban lalu lintas.

“Kami sudah sampaikan jauh – jauh hari  bahwa kami siap memfasilitasi tapi ini tidak dilakukan dan pedemo pilih jalan sendiri sendiri,” beber Victor  Mackbon di depan kantor  DPR Papua, kemarin. Yang membuat aparat tambah kesal kata Victor adalah pendemo ini seperti kucing-kucingan, datang sendiri-sendiri kemudian menjadi kelompok yang  lebih besar dan melakukan longmarch.

“Untuk yang di Uncen Abepura massanya hanya sekitar 15 orang sedangkan pendemo di Imbi sekitar 40 an orang tapi semua berjalan tertib dan terpaksa kami hentikan seperti ini karena sejak awal sudah tidak mau bekerjasama. Tiba – tiba ada di depan DPR padahal demo depan rumah orang saja itu harus diketahui pemilik rumahnya, bukan diam – diam,” jelas Kapolresta.

Baca Juga :  Lukas Enembe Tulis Surat untuk KPK “Kasur Saya Tipis”

Pantauan Cenderawasih Pos, sekitar pukul 12.10 WIT para pendemo tiba-tiba sudah muncul di depan pintu gerbang DPR Papua. Aparat keamanan sudah berjaga-jaga di dalam maupun luar gedung. Karena tidak memiliki izin untuk menggelar aksi termasuk apa yang akan disampaikan juga tidak diketahui secara jelas oleh aparat akhirnya pintu gerbang ditutup.

Pendemo yang berjumlah sekitar 40 orang ini akhirnya hanya bertahan di pintu depan  sambil terus bernegosiasi untuk bisa masuk ke dalam halaman DPRP. Namun karena tak ada kesepakatan yang dicapai akhirnya  pukul 13.00 WIT para pendemo ini diminta untuk membubarkan diri.

Sementara itu Ketua MPM Uncen Apniel Doo  mengatakan pihaknya menolak “Kami secara tegas menolak penyelenggaran KTT G-20 di Bali, sedangkan  g20 yang gelar di Bali Karena ini akan merusak sumber daya alam Papua dan masyarakat asli Papua akan semakin Tersisih karena Presiden Joko Widodo akan menjual sumber daya alam Papua kepada negara-negara lain yang hadir pada pertemuan tersebut,” kata Apniel.Doo Ketua MPM Uncen.

Baca Juga :  Konsisten Akan Bicara HAM dan  Martabat Manusia 

Di tempat yang sama Mahasiswa  FE yang tewas mengatakan penolakan terhadap pelaksanaan G-20 terjadi di propinsi paling timur Indonesia itu. Ketua MPM Mahasiswa Uncen Apniel Doo mengatakan pihaknya dengan mahasiswa akan mengelar aksi demostrasi penolakan G20 di bali.

Ia mengatakan aksi sebagai bentuk penolakan mahasiswa terkait kegiatan G20  yang dinilai akan merusak sumberdaya alam papua dan masyarakat adat makin tersisih. “Besok kita akan turun  ke jalan, kita targetkan semua asrama, titik kumpulnya dan kami akan turun,” katanya di Kampus Uncen Lama, Selasa, (15/11).

Ia berharap agar aparat kepolisian dapat memberikan ruang domokrasi karena aksi akan berjalan damai. “Kami akan aksi damai maka kami minta polisi jangan menutup ruang demokrasi karena ini kurni aspirasi mahasiswa karena melihat kondiri orang Papua yang makin terancam di negerinya sendiri apa lagi dengan kepentingan investor asing yang sudah datang pada kegiatan G-20 akan benar-benar membuat orang Papua tersisih di negerinya sendiri maka kami ingin menyuarakan,” katanya. (ade/oel/wen)

Massa Kucing-kucingan dengan Polisi, Haru ini Demo Lagi

JAYAPURA – Niatan sejumlah pemuda yang tergabung dalam Front Rakyat Papua (FRP) untuk menggelar aksi demo dan menyampaikannya ke kantor DPR Papua pada Selasa (15/11) gagal dilakukan.

Ini setelah aparat keamanan memblokade  semua titik yang menjadi titik kumpul para pendemo. Yang dilakukan bukan tanpa alasa karena sejak awal kelompok ini sudah diminta membangun komunikasi yang baik termasuk menyangkut perizinan namun tidak diindahkan.

Polisi sendiri menurut Kapolresta Jayapura Kota, Kombes Pol Victor Mackbon sudah berupaya memfasilitasi  dan menawarkan agar semua aspirasi bisa tetap tersampaikan namun justru tidak dipatuhi dan pendemo memilih caranya sendiri. diindahkan dan mau jalan sendiri. Sementara jauh- jauh hari telah ditegaskan bahwa tak ada yang namanya long march karena dipastikan akan mengganggu ketertiban lalu lintas.

“Kami sudah sampaikan jauh – jauh hari  bahwa kami siap memfasilitasi tapi ini tidak dilakukan dan pedemo pilih jalan sendiri sendiri,” beber Victor  Mackbon di depan kantor  DPR Papua, kemarin. Yang membuat aparat tambah kesal kata Victor adalah pendemo ini seperti kucing-kucingan, datang sendiri-sendiri kemudian menjadi kelompok yang  lebih besar dan melakukan longmarch.

“Untuk yang di Uncen Abepura massanya hanya sekitar 15 orang sedangkan pendemo di Imbi sekitar 40 an orang tapi semua berjalan tertib dan terpaksa kami hentikan seperti ini karena sejak awal sudah tidak mau bekerjasama. Tiba – tiba ada di depan DPR padahal demo depan rumah orang saja itu harus diketahui pemilik rumahnya, bukan diam – diam,” jelas Kapolresta.

Baca Juga :  Aksi Demo Ribuan Orang Terpusat di Imbi

Pantauan Cenderawasih Pos, sekitar pukul 12.10 WIT para pendemo tiba-tiba sudah muncul di depan pintu gerbang DPR Papua. Aparat keamanan sudah berjaga-jaga di dalam maupun luar gedung. Karena tidak memiliki izin untuk menggelar aksi termasuk apa yang akan disampaikan juga tidak diketahui secara jelas oleh aparat akhirnya pintu gerbang ditutup.

Pendemo yang berjumlah sekitar 40 orang ini akhirnya hanya bertahan di pintu depan  sambil terus bernegosiasi untuk bisa masuk ke dalam halaman DPRP. Namun karena tak ada kesepakatan yang dicapai akhirnya  pukul 13.00 WIT para pendemo ini diminta untuk membubarkan diri.

Sementara itu Ketua MPM Uncen Apniel Doo  mengatakan pihaknya menolak “Kami secara tegas menolak penyelenggaran KTT G-20 di Bali, sedangkan  g20 yang gelar di Bali Karena ini akan merusak sumber daya alam Papua dan masyarakat asli Papua akan semakin Tersisih karena Presiden Joko Widodo akan menjual sumber daya alam Papua kepada negara-negara lain yang hadir pada pertemuan tersebut,” kata Apniel.Doo Ketua MPM Uncen.

Baca Juga :  Tiga Warga PNG Terancam Hukuman Mati

Di tempat yang sama Mahasiswa  FE yang tewas mengatakan penolakan terhadap pelaksanaan G-20 terjadi di propinsi paling timur Indonesia itu. Ketua MPM Mahasiswa Uncen Apniel Doo mengatakan pihaknya dengan mahasiswa akan mengelar aksi demostrasi penolakan G20 di bali.

Ia mengatakan aksi sebagai bentuk penolakan mahasiswa terkait kegiatan G20  yang dinilai akan merusak sumberdaya alam papua dan masyarakat adat makin tersisih. “Besok kita akan turun  ke jalan, kita targetkan semua asrama, titik kumpulnya dan kami akan turun,” katanya di Kampus Uncen Lama, Selasa, (15/11).

Ia berharap agar aparat kepolisian dapat memberikan ruang domokrasi karena aksi akan berjalan damai. “Kami akan aksi damai maka kami minta polisi jangan menutup ruang demokrasi karena ini kurni aspirasi mahasiswa karena melihat kondiri orang Papua yang makin terancam di negerinya sendiri apa lagi dengan kepentingan investor asing yang sudah datang pada kegiatan G-20 akan benar-benar membuat orang Papua tersisih di negerinya sendiri maka kami ingin menyuarakan,” katanya. (ade/oel/wen)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya