Saturday, April 27, 2024
33.7 C
Jayapura

Pencipta Lagu Apuse Berpulang

JAYAPURA – Kabar duka menyelimuti dunia seni di Papua. Seorang pencipta lagi daerah paling populer Apuse bernama Korinus Mandosir menghembuskan nafas terakhirnya pada Rabu siang (14/9) kemarin di RS Biak.

Tak  banyak yang mengetahui tentang sejarah lagu terlebih siapa pencipta lagu Apuse ini. Namun menariknya Menteri Agama, Gus Yaqut sempat mengucapkan ucapan belasungkawa lewat twiternya.

Cenderawasih Pos yang menelusuri kabar tersebut mendapati sang cucu bernama Sinyo Mandosir. Dari Sinyo ini dijelaskan bahwa  sang kakek telah berpulang dan kini jenasah masih berada di Sorido Kabupaten Biak.

Sinyo sendiri sempat menemui sang kakek saat masih sehat dan berdiskusi soal kisah hidup sang kakek. “Jadi saya juga hanya banyak mendengar cerita – cerita dari kakek saya ini dan memang beliau yang menciptakan lagu tersebut,” kata Sinyo.

Ia menceritakan bahwa selain lagu Apuse ini ada dua lagu lagi yang diciptakan, salah satunya berjudul Di Taman Bunga. Namun untuk lagu Apuse sendiri kata Sinyo seingatnya ini diciptakan pada tahun 1962 dengan penuh cerita. Jadi dari lagu Apuse ini menceritakan tentang anak – anak muridnya yang mendayung menuju pulau lain untuk sekolah.

Baca Juga :  Kebakaran di Kantor Bapenda di Sentani, Polisi Periksa 2 Saksi

Lagu inilah yang dinyanyikan oleh anak – anak murid almarhum. “Lagu ini menceritakan anak – anak murid yang mau sekolah ke Manokwari. Sambil mendayung perahu berjalan dari Kampung Doreri,  Biak menuju Manokwari dan lagu ini dinyanyikan di atas perahu. Seperti mengenang dan rindu, bila lihat Pulau Biak mereka juga akan merindukan orang tua mereka,” cerira Sinyo.

Almarhum sendiri tinggal di Kepulauan Aruri Kampung Sowek Kabupaten Supiori  namun di Biak tinggal di Sorido. Tete Mandosir Sarumi wafat dengan meninggalkan 4 anak yakni Helena Mandosir, Yohanis Mandosir, Wellem Mandosir dan Katerina Mandosir.

Selama hidupnya, almarhum bekerja sebagai guru SMP dan telah berkeliling mengabdi sebagai guru. “Tete ini, guru bahasa tapi suka dengan kesenian dan lagu Apuse itu tete yang ciptakan namun anak – anak muridnya yang menyanyikan,” imbuhnya.

Baca Juga :  Kapolda: Polisi dan TNI Tidak Bermain Dibalik Kebakaran di Dogiyai

Jenasah pria kelahiran 23 Juli 1940  ini kini berada di Sorido dan rencananya akan dimakamkan di  samping sang  nenek di Kampung Pamdi Distrik Supiori Barat Kapupaten Supiori. Sinyo juga menjelaskan bahwa sejatinya lagu Apuse ini ingin dipatenkan lewat HAKI namun urung dilakukan karena kondisi kesehatan sang kakek yang naik turun. “Rencana sejak tahun 2019 lalu tapi sata itu tete sakit dan kami mau daftarkan tahun ini tapi tete terlanjur meninggal. Dulu waktu jadi guru juga berpindah- pindah. Pernah  di Biak, Jayapura, Nafri, Depapre hingga SMP YPK Kotaraja Dalam dan jabatan terakhir beliau adalah Ketua PSW (Pengawas Sekolah Wilayah) YPK Kabupaten Supiori.

“Kami pihak keluarga tentunya bangga karena lagu ini dinyanyikan secara nasional hanya memang penghargaan terhadap sosok yang berjasa dari pemerintah ini sama sekali tidak terlihat,” tutup Sinyo. (ade/wen)

JAYAPURA – Kabar duka menyelimuti dunia seni di Papua. Seorang pencipta lagi daerah paling populer Apuse bernama Korinus Mandosir menghembuskan nafas terakhirnya pada Rabu siang (14/9) kemarin di RS Biak.

Tak  banyak yang mengetahui tentang sejarah lagu terlebih siapa pencipta lagu Apuse ini. Namun menariknya Menteri Agama, Gus Yaqut sempat mengucapkan ucapan belasungkawa lewat twiternya.

Cenderawasih Pos yang menelusuri kabar tersebut mendapati sang cucu bernama Sinyo Mandosir. Dari Sinyo ini dijelaskan bahwa  sang kakek telah berpulang dan kini jenasah masih berada di Sorido Kabupaten Biak.

Sinyo sendiri sempat menemui sang kakek saat masih sehat dan berdiskusi soal kisah hidup sang kakek. “Jadi saya juga hanya banyak mendengar cerita – cerita dari kakek saya ini dan memang beliau yang menciptakan lagu tersebut,” kata Sinyo.

Ia menceritakan bahwa selain lagu Apuse ini ada dua lagu lagi yang diciptakan, salah satunya berjudul Di Taman Bunga. Namun untuk lagu Apuse sendiri kata Sinyo seingatnya ini diciptakan pada tahun 1962 dengan penuh cerita. Jadi dari lagu Apuse ini menceritakan tentang anak – anak muridnya yang mendayung menuju pulau lain untuk sekolah.

Baca Juga :  Kapolda: Polisi dan TNI Tidak Bermain Dibalik Kebakaran di Dogiyai

Lagu inilah yang dinyanyikan oleh anak – anak murid almarhum. “Lagu ini menceritakan anak – anak murid yang mau sekolah ke Manokwari. Sambil mendayung perahu berjalan dari Kampung Doreri,  Biak menuju Manokwari dan lagu ini dinyanyikan di atas perahu. Seperti mengenang dan rindu, bila lihat Pulau Biak mereka juga akan merindukan orang tua mereka,” cerira Sinyo.

Almarhum sendiri tinggal di Kepulauan Aruri Kampung Sowek Kabupaten Supiori  namun di Biak tinggal di Sorido. Tete Mandosir Sarumi wafat dengan meninggalkan 4 anak yakni Helena Mandosir, Yohanis Mandosir, Wellem Mandosir dan Katerina Mandosir.

Selama hidupnya, almarhum bekerja sebagai guru SMP dan telah berkeliling mengabdi sebagai guru. “Tete ini, guru bahasa tapi suka dengan kesenian dan lagu Apuse itu tete yang ciptakan namun anak – anak muridnya yang menyanyikan,” imbuhnya.

Baca Juga :  Terancam Kehilangan 13 Potensi PAD, ini Penyebabnya

Jenasah pria kelahiran 23 Juli 1940  ini kini berada di Sorido dan rencananya akan dimakamkan di  samping sang  nenek di Kampung Pamdi Distrik Supiori Barat Kapupaten Supiori. Sinyo juga menjelaskan bahwa sejatinya lagu Apuse ini ingin dipatenkan lewat HAKI namun urung dilakukan karena kondisi kesehatan sang kakek yang naik turun. “Rencana sejak tahun 2019 lalu tapi sata itu tete sakit dan kami mau daftarkan tahun ini tapi tete terlanjur meninggal. Dulu waktu jadi guru juga berpindah- pindah. Pernah  di Biak, Jayapura, Nafri, Depapre hingga SMP YPK Kotaraja Dalam dan jabatan terakhir beliau adalah Ketua PSW (Pengawas Sekolah Wilayah) YPK Kabupaten Supiori.

“Kami pihak keluarga tentunya bangga karena lagu ini dinyanyikan secara nasional hanya memang penghargaan terhadap sosok yang berjasa dari pemerintah ini sama sekali tidak terlihat,” tutup Sinyo. (ade/wen)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya