Kata dia bicara kualitas pendidikan tidak terlepas dari sarana prasarana dan keberadaan guru yang berkualitas. “Sebelum dipotong seperti sekarang saja, anggaran pendidikan sebelumnya belum memenuhi syarat kualitas. Kita lihat perbadingan pendidikan di kota-kota besar mulai dari SD SMP SMA, bahkan perguruan-perguruan tinggi dengan yang ada di daerah yang terpencil di Papua, sangat jauh perbedaannya,”ungkapnya.
Ini menurut Levaan dikarenakan memang anggaran belum cukup. Misalkan mulai dari gedung-gedung perkuliahan, fasilitas-fasilitas penunjang lainnya. Termasuk di era digitalisasi baru di lembaga pendidikan yang ada di kota saja yang mungkin sudah merasakan, sedangkan di daerah terpencil sangat sedikit bahkan tidak ada.
“Jadi bagaimana kita mau kejar kualitas yang baik sedangkan ada pemotongan dari dana pendidikan Rp 22 triliun lebih. Ini justru sangat mempengaruhi. Masih ada banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan oleh pemerintah jika ingin memajukan dunia pendidikan di tanah Papua. Mulai dari menyiapkan perpustakaan laboratorium guru yang berkualitas, penempatan guru-guru di sekolah yang berdasarkan kebutuhan,” bebernya.
Apalagi kata dia, saat ini pendidikan sudah harus bertransformasi ke Era digitalisasi. Ditegaskan bahwa pemangkasan biaya pada dunia pendidikan sama halnya dengan kemunduran. “Untuk wilayah Papua yang jelas kualitas menurun. Sebelum pemangkasan saja kualitas pendidikan kita di Papua masih menurun. Jadi ada kelesuan di Papua ketika terjadinya pemotongan anggaran pendidikan, sebelum pemotongan dana saja ada kelesuhan dunia pendidikan kita,” tutupnya. (roy/ade).
Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos
BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS https://www.myedisi.com/cenderawasihpos