Setelah semuanya dinyatakan selamat dan aman pada pukul 14.20 WIT tim gabungan pun membawa delapan kru kapal itu ke pelabuhan Polairud Polda Papua pukul 17:20 WIT. Namun semua barang muatan kapal tersebut tak ada yang terselamatkan.
Sementara itu Capt Hiiman mengaku pada saat kejadian ia sedang dalam posisi tidur, tidak lama setelah itu sekira pukul 09.00 WIT, dia melihat mesin kapal sudah tengelam. “Saya posisi di kamar tidur, pas mendengar kelainan suara mesin saya terbangun, ada anak buah yang sampaikan begitu bangun air sudah banyak dalam kapal. Sekira pukul 09.00 WIT saya bangun,” ungkapnya kepada Cenderawasih Pos.
Saat itu kata dia posisi mesin masih dalam keadaan bunyi tetapi tidak ada tenaga untuk berjalan. Lanjutnya Kejadian tersebut terjadi sekira pukul 10.00 WIT. Diceritakannya bawah ia dan anak buahnya sepat berusaha untuk mengeluarkan air dari dalam kapal dengan mengunakan mesin Alkon. Namun usahanya itu tidak membuahkan hasil karena air yang keluar tidak sebanding banyaknya dengan air yang masuk kedalam kapal.
Capt Hiiman mengaku bersyukur bisa selamat dari Insiden tersebut meski sempat pasrah dan merasa dirinya akan segera dipanggil yang kuasa. Ia mengatakan meski terombang ambing di tengah laut tak ada rasa ketakutan yang menghantui kami tetap memilih bersikap tenang tanpa panik.
Dia mengatakan, ketika karam, kapal kayu tidak langsung tenggelam. Setelah kapalnya penuh dengan air, beberapa saat kemudian baru benar-benar tenggelam. Seakan tak habis ide demi menyelamatkan diri dari insiden maut itu kedelapan kru kapal tersebut dengan sigap membuat rakitan dari drum fiber untuk bertahan diatas permukaan laut sebelum tim penyelamat dari Polsek Demta, Polairud dari Polda Papua dan Basarnas tiba. (kar/dil/ade)