Sunday, April 28, 2024
24.7 C
Jayapura

Negara Diminta Jaga Keselamatan LE

dr Anton Mote: Saat Ditangkap, Masih Kondisi Sakit Jantung

JAYAPURA – Dokter pribadi Gubernur Papua sebut kondisi Lukas Enembe dalam keadaan sakit ketika Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menjemputnya, di salah satu rumah makan di Abepura, Selasa (11/1) lalu.

Dr Anton Mote sebagai dokter pribadi Lukas Enembe menyebut sakit yang diderita Gubernur yakni stroke, diabetes, jantung dan juga ginjal.

“Beliau (Gubernur-red) dibawa dalam kondisi masih sakit dan sedang dalam perawatan yang selama ini kami monitor setiap hari di Jayapura. Dikarenakan KPK belum juga memberikan ijin sesuai dengan permintaan Gubernur untuk melakukan perawatan di RS Singapura, sehingga selama ini kami sebatas monitor kesehatannya di Jayapura,” tutur dr Anton Mote saat dikonfirmasi Cenderawasih Pos, Rabu (11/1).

Dr Anton Mote menyebut, dirinya lost contact dengan Lukas Enembe usai diterbangkan KPK ke Jakarta. Kendati demikian, Rabu (11/1). Direktur RSUD Dok II itu akan berangkat ke Jakarta membawa seluruh hasil pemeriksaan kesehatan Lukas untuk disampaikan ke RSPAD Gatot Subroto tempat dimana Gubernur dirawat.

 “Karena Gubernur sudah digeser ke Jakarta, saya ikut mendampingi beliau selama perawatan atau pun pemeriksaan yang dilakukan. Juga secara psikologi memberi dukungan kepada Gubernur untuk lebih siap menerima semua hasil pemeriksaan walaupun tentunya bapak pasti tidak menerima jika dirawat di RSPAD atau pun rumah sakit lainnya di Jakarta,” ungkapnya.

Menurut dr Anton Mote, rencananya Selasa (10/1) Lukas Enembe melakukan pengambilan darah. Hanya saja sudah ditangkap KPK, sehingga itu, dr Anton akan berangkat ke Jakarta dengan membawa obat obatan dan bukti pemeriksaan yang sudah dilakukan selama ini di Jayapura.

“Sebenarnya jika sudah stabil, kita melakukan pemeriksaan darah terhadap Gubernur. Sejauh ini, sekali pun Lukas Enembe berada di Jayapura. Namun sistem kontrol kesehatan dengan dokter singapura terus dilakukan. Bahkan, kami di RSUD Dok II membentuk tim dokter untuk mengawal beliau,” terangnya.

Dikatakan dr Anton, Tim Dokter Jayapura dan dokter Singapura melakukan kolaborasi untuk melakukan perawatan kepada Gubernur. Bahkan, tim dokter Jayapura sudah merujuk agar Lukas Enembe mendapatkan perawatan medis di rumah sakit yang lebih tinggi. Dan sebagai pasien, hak pilih Gubernur memilih untuk berobat di singapura.

Baca Juga :  Pemprov Terima Bantuan Bus dari Kementerian Perhubungan

“RS Singapura adalah tempat dimana Gubernur berobat selama ini, kami juga sudah sampaikan kepada KPK melalui kuasa hukum Lukas Enembe. Hanya saja tidak disetujui KPK hingga berakhir dengan penjemputan paksa,” ungkpanya.

Padahal kata dr Anton Mote, saat KPK dan tim dokternya melakukan pemeriksaan di Koya sudah ditandatangani berita acara bahwa Lukas selanjutnya melakukan perawatan. Namun kenyataannya, berakhir dengan penjemputan paksa .

“Yang jelas beliau dijemput dengan kondisi menderita jantung hypertensi ginjal yang sudah  kronis stadium 4. Jika itu tidak terkontrol dalam waktu dekat, maka akan masuk pada tahapan terminal membutuhkan cuci darah dan ini yang sangat dikhawatirkan,” tuturnya.

Ia pun meminta masyarakat Papua untuk terus mendoakan Lukas Enembe, juga berharap agar  KPK dan pihak pihak terkait memberikan prioritas kepada Gubernur terkait hak kesehatannya.

“Kami harapkan RSPAD Gator Subroto memberikan data yang ril dan objektif sesuai uji profesi dokter kepada pihak KPK terkait kondisi kesehatan Lukas Enembe,” tegasnya.

  Sementara itu, tokoh gereja meminta agar Negara Indonesia diminta menjaga dan memberikan kepastian keselamatan gubernur Papua Lukas Enembe dengan baik selama dalam pemeriksaan KPK.

  Pendeta GKI John Baransano ketika di hubungi Cenderawasih Pos,  Rabu, (11/1)  ia mengatakan bahwa dengan melihat setiap kejadian banyak pemimpin Papua yang kehilangan nyawanya ketika berada di Jakarta makan ia mengajak seluruh masyarakat Papua untuk berdoa agar Lukas dalam perlindungan Tuhan.

“Kita berdoa agar LE tidak mengalami nasib seperti pemimpin Papua lainnya, alasan mati karena serangan jantung dan lain – lain. Kalau sampai hal itu terjadi maka negara bertanggungjawab,” tegas Baransano.

Ia mengatakan masyarakat Papua memiliki cara pandang tersendiri terkait banyaknya pejabat Papua yang merupakan pemimpin mereka meninggal di luar Papua, namun ketika berada di Papua mereka aman.

  “Tinggal di Papua aman, tetapi begitu keluar pulang tinggal nama. Semoga Pak Irwasda jaga Gubernur kami dengan baik. Semua ini politik kepentingan jadi hanya Tuhan yang tahu. Tanah Papua itu tanah berTuhan bukan bertuan, Barang siapa bekerja di atas tanah ini dengan jujur, setia dan dengar-dengaran, dia akan berjalan dari satu tanda heran ke tanda heran lainnya,” katanya.

Baca Juga :  Terancam KKB Warga Pilih Ekodus Tinggalkan Paro

  Dia mengatakan Gubernur Papua Lukas Enembe saat ini masih menjadi gubernur aktif dan merupakan  simbol dan martabat orang Papua yang sudah menjadi tiang pelindung bagi semua orang.

“Kami harap Gubernur Papua Lukas Enembe tetap sehat, kami mohon keselamatan Bapa LE menjadi tangungjawab negara  karena LE adalah harkat dan simbol orang asli Papua,” katanya.

  Terlepas dari penangkapan, Pendeta John juga mengatakan gubernur adalah pribadi yang taat dalam penyelenggaraan pemerintahan pelaksanaan pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan.

“Setiap laporan keuangan selama 8 kali tidak pernah ditemukan disklemer, tetapi selalu WTP dan dia menoreh sukses keberhasilan dengan sukses PON dan Peparnas, Stadion megah, dan itu bukan hal yang biasa, namun  ini luar biasa,” katanya.

  Pendeta Baransano juga mengatakan jika satu miliar menjadi persoalan hingga Gubernur Papua ditetapkan tersangka oleh KPK hal itu tidak sebanding dengan ratusan triliun yang diberikan orang Papua melalui tambang, hasil laut, kayu dan alam lainya.

  “Tambang  kami dikeruk lebih dari satu miliar, tapi triliunan, tapi kalian malah tuduh dengan satu miliar sementara hasil alam kami memberikan kalian ratusan triliun, ini sangat tidak adil dan dia Lukas adalah pemimpin orang Papua pemersatu orang Papua dan memiliki kesan- kesan yang luar biasa, dia membagi jabatan yang adil dan tidak ada perbedan dalam jabatan kami tidak bisa dipisahkan  dalam bantuan keagamaan dia Lukas menunjukan itu dia adalah simbol pemersatu OAP dengan bantuan yang merata di setiap sinode dan gereja,” katanya.

Dia juga menyinggung dalam proses penangkapan Lukas dilakukan secara tidak manusiawi karena beliau dalam keadaan sakit, namun dijemput secara kilat dan dibawa seperti penculikan.

“Kami rasa penangkapan yang dilakukan secara tidak baik, dan kepercayaan kami rakyat Papua terhadap negara ini makin hilang, Lukas silahkan kalian bawah tapi jangan dia pulang seperti Pemimpin papua lain yang sudah pergi, karena lukas sudah bersama jemaat Tuhan di Papua dari semua denominasi gereja, perpuluhannya terhadap Gereja di semua sinode dan Masjid dia berikan bantuan beliau simbol persatuan orang Papua,” katanya.(fia/oel)

dr Anton Mote: Saat Ditangkap, Masih Kondisi Sakit Jantung

JAYAPURA – Dokter pribadi Gubernur Papua sebut kondisi Lukas Enembe dalam keadaan sakit ketika Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menjemputnya, di salah satu rumah makan di Abepura, Selasa (11/1) lalu.

Dr Anton Mote sebagai dokter pribadi Lukas Enembe menyebut sakit yang diderita Gubernur yakni stroke, diabetes, jantung dan juga ginjal.

“Beliau (Gubernur-red) dibawa dalam kondisi masih sakit dan sedang dalam perawatan yang selama ini kami monitor setiap hari di Jayapura. Dikarenakan KPK belum juga memberikan ijin sesuai dengan permintaan Gubernur untuk melakukan perawatan di RS Singapura, sehingga selama ini kami sebatas monitor kesehatannya di Jayapura,” tutur dr Anton Mote saat dikonfirmasi Cenderawasih Pos, Rabu (11/1).

Dr Anton Mote menyebut, dirinya lost contact dengan Lukas Enembe usai diterbangkan KPK ke Jakarta. Kendati demikian, Rabu (11/1). Direktur RSUD Dok II itu akan berangkat ke Jakarta membawa seluruh hasil pemeriksaan kesehatan Lukas untuk disampaikan ke RSPAD Gatot Subroto tempat dimana Gubernur dirawat.

 “Karena Gubernur sudah digeser ke Jakarta, saya ikut mendampingi beliau selama perawatan atau pun pemeriksaan yang dilakukan. Juga secara psikologi memberi dukungan kepada Gubernur untuk lebih siap menerima semua hasil pemeriksaan walaupun tentunya bapak pasti tidak menerima jika dirawat di RSPAD atau pun rumah sakit lainnya di Jakarta,” ungkapnya.

Menurut dr Anton Mote, rencananya Selasa (10/1) Lukas Enembe melakukan pengambilan darah. Hanya saja sudah ditangkap KPK, sehingga itu, dr Anton akan berangkat ke Jakarta dengan membawa obat obatan dan bukti pemeriksaan yang sudah dilakukan selama ini di Jayapura.

“Sebenarnya jika sudah stabil, kita melakukan pemeriksaan darah terhadap Gubernur. Sejauh ini, sekali pun Lukas Enembe berada di Jayapura. Namun sistem kontrol kesehatan dengan dokter singapura terus dilakukan. Bahkan, kami di RSUD Dok II membentuk tim dokter untuk mengawal beliau,” terangnya.

Dikatakan dr Anton, Tim Dokter Jayapura dan dokter Singapura melakukan kolaborasi untuk melakukan perawatan kepada Gubernur. Bahkan, tim dokter Jayapura sudah merujuk agar Lukas Enembe mendapatkan perawatan medis di rumah sakit yang lebih tinggi. Dan sebagai pasien, hak pilih Gubernur memilih untuk berobat di singapura.

Baca Juga :  Penggerebekan Markas KKB Bukan Berada di Belakang Kantor Bupati

“RS Singapura adalah tempat dimana Gubernur berobat selama ini, kami juga sudah sampaikan kepada KPK melalui kuasa hukum Lukas Enembe. Hanya saja tidak disetujui KPK hingga berakhir dengan penjemputan paksa,” ungkpanya.

Padahal kata dr Anton Mote, saat KPK dan tim dokternya melakukan pemeriksaan di Koya sudah ditandatangani berita acara bahwa Lukas selanjutnya melakukan perawatan. Namun kenyataannya, berakhir dengan penjemputan paksa .

“Yang jelas beliau dijemput dengan kondisi menderita jantung hypertensi ginjal yang sudah  kronis stadium 4. Jika itu tidak terkontrol dalam waktu dekat, maka akan masuk pada tahapan terminal membutuhkan cuci darah dan ini yang sangat dikhawatirkan,” tuturnya.

Ia pun meminta masyarakat Papua untuk terus mendoakan Lukas Enembe, juga berharap agar  KPK dan pihak pihak terkait memberikan prioritas kepada Gubernur terkait hak kesehatannya.

“Kami harapkan RSPAD Gator Subroto memberikan data yang ril dan objektif sesuai uji profesi dokter kepada pihak KPK terkait kondisi kesehatan Lukas Enembe,” tegasnya.

  Sementara itu, tokoh gereja meminta agar Negara Indonesia diminta menjaga dan memberikan kepastian keselamatan gubernur Papua Lukas Enembe dengan baik selama dalam pemeriksaan KPK.

  Pendeta GKI John Baransano ketika di hubungi Cenderawasih Pos,  Rabu, (11/1)  ia mengatakan bahwa dengan melihat setiap kejadian banyak pemimpin Papua yang kehilangan nyawanya ketika berada di Jakarta makan ia mengajak seluruh masyarakat Papua untuk berdoa agar Lukas dalam perlindungan Tuhan.

“Kita berdoa agar LE tidak mengalami nasib seperti pemimpin Papua lainnya, alasan mati karena serangan jantung dan lain – lain. Kalau sampai hal itu terjadi maka negara bertanggungjawab,” tegas Baransano.

Ia mengatakan masyarakat Papua memiliki cara pandang tersendiri terkait banyaknya pejabat Papua yang merupakan pemimpin mereka meninggal di luar Papua, namun ketika berada di Papua mereka aman.

  “Tinggal di Papua aman, tetapi begitu keluar pulang tinggal nama. Semoga Pak Irwasda jaga Gubernur kami dengan baik. Semua ini politik kepentingan jadi hanya Tuhan yang tahu. Tanah Papua itu tanah berTuhan bukan bertuan, Barang siapa bekerja di atas tanah ini dengan jujur, setia dan dengar-dengaran, dia akan berjalan dari satu tanda heran ke tanda heran lainnya,” katanya.

Baca Juga :  Harus Mampu Terjemahkan MRP dan Berkomitmen Perjuangkan Hak-hak Dasar OAP

  Dia mengatakan Gubernur Papua Lukas Enembe saat ini masih menjadi gubernur aktif dan merupakan  simbol dan martabat orang Papua yang sudah menjadi tiang pelindung bagi semua orang.

“Kami harap Gubernur Papua Lukas Enembe tetap sehat, kami mohon keselamatan Bapa LE menjadi tangungjawab negara  karena LE adalah harkat dan simbol orang asli Papua,” katanya.

  Terlepas dari penangkapan, Pendeta John juga mengatakan gubernur adalah pribadi yang taat dalam penyelenggaraan pemerintahan pelaksanaan pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan.

“Setiap laporan keuangan selama 8 kali tidak pernah ditemukan disklemer, tetapi selalu WTP dan dia menoreh sukses keberhasilan dengan sukses PON dan Peparnas, Stadion megah, dan itu bukan hal yang biasa, namun  ini luar biasa,” katanya.

  Pendeta Baransano juga mengatakan jika satu miliar menjadi persoalan hingga Gubernur Papua ditetapkan tersangka oleh KPK hal itu tidak sebanding dengan ratusan triliun yang diberikan orang Papua melalui tambang, hasil laut, kayu dan alam lainya.

  “Tambang  kami dikeruk lebih dari satu miliar, tapi triliunan, tapi kalian malah tuduh dengan satu miliar sementara hasil alam kami memberikan kalian ratusan triliun, ini sangat tidak adil dan dia Lukas adalah pemimpin orang Papua pemersatu orang Papua dan memiliki kesan- kesan yang luar biasa, dia membagi jabatan yang adil dan tidak ada perbedan dalam jabatan kami tidak bisa dipisahkan  dalam bantuan keagamaan dia Lukas menunjukan itu dia adalah simbol pemersatu OAP dengan bantuan yang merata di setiap sinode dan gereja,” katanya.

Dia juga menyinggung dalam proses penangkapan Lukas dilakukan secara tidak manusiawi karena beliau dalam keadaan sakit, namun dijemput secara kilat dan dibawa seperti penculikan.

“Kami rasa penangkapan yang dilakukan secara tidak baik, dan kepercayaan kami rakyat Papua terhadap negara ini makin hilang, Lukas silahkan kalian bawah tapi jangan dia pulang seperti Pemimpin papua lain yang sudah pergi, karena lukas sudah bersama jemaat Tuhan di Papua dari semua denominasi gereja, perpuluhannya terhadap Gereja di semua sinode dan Masjid dia berikan bantuan beliau simbol persatuan orang Papua,” katanya.(fia/oel)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya