Pemerintah Pusat Disebut Terlibat Dalam Pelanggaran HAM
Massa saat akan bergabung dengan kelompok lain yang sudah lebih dulu berorasi di Lingkaran Abepura, Rabu (10/12). (Foto: Jimi/Cepos)
Pentolan KNPB dan ULMWP Turun Gunung, Buchtar Menangis
JAYAPURA – Massa dari Komite Nasional Papua Barat (KNPB) menggelar aksi di Tugu Pendidikan Abepura pada, Rabu (10/12). Aksi tersebut dilakukan KNPB dalam rangka memperingati hari Hak Asasi Manusia (HAM) sedunia yang diperingati setiap tanggal 10 Desember. Aksi ini awalnya dilakukan dibeberapa titik.
Ada yang di Lingkaran Abepura dan ada juga di Perumnas III Waena. Ini dilakukan pagi hari. Siang harinya pendemo di Perumnas III memilih bergabung ke Lingkaran Abepura. Demo berlangsung tertib hingga pukul 15.00 WIT. Baik aparat maupun pendemo sama berpanas-panasan. Yang hadir sebagian besar pemuda dan ada juga perempuan termasuk anak di bawah umur.
Namun menariknya untuk moment hari HAM ini, pentolan aksi yang dulu pernah memimpin “pasukan” di tahun 2010 an seperti Buchtar Tabuni dan Markus Haluk ikut serta. Pentolan KNPB dan ULMWP ini turun gunung. Buchtar adalah pendiri KNPB sedangkan Markus Haluk kini menjabat sebagai Sekjend Unitel Liberation Movement for West Papua (ULMWP).
Di lapangan juga terlihat Menase Tabuni (Presiden Eksekutif ULMWP) dan beberapa anggota lainnya seperti Warpo Wetipo, Orgam Wanimbo, Hakim Pahabol dan Dano Tabuni
Aksi dimulai pukul 09.00 WIT hingga pukul 15.00 WIT yang diawali dengan penyampaian orasi dari berbagai Kordinator lapangan koalisi, kemudian dilanjutkan penyampaian pernyataan sikap dari KNPB yang dibacakan penanggung jawab aksi, Kamus Bayage. Sambil menangis Buchtar Tabuni menyampaikan bahwa dirinya telah sekian tahun telah meninggalkan tempat itu (Tugu Pendidikan Abepura).
Kepala Sekretariat Komnas HAM Papua, Frits Ramandey berdiri bersama pendiri KNPB, Buchtar Tabuni usai menerima pernyataan sikap.
Ia mengaku sedih namun ia merasakan senang melihat para juniornya terus berjuang tanpa merasa lelah di tengah banyaknya penindasan di Papua. Ditempat itu, ia mengungkapkan ada darah yang menjadi korban dalam perjuangan kemerdekaan namun hingga sekarang belum juga terwujud.
“Terimakasih kepada adek-adek mahasiswa saya tidak mampu menghadapi situasi yang terjadi saat ini dan saya ingat saya punya masa lalu,” kata Buchtar Tabuni sambil menangis.
Pentolan KNPB dan ULMWP Turun Gunung, Buchtar Menangis
JAYAPURA – Massa dari Komite Nasional Papua Barat (KNPB) menggelar aksi di Tugu Pendidikan Abepura pada, Rabu (10/12). Aksi tersebut dilakukan KNPB dalam rangka memperingati hari Hak Asasi Manusia (HAM) sedunia yang diperingati setiap tanggal 10 Desember. Aksi ini awalnya dilakukan dibeberapa titik.
Ada yang di Lingkaran Abepura dan ada juga di Perumnas III Waena. Ini dilakukan pagi hari. Siang harinya pendemo di Perumnas III memilih bergabung ke Lingkaran Abepura. Demo berlangsung tertib hingga pukul 15.00 WIT. Baik aparat maupun pendemo sama berpanas-panasan. Yang hadir sebagian besar pemuda dan ada juga perempuan termasuk anak di bawah umur.
Namun menariknya untuk moment hari HAM ini, pentolan aksi yang dulu pernah memimpin “pasukan” di tahun 2010 an seperti Buchtar Tabuni dan Markus Haluk ikut serta. Pentolan KNPB dan ULMWP ini turun gunung. Buchtar adalah pendiri KNPB sedangkan Markus Haluk kini menjabat sebagai Sekjend Unitel Liberation Movement for West Papua (ULMWP).
Di lapangan juga terlihat Menase Tabuni (Presiden Eksekutif ULMWP) dan beberapa anggota lainnya seperti Warpo Wetipo, Orgam Wanimbo, Hakim Pahabol dan Dano Tabuni
Aksi dimulai pukul 09.00 WIT hingga pukul 15.00 WIT yang diawali dengan penyampaian orasi dari berbagai Kordinator lapangan koalisi, kemudian dilanjutkan penyampaian pernyataan sikap dari KNPB yang dibacakan penanggung jawab aksi, Kamus Bayage. Sambil menangis Buchtar Tabuni menyampaikan bahwa dirinya telah sekian tahun telah meninggalkan tempat itu (Tugu Pendidikan Abepura).
Kepala Sekretariat Komnas HAM Papua, Frits Ramandey berdiri bersama pendiri KNPB, Buchtar Tabuni usai menerima pernyataan sikap.
Ia mengaku sedih namun ia merasakan senang melihat para juniornya terus berjuang tanpa merasa lelah di tengah banyaknya penindasan di Papua. Ditempat itu, ia mengungkapkan ada darah yang menjadi korban dalam perjuangan kemerdekaan namun hingga sekarang belum juga terwujud.
“Terimakasih kepada adek-adek mahasiswa saya tidak mampu menghadapi situasi yang terjadi saat ini dan saya ingat saya punya masa lalu,” kata Buchtar Tabuni sambil menangis.