Sunday, April 28, 2024
24.7 C
Jayapura

Protes Berlanjut, Rekapitulasi Pemilu Kota Jayapura Molor

PENGAMANAN: Aparat Kepolisian saat melakukan pengamanan ketat di depan Hotel Aston Jayapura tempat dilaksanakannya rapat pleno rekapitulasi hasil penghitungan suara Pemilu Tahun 2019 Kota Jayapura, Jumat (10/5).( FOTO : Elfira/Cenderawasih Pos)

JAYAPURA-Bentuk protes warga terhadap hasil rekapitulasi atau penghitungan suara di KPU Kota Jayapura yang dilakukan di Hotel Aston Jayapura berlanjut. Bila sebelumnya aksi beberapa orang berhasil dihentikan oleh pihak keamanan, hal serupa kembali terjadi Jumat (10/5) sore kemarin.

Sekira 30 orang mencoba memasuki halaman hotel untuk melakukan protes. Namun upaya ini gagal karena  Polisi lebih dulu memblokade jalur menuju pintu masuk. Alhasil warga yang mendukung para Caleg ini memilih untuk  mundur ke Pasar Mama-mama. 

 Ini terjadi sekira pukul 16.40 WIT dimana sedari siang sudah terlihat warga mulai berkumpul dan sore harinya barulah mendekati bangunan hotel. Mereka nampaknya kesal melihat tingkah pihak penyelenggara yang dianggap penuh permainan. 

Cenderawasih Pos  menerima banyak pengaduan yang tak hanya dari Caleg baru maupun petahana termasuk para saksi yang mengaku banyak suara C1 plano  yang berubah ketika sudah sampai di rapat pleno tingkat Kota Jayapura. 

“Berubah sekali, kalau kami kawal dari tingkat PPD jumlahn suara saya 530 tapi sampai di sini turun menjadi 140 dan ini tidak hanya terjadi pada satu dua Caleg tapi banyak yang juga mengeluh,” kata Panji, salah satu Caleg Partai Demokrat. 

 Ada juga saksi bernama Herbert Amohoso menyampaikan bahwa ia melihat suara Caleg bernama Oni Yahuli yang dikawal juga mengalami penurunan suara saat masuk di pleno tingkat Kota Jayapura. “Suara dari C1 plano itu jumlahnya 265 namun setelah dibacakan lagi ternyata hanya 26 suara. Kami sempat ngotot dan meminta  dokumen C1 dibuka dan dihitung ulang, ternyata pas sesuai dengan 265 suara. Lalu mengapa bisa dikurangi sampai 2 suara?,” tanyanya saat ditemui kemarin. 

Baca Juga :  Marinus Yaung : Awas Jadi Bumerang

Ia juga mengatakan bahwa  penghitungan kali ini sangat semerawut. Banyak suara yang dicopot dan dipindahkan begitu saja. “Tak hanya Demokrat, ada banyak suara partai yang berubah. Kami bingung ini rakyat yang memilih atau sudah ada yang menentukan, buruk sekali. Lihat saja sampai sekarang belum selesai sementara daerah lain sudah rampung padahal Kota Jayapura adalah barometer,”  sindirnya. 

TEGANG: Sekelompok orang hendak melakukan protes namun dihadang aparat kepolisian. ( FOTO : Gamel/Cepos )

Sementara itu, Ketua KPU Kota Jayapura, Oktavianus Injama ketika dikonfirmasi Cenderawasih Pos menyebutkan kemarahan tersebut bagian dari dinamika Rapat Pleno. Sebagaimana kerap terjadi pro dan kontra di lapangan.

“Biasalah itu, namun saya juga belum tahu pasti tentang keributan sekelompok warga itu apa keinginan mereka,” ucap Oktavinus saat dikonfirmasi Cenderawasih Pos.

Terkait dengan molornya rapat pleno rekapitulasi hasil penghitungan suara Pemilu tahun 2019, di tingkat PPD yang seharusnya berakhir pada 7 Mei tahun 2019, Oktavianus Injama mengaku molornya rapat pleno karena terlalu banyak polemik saat penyelenggaraan rapat pleno.

Baca Juga :  Kapolda Khawatir Eskalasi Politik Pada Pilkada

Selain itu menurut Injama  juga terdapat kendala misalnya suara di Tempat Pemungutan Suara (TPS) tidak sesuai dengan suara yang ada saat rapat pleno di tingkat PPD sehingga rapat kerap diskorsing.

Dari lima distrik yang dirapat plenokan, Distrik Jayapura Utara pelakasanaan rapat plenonya Jumat (10/5) sementara  Distrik Jayapura Selatan, Distrik Muara Tami, Distrik Abepura, Distrik Heram telah selesai. “Rencananya Sabtu (11/5) pelaksanaan rapat pleno ditingkat PPD selesai,” katanya.

Dalam pengamanan Pleno Kota Jayapura tingkat PPD, sebanyak 170 personel aparat Kepolisian dengan perbantuan TNI memperketat pengamanan rapat pleno. Sebanyak 170 personel ini dibagi dalam dua shift, yaitu tugas penjagaan siang dan malam. Adapun skema pembagian tugas, personil keamanan di tempatkan diberbagai sudut hotel baik di tangga, pintu masuk ruang pleno dan di dalam ruang pleno.

Adapun pihak yang diperbolehkan masuk ruang pleno yakni undangan dari KPU dengan disertai tanda pengenal. Sementara untuk hotel, hanya orang yang tercatat sebagai tamu hotel. (ade/fia/nat)

PENGAMANAN: Aparat Kepolisian saat melakukan pengamanan ketat di depan Hotel Aston Jayapura tempat dilaksanakannya rapat pleno rekapitulasi hasil penghitungan suara Pemilu Tahun 2019 Kota Jayapura, Jumat (10/5).( FOTO : Elfira/Cenderawasih Pos)

JAYAPURA-Bentuk protes warga terhadap hasil rekapitulasi atau penghitungan suara di KPU Kota Jayapura yang dilakukan di Hotel Aston Jayapura berlanjut. Bila sebelumnya aksi beberapa orang berhasil dihentikan oleh pihak keamanan, hal serupa kembali terjadi Jumat (10/5) sore kemarin.

Sekira 30 orang mencoba memasuki halaman hotel untuk melakukan protes. Namun upaya ini gagal karena  Polisi lebih dulu memblokade jalur menuju pintu masuk. Alhasil warga yang mendukung para Caleg ini memilih untuk  mundur ke Pasar Mama-mama. 

 Ini terjadi sekira pukul 16.40 WIT dimana sedari siang sudah terlihat warga mulai berkumpul dan sore harinya barulah mendekati bangunan hotel. Mereka nampaknya kesal melihat tingkah pihak penyelenggara yang dianggap penuh permainan. 

Cenderawasih Pos  menerima banyak pengaduan yang tak hanya dari Caleg baru maupun petahana termasuk para saksi yang mengaku banyak suara C1 plano  yang berubah ketika sudah sampai di rapat pleno tingkat Kota Jayapura. 

“Berubah sekali, kalau kami kawal dari tingkat PPD jumlahn suara saya 530 tapi sampai di sini turun menjadi 140 dan ini tidak hanya terjadi pada satu dua Caleg tapi banyak yang juga mengeluh,” kata Panji, salah satu Caleg Partai Demokrat. 

 Ada juga saksi bernama Herbert Amohoso menyampaikan bahwa ia melihat suara Caleg bernama Oni Yahuli yang dikawal juga mengalami penurunan suara saat masuk di pleno tingkat Kota Jayapura. “Suara dari C1 plano itu jumlahnya 265 namun setelah dibacakan lagi ternyata hanya 26 suara. Kami sempat ngotot dan meminta  dokumen C1 dibuka dan dihitung ulang, ternyata pas sesuai dengan 265 suara. Lalu mengapa bisa dikurangi sampai 2 suara?,” tanyanya saat ditemui kemarin. 

Baca Juga :  Kapolda Khawatir Eskalasi Politik Pada Pilkada

Ia juga mengatakan bahwa  penghitungan kali ini sangat semerawut. Banyak suara yang dicopot dan dipindahkan begitu saja. “Tak hanya Demokrat, ada banyak suara partai yang berubah. Kami bingung ini rakyat yang memilih atau sudah ada yang menentukan, buruk sekali. Lihat saja sampai sekarang belum selesai sementara daerah lain sudah rampung padahal Kota Jayapura adalah barometer,”  sindirnya. 

TEGANG: Sekelompok orang hendak melakukan protes namun dihadang aparat kepolisian. ( FOTO : Gamel/Cepos )

Sementara itu, Ketua KPU Kota Jayapura, Oktavianus Injama ketika dikonfirmasi Cenderawasih Pos menyebutkan kemarahan tersebut bagian dari dinamika Rapat Pleno. Sebagaimana kerap terjadi pro dan kontra di lapangan.

“Biasalah itu, namun saya juga belum tahu pasti tentang keributan sekelompok warga itu apa keinginan mereka,” ucap Oktavinus saat dikonfirmasi Cenderawasih Pos.

Terkait dengan molornya rapat pleno rekapitulasi hasil penghitungan suara Pemilu tahun 2019, di tingkat PPD yang seharusnya berakhir pada 7 Mei tahun 2019, Oktavianus Injama mengaku molornya rapat pleno karena terlalu banyak polemik saat penyelenggaraan rapat pleno.

Baca Juga :  Kebijakan Anggaran Tiga DOB, DPRP Temui Mendagri dan Kemenkeu

Selain itu menurut Injama  juga terdapat kendala misalnya suara di Tempat Pemungutan Suara (TPS) tidak sesuai dengan suara yang ada saat rapat pleno di tingkat PPD sehingga rapat kerap diskorsing.

Dari lima distrik yang dirapat plenokan, Distrik Jayapura Utara pelakasanaan rapat plenonya Jumat (10/5) sementara  Distrik Jayapura Selatan, Distrik Muara Tami, Distrik Abepura, Distrik Heram telah selesai. “Rencananya Sabtu (11/5) pelaksanaan rapat pleno ditingkat PPD selesai,” katanya.

Dalam pengamanan Pleno Kota Jayapura tingkat PPD, sebanyak 170 personel aparat Kepolisian dengan perbantuan TNI memperketat pengamanan rapat pleno. Sebanyak 170 personel ini dibagi dalam dua shift, yaitu tugas penjagaan siang dan malam. Adapun skema pembagian tugas, personil keamanan di tempatkan diberbagai sudut hotel baik di tangga, pintu masuk ruang pleno dan di dalam ruang pleno.

Adapun pihak yang diperbolehkan masuk ruang pleno yakni undangan dari KPU dengan disertai tanda pengenal. Sementara untuk hotel, hanya orang yang tercatat sebagai tamu hotel. (ade/fia/nat)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya