Saturday, April 27, 2024
33.7 C
Jayapura

Gerhana Bulan Total Berpotensi Tingkatkan Ketinggian Pasang Air Laut

JAYAPURA-Adanya fenomena Bulan Purnama bersamaan dengan Gerhana Bulan Total pada tanggal 8 November (tadi malam) berpotensi meningkatkan ketinggian pasang air laut maksimum.

  Kepala Stasiun Meteorologi Maritim Dok II Jayapura Heri Purnomo, S.Si., mengatakan, Gerhana Bulan Total terjadi saat posisi matahari bumi bulan sejajar. Hal itu terjadi saat  bulan berada di umbra Bumi, yang berakibat, saat puncak gerhana bulan total terjadi, Bulan akan terlihat berwarna merah.

Gerhana Bulan total yang akan terjadi pada 8  November 2022 berdurasi selama 1 jam, 24 menit, 58 detik dan durasi umbral (sebagian + total) selama 3 jam, 39 menit, 50 detik.

“Sepanjang tahun 2022 telah terjadi sebanyak 4 kali gerhana, dengan cakupan 2 kali gerhana Matahari dan 2 kali gerhana Bulan. Gerhana Matahari sebagian terjadi pada 30 April 2022 dan tidak dapat diamati dari Indonesia. Kemudian di tanggal 25 Oktober, terjadi  gerhana Matahari sebagian lainnya yang juga tidak dapat disaksikan dari Indonesia.  Sementara di tanggal 16 Mei, terjadi gerhana Bulan total, tetapi masyarakat Indonesia tidak dapat mengamatinya,”ungkapnya Kemarin.

  Diakui, secara umum posisi bulan mempengaruhi pasang surut air laut di permukaan Bumi. Pada saat Gerhana Bulan Total, efek kombinasi gravitasi Bulan dan Matahari pada pasang surut air laut sedang maksimum. Hal inilah yang menyebabkan ketinggian pasang air laut maksimum. Meski demikian, kejadian pasang surut air laut tidak mesti maksimal saat puncak Gerhana Bulan Total. Hal ini terkait juga dengan kondisi fisik pantainya.

Baca Juga :  Ditunggangi Pihak Lain, Koramil Kurulu Diserang

Karena itu, bisa jadi Gerhana Bulan Total sudah selesai, pasang naik air lautnya baru terjadi beberapa jam kemudian.Berdasarkan pantauan data water level dan prediksi pasang surut, banjir pesisir (rob) berpotensi terjadi di beberapa wilayah pesisir utara Papua.

Potensi banjir pesisir (rob) ini secara umum berdampak pada aktivitas masyarakat di sekitar pelabuhan dan pesisir, seperti aktivitas bongkar muat di pelabuhan, aktivitas di pemukiman pesisir, serta aktivitas tambak garam dan perikanan darat. Masyarakat diimbau untuk selalu waspada dan siaga untuk mengantisipasi dampak dari Pasang  maksimum air laut serta memperhatikan update informasi cuaca maritim dari Stasiun

Heri mengatakan pasang maksimum air laut yang cukup tinggi akan terjadi di wilayah pesisir, seperti di pantai holtekamp, sedangkan di Kota Jayapura tidak telrlau terpengaruh terjadinya pasang surut air laut. Diapun berharap kepada warga yang tinggal di wilayah pesisir untuk selalu waspada.

Sementara dalam fenomena ini, Balai Besar Metereologi, Klimatologi dan Geofisika Wilayah V Jayapura melakukan pemantauan gerhana bulan total di Stasiun Maritim Dok II, Kota Jayapura, Selasa (8/11) malam.

Baca Juga :  Ricuh di Kantor Bupati Paniai, Satu  Warga Tewas

Adapun pemantauan dilakukan sejak fase awal gerhana bulan mulai pukul 17.00 WIT. Dimana tim BBMKG Jayapura melakukan pemantauan menggunakan dua alat teropong astronomi miliknya. Hasil pantauan dari alat teroping itu kemudian disiarkan ke videotron yang ada di Stasiun Maritim Dok II Kota Jayapura. Warga yang berada di sekitar lokasi bisa melihat gerhana bulan dari alat tersebut.

Koordinator Bidang Observasi BBMKG Wilayah V Jayapura, Danang menyampaikan tidak semua orang di Indonesia bisa menikmat gerhana bulan total seperti di Papua dan Papua Barat. “Gerhana bulan yang terbaik itu hanya bisa dilihat dari Papua dan Papua Barat. Total ada tujuh fase gerhana bulan total,” ungkapnya.

Sementara itu, Novela seorang mahasiswi hanya untuk ingin melihat gerhana bulan dia duduk menunggu di Kursi Panjang (Kupang) depan Kantor Gubernur Papua sejak pukul 18:30 WIT. “Datang melihat gerhana bulan bersama teman teman kampus,” ucap mahasiswi di Uncen ini.

Novela sendiri mengetahui adanya gerhana bulan dari Media Sosial sehari sebelumnya. Sehingga itu, dirinya tidak akan melewatkan moment ini begitu saja. “Kesannya seperti sesuatu yang langka dan patut untuk dinikmati, biasanya nikmati bulan purnama berwarna putih. Namun kali ini bulannya berwarna, sehingga tidak ingin melewatkan moment ini,” pungkasnya. (dil/rel/fia/wen)

JAYAPURA-Adanya fenomena Bulan Purnama bersamaan dengan Gerhana Bulan Total pada tanggal 8 November (tadi malam) berpotensi meningkatkan ketinggian pasang air laut maksimum.

  Kepala Stasiun Meteorologi Maritim Dok II Jayapura Heri Purnomo, S.Si., mengatakan, Gerhana Bulan Total terjadi saat posisi matahari bumi bulan sejajar. Hal itu terjadi saat  bulan berada di umbra Bumi, yang berakibat, saat puncak gerhana bulan total terjadi, Bulan akan terlihat berwarna merah.

Gerhana Bulan total yang akan terjadi pada 8  November 2022 berdurasi selama 1 jam, 24 menit, 58 detik dan durasi umbral (sebagian + total) selama 3 jam, 39 menit, 50 detik.

“Sepanjang tahun 2022 telah terjadi sebanyak 4 kali gerhana, dengan cakupan 2 kali gerhana Matahari dan 2 kali gerhana Bulan. Gerhana Matahari sebagian terjadi pada 30 April 2022 dan tidak dapat diamati dari Indonesia. Kemudian di tanggal 25 Oktober, terjadi  gerhana Matahari sebagian lainnya yang juga tidak dapat disaksikan dari Indonesia.  Sementara di tanggal 16 Mei, terjadi gerhana Bulan total, tetapi masyarakat Indonesia tidak dapat mengamatinya,”ungkapnya Kemarin.

  Diakui, secara umum posisi bulan mempengaruhi pasang surut air laut di permukaan Bumi. Pada saat Gerhana Bulan Total, efek kombinasi gravitasi Bulan dan Matahari pada pasang surut air laut sedang maksimum. Hal inilah yang menyebabkan ketinggian pasang air laut maksimum. Meski demikian, kejadian pasang surut air laut tidak mesti maksimal saat puncak Gerhana Bulan Total. Hal ini terkait juga dengan kondisi fisik pantainya.

Baca Juga :  Jalan Lintas Meepago Putus, Paniai, Dogiyai, Deiyai "Terisolasi"

Karena itu, bisa jadi Gerhana Bulan Total sudah selesai, pasang naik air lautnya baru terjadi beberapa jam kemudian.Berdasarkan pantauan data water level dan prediksi pasang surut, banjir pesisir (rob) berpotensi terjadi di beberapa wilayah pesisir utara Papua.

Potensi banjir pesisir (rob) ini secara umum berdampak pada aktivitas masyarakat di sekitar pelabuhan dan pesisir, seperti aktivitas bongkar muat di pelabuhan, aktivitas di pemukiman pesisir, serta aktivitas tambak garam dan perikanan darat. Masyarakat diimbau untuk selalu waspada dan siaga untuk mengantisipasi dampak dari Pasang  maksimum air laut serta memperhatikan update informasi cuaca maritim dari Stasiun

Heri mengatakan pasang maksimum air laut yang cukup tinggi akan terjadi di wilayah pesisir, seperti di pantai holtekamp, sedangkan di Kota Jayapura tidak telrlau terpengaruh terjadinya pasang surut air laut. Diapun berharap kepada warga yang tinggal di wilayah pesisir untuk selalu waspada.

Sementara dalam fenomena ini, Balai Besar Metereologi, Klimatologi dan Geofisika Wilayah V Jayapura melakukan pemantauan gerhana bulan total di Stasiun Maritim Dok II, Kota Jayapura, Selasa (8/11) malam.

Baca Juga :  Polda Berduka Berharap Anak dan Keluarga Kuat dan Tabah

Adapun pemantauan dilakukan sejak fase awal gerhana bulan mulai pukul 17.00 WIT. Dimana tim BBMKG Jayapura melakukan pemantauan menggunakan dua alat teropong astronomi miliknya. Hasil pantauan dari alat teroping itu kemudian disiarkan ke videotron yang ada di Stasiun Maritim Dok II Kota Jayapura. Warga yang berada di sekitar lokasi bisa melihat gerhana bulan dari alat tersebut.

Koordinator Bidang Observasi BBMKG Wilayah V Jayapura, Danang menyampaikan tidak semua orang di Indonesia bisa menikmat gerhana bulan total seperti di Papua dan Papua Barat. “Gerhana bulan yang terbaik itu hanya bisa dilihat dari Papua dan Papua Barat. Total ada tujuh fase gerhana bulan total,” ungkapnya.

Sementara itu, Novela seorang mahasiswi hanya untuk ingin melihat gerhana bulan dia duduk menunggu di Kursi Panjang (Kupang) depan Kantor Gubernur Papua sejak pukul 18:30 WIT. “Datang melihat gerhana bulan bersama teman teman kampus,” ucap mahasiswi di Uncen ini.

Novela sendiri mengetahui adanya gerhana bulan dari Media Sosial sehari sebelumnya. Sehingga itu, dirinya tidak akan melewatkan moment ini begitu saja. “Kesannya seperti sesuatu yang langka dan patut untuk dinikmati, biasanya nikmati bulan purnama berwarna putih. Namun kali ini bulannya berwarna, sehingga tidak ingin melewatkan moment ini,” pungkasnya. (dil/rel/fia/wen)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya