Wednesday, April 24, 2024
32.7 C
Jayapura

Disperindagkop Undang Pedagang Korban Kebakaran

BERSIHKAN PUING-PUING: Sejumlah pedagang sedang membersihkan pui-puing sisa kebakaran di kios mereka di Pasar Youtefa yang terbakar, Minggu (7/4) malam.( foto : Takim/Cepos)

JAYAPURA-Pasca kebakaran yang membakar 135 kios di Pasar Youtefa, Kelurahan Waimhorock, Distrik Abepura, Minggu (7/4) malam, Pemkot Jayapura melalui Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi (Perindagkop) dan UKM Kota Jayapura akan melakukan pertemuan dengan pedagang yang menjadi korban kebakaran.

Kadisperindagkop dan UKM Kota Jayapura, Robert LN Awi, ST., MT., mengaku sudah menyampaikan kepada kepala Pasar Youtefa untuk mengundang 135 pedagang kios yang menjadi korban kebakaran, untuk melakukan pertemuan di kantor Disperindagkop dan UKM Kota Jayapura, Selasa (9/4) hari ini. 

Pertemuan ini menurut Robert Awi untuk menentukan langkah-langkah yang harus segera diambil. Pasalnya,  Disperindagkop paham bahwa pedagang hidupnya tentu dalam berdagang di pasar.

“Dalam pertemuan ini, nanti kita akan bahas tanggung jawab mana saja yang harus pedagang lakukan. Termasuk kami, dalam penentuan kios yang nantinya akan dibangun kembali, supaya ada solusi terbaik dalam penanggulangan musibah ini. Dengan demikian, semua pedagang yang kiosnya terbakar bisa segera berjualan kembali,” ungkapnya kepada Cenderawasih Pos, Senin (8/4). 

Berdasarkan data yang dihimpun di lapangan, menurut Robert Awi dalam musibah kebakaran di Pasar Youtefa, terdapat 135 kios yang terbakar. Kios yang terbakar tersebut terdiri dar 106 kios tenda biru, sedangkan sisanya 29 kios di blok A.

“Dari 135 kios yang terbakar, di dalamnya ada pedagang yang berjualan barang elektronik dan pedagang kios pakaian maupun sejenisnya,” bebernya. 

Ditanya soal, apakah pedagang yang kiosnya terbakar bisa dipindahkan menempati lapak yang ada di Pasar Baru Youtefa di belakang Perumahan MRP Kotaraja, Robert mengaku tidak bisa. Karena pasar itu, sudah diperuntukkan bagi pedagang sayur, ikan dan buah-buahan.

   Robert juga menjelaskan, sebagian besar pedagang di Pasar Youtefa Abepura tidak tinggal di dalam pasar, tapi memang ada menggunakan kios mereka sebagai tempat tinggal. Namun ini untuk mengamankan barang-barang padagang antisipasi saat ada banjir. Pasalnya saat ini musim hujan, sehingga para pedagang khawatir. Termasuk pedagang takut apabila ada pencurian di dalam pasar. 

Hal ini menurutnya yang membuat ada pedagang tertentu yang menjaga kiosnya untuk sementara waktu. Robert juga menegaskan, walaupun pasar ini terbakar, tetap aset pemerintah, sehingga jika dibangun kembali, tidak ada permasalahan di tengah-tengah masyarakat.

Baca Juga :  Konflik Bersenjata, Jangan Korbankan Masyarakat Sipil

Secara terpisah, Wakil Wali Kota Jayapura, Ir. H. Rustan Saru, MM., mengatakan, Disperindagkop harus bisa segera turun mengambil langkah yang terbaik, bersama kepala pasar dan pedagang yang kiosnya terbakar. “Mencari jalan tengah bagaimana supaya pedagang bisa segera berjualan. Harus ada pembagian tugas dalam menangani masalah ini,” pintanya. 

Rustan Saru juga meminta, pengelolaan pasar harus lebih baik lagi. Misalnya terkait kapan pedagang harus boleh masuk berjualan dan pulang berjualan, sehingga pengelolaan pasar bisa tertib, untuk menjaga jangan sampai ada sesuatu yang terjadi. 

  ’’Termasuk jika pasar itu kosong ya kosong, operasi ya operasi harus disiplin. Jangan sampai dengan musibah ini diduga karena arus listrik atau ada hal-hal yang kita tidak tahu. Sehingga, jika ada aturan atau instruksi yang sudah diatur pemerintah harus ditaati para pedagang di pasar,” tegasnya.

Dirinya juga mengakui, dalam  penanganan pemadaman api saat terjadi kebakaran kurang maksimal. Padahal lokasi mobil pemadam kebakaran bersebelahan dengan pasar yang terbakar. 

Hal ini menurutnya harus menjadi perhatian serius petugas pemadam kebakaran bahwa dalam bertugas harus disiapkan semua, baik itu mobilnya sudah ada airnya, bahan bakar dan dan petugas yang siaga 1×24 jam. “Ini juga jadi catatan evaluasi kita,” pungkasnya. 

Secara terpisah Kepala Pasar Youtefa, Jefri Dawir mengaku pihaknya sedang melakukan pemetaan terhadap luas lokasi yang terbakar termasuk jumlah pedagang yang menjadi korban serta kerugian yang dialami.

Beberapa pedagang yang sempat ditemui Cenderawasih Pos mengaku mengalami kerugian yang cukup besar. Asri misalnya yang memiliki tiga kios pakaian mengaku mengalami kerugian sekira Rp 400 juta lebih. 

“Jika pemerintah bisa segera melakukan perbaikan di pasar ini, kami sangat berterima kasih sekali. Tetapi menurut saya relokasi bukan sebuah solusi, karena di pasar yang baru itu tidak bisa menampung semua pedagang yang ada di pasar ini,” tuturnya. 

Kerugian yang cukup besar juga dialami Ambo Aseh salah seorang penjahit di Pasar Youtefa. Akibat kebakaran tersebut, Ambo Aseh mengalami kerugian Rp 175 juta. 

Dari hasil olah TKP yang dilakukan Unit Reksrim Polsek Abepura diback up Satuan Reskrim Polres Jayapura Kota, kerugian yang dialami akibat musibah kebakaran ini sebesar Rp 3 miliar.

Baca Juga :  Senyum Gubernur Papua Sambut Kahadiran KPK di Kediamannya

Kapolres Jayapura Kota, AKBP. Gustav R Urbinas melalui Kasubag Humas Polres Jayapura Kota, Iptu Jahja Rumra menyebutkan dari hasil olah TKP sementara, dugaan penyebab kebakaran berasal dari hubungan arus pendek dari salah satu kios milik Sahar. “Kami masih mendalami kasus ini guna mengetahui penyebab sesungguhnya kebakaran tersebut,” ungkap Jahja Rumra kepada Cenderawasih Pos, Senin (8/4). 

Untuk kepentingan penyelidikan lebih lanjut, Jahja mengatakan di lokasi kebakaran telah dipasang garis polisi atau police line. Selain itu, anggota juga melakukan patroli di lokasi kejadian mengantisipasi terjadinya hal hal yang tidak diinginkan. 

Adapun sorotan terhadap Pemadam Kebakaran Kota Jayapura saat terjadi kebakaran mendapat perhatian dua anggota DPR Papua, Mustakim dan John Gobay. Keduanya memberi catatan bahwa Pemkot Jayapura arus ikut memikirkan persoalan Damkar ini.

 “Saya pikir tidak satu keluhan soal Damkar, kadang mereka melaju dengan sirine yang kencang dan meminggirkan pengguna jalan ataupun masyarakat. Nah kedatangan unit Damkar ini tentunya memberi harap baik pada keluarga korban maupun masyarakat yang meyakini api akan segera teratasi,” kata Mustakim di gedung DPRP, Senin (8/4). 

Hanya saja ternyata kadang tidak semua sesuai harapan. Ada yang datang namun tidak maksimal karena kehabisan air dan ada juga yang mengalami kerusakan pada peralatan.  

 “Nah saat semua warga menyingkir anggapannya adalah masalah  teratasi tapi justru mengecewakan. Saya khawatir ini justru timbul emosi warga dan terjadi hal-hal yang tak diinginkan. Misalnya kekecewaan hingga pengusiran. Jika Damkar diusir bisa-bisa mereka juga enggan melayani dan itu juga jadi preseden buruk. Karenanya saya pikir semua harus disiapkan baik agar semua maksimal,” bebernya.  

 Mustakim menginggung agar jangan ketika rapat pembahasan anggaran barulah semua bicara namun saat di lapangan justru tidak sebanding. “Jadi peralatan harus benar-benar ready  dan tidak rusak termasuk air,” tambahnya. 

 Senada disampaikan John Gobay yang menyinggung tentang fasilitas hydrant di Kota Jayapura yang tak berfungsi. Ada fasilitas hydrant namun lebih banyak tak berfungsi. “Ini juga masalah, peralatan bagus tapi untuk persoalan suplai air juga tak maksimal akhirnya mengandalkan truk air sebagai penyuplai. Kalau demikian mungkin diperbanyak truk penyuplainya,” singkat Gobay. (dil/kim/fia/ade/nat)

BERSIHKAN PUING-PUING: Sejumlah pedagang sedang membersihkan pui-puing sisa kebakaran di kios mereka di Pasar Youtefa yang terbakar, Minggu (7/4) malam.( foto : Takim/Cepos)

JAYAPURA-Pasca kebakaran yang membakar 135 kios di Pasar Youtefa, Kelurahan Waimhorock, Distrik Abepura, Minggu (7/4) malam, Pemkot Jayapura melalui Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi (Perindagkop) dan UKM Kota Jayapura akan melakukan pertemuan dengan pedagang yang menjadi korban kebakaran.

Kadisperindagkop dan UKM Kota Jayapura, Robert LN Awi, ST., MT., mengaku sudah menyampaikan kepada kepala Pasar Youtefa untuk mengundang 135 pedagang kios yang menjadi korban kebakaran, untuk melakukan pertemuan di kantor Disperindagkop dan UKM Kota Jayapura, Selasa (9/4) hari ini. 

Pertemuan ini menurut Robert Awi untuk menentukan langkah-langkah yang harus segera diambil. Pasalnya,  Disperindagkop paham bahwa pedagang hidupnya tentu dalam berdagang di pasar.

“Dalam pertemuan ini, nanti kita akan bahas tanggung jawab mana saja yang harus pedagang lakukan. Termasuk kami, dalam penentuan kios yang nantinya akan dibangun kembali, supaya ada solusi terbaik dalam penanggulangan musibah ini. Dengan demikian, semua pedagang yang kiosnya terbakar bisa segera berjualan kembali,” ungkapnya kepada Cenderawasih Pos, Senin (8/4). 

Berdasarkan data yang dihimpun di lapangan, menurut Robert Awi dalam musibah kebakaran di Pasar Youtefa, terdapat 135 kios yang terbakar. Kios yang terbakar tersebut terdiri dar 106 kios tenda biru, sedangkan sisanya 29 kios di blok A.

“Dari 135 kios yang terbakar, di dalamnya ada pedagang yang berjualan barang elektronik dan pedagang kios pakaian maupun sejenisnya,” bebernya. 

Ditanya soal, apakah pedagang yang kiosnya terbakar bisa dipindahkan menempati lapak yang ada di Pasar Baru Youtefa di belakang Perumahan MRP Kotaraja, Robert mengaku tidak bisa. Karena pasar itu, sudah diperuntukkan bagi pedagang sayur, ikan dan buah-buahan.

   Robert juga menjelaskan, sebagian besar pedagang di Pasar Youtefa Abepura tidak tinggal di dalam pasar, tapi memang ada menggunakan kios mereka sebagai tempat tinggal. Namun ini untuk mengamankan barang-barang padagang antisipasi saat ada banjir. Pasalnya saat ini musim hujan, sehingga para pedagang khawatir. Termasuk pedagang takut apabila ada pencurian di dalam pasar. 

Hal ini menurutnya yang membuat ada pedagang tertentu yang menjaga kiosnya untuk sementara waktu. Robert juga menegaskan, walaupun pasar ini terbakar, tetap aset pemerintah, sehingga jika dibangun kembali, tidak ada permasalahan di tengah-tengah masyarakat.

Baca Juga :  18 Parpol Telah Daftarkan Bacalegnya di Kota Jayapura

Secara terpisah, Wakil Wali Kota Jayapura, Ir. H. Rustan Saru, MM., mengatakan, Disperindagkop harus bisa segera turun mengambil langkah yang terbaik, bersama kepala pasar dan pedagang yang kiosnya terbakar. “Mencari jalan tengah bagaimana supaya pedagang bisa segera berjualan. Harus ada pembagian tugas dalam menangani masalah ini,” pintanya. 

Rustan Saru juga meminta, pengelolaan pasar harus lebih baik lagi. Misalnya terkait kapan pedagang harus boleh masuk berjualan dan pulang berjualan, sehingga pengelolaan pasar bisa tertib, untuk menjaga jangan sampai ada sesuatu yang terjadi. 

  ’’Termasuk jika pasar itu kosong ya kosong, operasi ya operasi harus disiplin. Jangan sampai dengan musibah ini diduga karena arus listrik atau ada hal-hal yang kita tidak tahu. Sehingga, jika ada aturan atau instruksi yang sudah diatur pemerintah harus ditaati para pedagang di pasar,” tegasnya.

Dirinya juga mengakui, dalam  penanganan pemadaman api saat terjadi kebakaran kurang maksimal. Padahal lokasi mobil pemadam kebakaran bersebelahan dengan pasar yang terbakar. 

Hal ini menurutnya harus menjadi perhatian serius petugas pemadam kebakaran bahwa dalam bertugas harus disiapkan semua, baik itu mobilnya sudah ada airnya, bahan bakar dan dan petugas yang siaga 1×24 jam. “Ini juga jadi catatan evaluasi kita,” pungkasnya. 

Secara terpisah Kepala Pasar Youtefa, Jefri Dawir mengaku pihaknya sedang melakukan pemetaan terhadap luas lokasi yang terbakar termasuk jumlah pedagang yang menjadi korban serta kerugian yang dialami.

Beberapa pedagang yang sempat ditemui Cenderawasih Pos mengaku mengalami kerugian yang cukup besar. Asri misalnya yang memiliki tiga kios pakaian mengaku mengalami kerugian sekira Rp 400 juta lebih. 

“Jika pemerintah bisa segera melakukan perbaikan di pasar ini, kami sangat berterima kasih sekali. Tetapi menurut saya relokasi bukan sebuah solusi, karena di pasar yang baru itu tidak bisa menampung semua pedagang yang ada di pasar ini,” tuturnya. 

Kerugian yang cukup besar juga dialami Ambo Aseh salah seorang penjahit di Pasar Youtefa. Akibat kebakaran tersebut, Ambo Aseh mengalami kerugian Rp 175 juta. 

Dari hasil olah TKP yang dilakukan Unit Reksrim Polsek Abepura diback up Satuan Reskrim Polres Jayapura Kota, kerugian yang dialami akibat musibah kebakaran ini sebesar Rp 3 miliar.

Baca Juga :  Diserang Kelompok Bersenjata, 10 Orang Terjebak

Kapolres Jayapura Kota, AKBP. Gustav R Urbinas melalui Kasubag Humas Polres Jayapura Kota, Iptu Jahja Rumra menyebutkan dari hasil olah TKP sementara, dugaan penyebab kebakaran berasal dari hubungan arus pendek dari salah satu kios milik Sahar. “Kami masih mendalami kasus ini guna mengetahui penyebab sesungguhnya kebakaran tersebut,” ungkap Jahja Rumra kepada Cenderawasih Pos, Senin (8/4). 

Untuk kepentingan penyelidikan lebih lanjut, Jahja mengatakan di lokasi kebakaran telah dipasang garis polisi atau police line. Selain itu, anggota juga melakukan patroli di lokasi kejadian mengantisipasi terjadinya hal hal yang tidak diinginkan. 

Adapun sorotan terhadap Pemadam Kebakaran Kota Jayapura saat terjadi kebakaran mendapat perhatian dua anggota DPR Papua, Mustakim dan John Gobay. Keduanya memberi catatan bahwa Pemkot Jayapura arus ikut memikirkan persoalan Damkar ini.

 “Saya pikir tidak satu keluhan soal Damkar, kadang mereka melaju dengan sirine yang kencang dan meminggirkan pengguna jalan ataupun masyarakat. Nah kedatangan unit Damkar ini tentunya memberi harap baik pada keluarga korban maupun masyarakat yang meyakini api akan segera teratasi,” kata Mustakim di gedung DPRP, Senin (8/4). 

Hanya saja ternyata kadang tidak semua sesuai harapan. Ada yang datang namun tidak maksimal karena kehabisan air dan ada juga yang mengalami kerusakan pada peralatan.  

 “Nah saat semua warga menyingkir anggapannya adalah masalah  teratasi tapi justru mengecewakan. Saya khawatir ini justru timbul emosi warga dan terjadi hal-hal yang tak diinginkan. Misalnya kekecewaan hingga pengusiran. Jika Damkar diusir bisa-bisa mereka juga enggan melayani dan itu juga jadi preseden buruk. Karenanya saya pikir semua harus disiapkan baik agar semua maksimal,” bebernya.  

 Mustakim menginggung agar jangan ketika rapat pembahasan anggaran barulah semua bicara namun saat di lapangan justru tidak sebanding. “Jadi peralatan harus benar-benar ready  dan tidak rusak termasuk air,” tambahnya. 

 Senada disampaikan John Gobay yang menyinggung tentang fasilitas hydrant di Kota Jayapura yang tak berfungsi. Ada fasilitas hydrant namun lebih banyak tak berfungsi. “Ini juga masalah, peralatan bagus tapi untuk persoalan suplai air juga tak maksimal akhirnya mengandalkan truk air sebagai penyuplai. Kalau demikian mungkin diperbanyak truk penyuplainya,” singkat Gobay. (dil/kim/fia/ade/nat)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya