Saturday, April 27, 2024
24.7 C
Jayapura

Tidak Boleh Ada Diskriminasi Terhadap Perempuan!

Koalisi Perempuan Papua saat menggelar jumpa pers terkait postingan di media sosial yang menyinggung perasaan perempuan Papua di pantai Hamadi, Senin (6/7).   ( FOTO: Noel/Cepos)

JAYAPURA- Beberapa hari terakhir netizen khususnya  di Jayapura cukup ramai memberi perhatian terhadap postingan Michael Yarisetouw di media sosial yang dianggap menyinggung perasaan kaum hawa khususnya perempuan asli Papua. 

Dalam postingannya di Facebook Michael Yarisetouw menyebut soal “perempuan tanah” untuk membangun kualitas diri dan tak perlu neko – neko serta menyinggung soal jodoh. Nah postingan ini dianggap merendahkan martabat kaum perempuan sehingga memantik banyak protes. 

Protes atas postingan tersebut diantaranya datang dari Koalisi Perempuan Papua yang Senin (6/7) kemarin memberikan keterangan pers menanggapi postingan yang dianggap menyinggung perasaan perempuan Papua. 

Wakil Ketua Solidaritas Perempuan Papua, Naci Jacqueline Hamadi mengatakan, perempuan Papua tidak menerima hal yang terjadi atas unggahan di media sosial tersebut karena sudah menyinggung perasaan perempuan Papua.

Bahkan status atau postingan tersebut membuat nitizen sangat tersakiti  karena perempuan Papua adalah pewaris ras Melanesia. “Kalau tanpa perempuan tidak mungkin ras Melanesia atau orang Papua itu bisa diwariskan. Oleh sebab itu perempuan Papua harus dihargai dan dihormati. Karena perempuan Papua itu penting,” tegasnya.

“Kami mendengar pernyataan seperti itu tentunya kami sangat kecewa dan ini bentuk kekerasan visual yang dialami oleh perempuan Papua. Sehingga kami meminta untuk tidak mengulangi perbuatan seperti itu. Siapa pun dia latar belakangnya, gelarnya,” sambungnya kepada wartawan di Pantai Hamadi, Senin (6/7).

Jacqueline Hamadi mengatakan, generasi muda Papua perlu ingat bahwa perempuan Papua yang mewariskan laki-laki Papua. Tanpa perempuan menurutnya tidak mungkin ada laki-laki.

“Perempuan Papua hari ini kami nyatakan bahwa Papua woman lives matter. Kami akan berjuang untuk pertahankan hak dan martabat kami sebagai perempuan Papua,” tegasnya. 

Ia mengatakan, saat ini perempuan Papua ada hampir di seluruh dunia dengan jabatan dan karir yang berbeda-beda. “Jadi sebenarnya postingan status Facebook itu ditujukan kepada siapa? Sebab kebanyakan perempuan mempunyai latar belakang berbeda. Ada yang broken home, yatim piatu, dan kebanyakan hanya karena faktor ekonomi sehingga mereka terjerumus ke fakta-fakta tersebut. Dan setiap orang mempunyai hak. Anda tidak punya hak untuk mengurus mereka dengan latar belakang hidup mereka demikian!” katanya.  

Lanjut Hamadi, ke depan apabila memberikan komentar atau harus pertimbangkan dari sisi budaya, etika, sosial agar postingannya sesuai dengan gelar ataupun prestasi yang dimiliki.  

“Karena perempuan mendapatkan perlakukan, kekerasan, pemerkosaan, kekerasan verbal nonverbal, berganda sehingga tidak boleh diluangi lagi” katanya. 

Hamadi menambahkan, perempuan itu ibaratnya noken dan laki-laki itu ibaratkan tiang. Apabila laki-laki mendapatkan masalah pasti saudari perempunnya akan membela lelaki.

“Kami saling membantu. Apabila laki-laki mendapatkan masalah, kami perempuan yang berdiri di garis depan. Sehingga sayangilah perempuan. Sebab pasti kalian juga mempunyai saudari perempuan,” katanya.

Terkait postingannya, Hamadi meminta agar yang bersangkutan segera meminta maaf selambat-lambatnya sebelum tujuh hari. “Dalam seminggu ini kami tunggu. Jika tidak kami melaporkan kepada pihak berwewenang untuk melanjutkan proses hukum,” katanya.

Di tempat yang sama, Ikatan Perempuan Asal Sentani Nely Ibo mengatakan, postingan di media sosial tersebut merupakan pelecehan terhadap martabat perempuan Papua.  Cara pandang seperti ini harus diubah dan tidak boleh ditiru oleh generasi muda lainnya.

Baca Juga :  Adu Promosi UMKM Indonesia-PNG di Zona Netral

“Jangan beranggapan kami perempuan Papua lemah. Sebab pekerjaan yang tidak bisa dikerjakan oleh laki-laki itulah kami kerjakan. Sehingga jangan bernggapan seperti justru akan memengaruhi cara pandang terhadap perempuan yang akan datang dan bisa jadi berujung pada kekerasan verbal,” katanya.

Ia juga mengatakan sampai saat ini perempuan Papua terus bekerja dan tidak hanya menyuarakan kasus ini tetapi kasus lainnya seperti perempuan yang mengungsi di Nduga, perempuan di Asmat dan beberapa daerah lainya. Perempuan papua terus berjuang untuk menuntut hak – hak perempuan di segala bidang, sehingga membutuhkan kesatuan perempuan Papua sebagai pewaris generasi Papua.  

Ketua Pokja Perempuan dan Anak  Dewan Adat Papua, Irene Waromi mengatakan, ini satu bentuk kekerasan verbal terhadap perempuan Papua. Sebab apa yang ditulis di Facebook kontra dengan fakta perempuan Papua hari ini. 

“Status Facebook ini bentuk kekerasan psikis yang dialami oleh perempuan Papua dan ini bentuk pelanggaran HAM. Penghargaan yang diterima dan perilakunya tidak sesuai,” katanya.  

Waromi mengatakan, Majelis Rakyat Papua (MRP) segera mengakomodir aspirasi perempuan Papua untuk membuat Perdasus perlindungan terhadap perempuan asli Papua dari tindakan kekerasan, verbal dan non verbal. 

“Perda ini penting untuk mengatisipasi kekerasan verbal serupa dari generasi mendatang terhadap perempuan Papua. Kami sangat mengecam perlakukan  kekerasan verbal terhadap perempuan Papua,” katanya.

Waromi mengatakan, DPRP, MRP dan DPRD harus melakukan hearing publik yang berkaitan dengan hak-hak perempuan. Sebab kedepan perempuan Papua akan menghadapi tantangan yang berat.

“Kami meminta agar jangan lagi melakukan pelecehan terhadap martabat perempuan Papua. Dan hak-hak perempuan dijamin dalam undang-undang agar benar-benar perempuan merasa dilindungi,” katanya.  

Irene Waromi yang juga Ketua Forum Partisipasi Publik untuk Kesejahteraan Perempuan dan Anak (Puspa) Provinsi Papua mengatakan, sesuai dengan perjanjian internasionel oleh PBB, maka tidak boleh ada lagi diskriminasi dan pelecehan terhadap perempuan di dunia ini, khususnya di tanah Papua.

“Tapi kemudian masih ada oknum-oknum yang melakukan hal ini. Apalagi dia yang memiliki pendidikan yang cukup,” tuturnya. 

Waromi sendiri tidak tahu latar belakang sampai muncul postingan seperti itu. Namun pada prinsipnya postingan yang dikeluarkan sangat mendiskiriminasikan perempuan Papua secara umum. 

Waromi mengatakan, mungkin pernyataan yang disampaikan ini baik untuk mengingatkan anak-anak muda saat ini, namun ada pernyataan yang dikeluarkan bahwa perempuan tanah itu adalah piala bergilir.

“Ini yang kami merasa bahwa sebagai perempuan Papua kami tidak terima dengan perlakuan-perlakuan seperti ini, karena ini bagian dari diskriminasi,” tambahnya.

Kata Waromi ini baru satu contoh kasus dan ini baik sekali untuk mengingatkan kepada seluruh orang-orang Papua untuk selalu berhati-hati. Sebab menghormati, menghargai hak seseorang itu menjadi penting.

Oleh krena itu,  Waromi berharap dalam memberikan pernyataan apapun di media sosial sebaiknya menjaga integritas. Apalagi yang memberikan stekmen adalah orang-orang yang berpendidikan.

“Pada prinsipnya kami menolak dan kalaupun ada gerakan-gerakan untuk memproses yang bersangkutan dalam memberikan pembelajaran dan efek jera bagi dia dan yang lain ini menjadi penting, karena sebagai orang Papua kita harus menjaga proses untuk menghargai dan menghormati,” pungkasnya.

Baca Juga :  Penataan Kawasan Kampung Harapan Rampung April 2021

Senada dengan itu Olrura Pamela Dumatubun Maniagasi  dari Perempuan Lembaga Informasi Rakyat (LIRA) mengatakan, kalau laki-laki Papua sendiri tidak menghargai perempuan Papua, bagaimana orang lain akan menghargai perempuan Papua. “Laki-laki Papua harus menjunjung tinggi marbata perempuan Papua. Jaga etika dalam berkomunikasi,” katanya.

Sementara itu, tak ingin postingannya berkepanjangan, pemilik akun M J Yarisetouw ini langsung menyampaikan permohonan maaf secara terbuka kepada publik terlebih kepada perempuan karena sudah menyinggung perasaan. “Saya sampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya dari hati yang paling dalam kepada seluruh perempuan Papua atas unggahan status Facebook saya pada 2 Juli lalu dimana dalam redaksinya terdapat  tulisan yang menyinggung perasaan perempuan dan sekali lagi saya sampaikan permohonan maaf,” ujar Michael kepada wartawan di Kotaraja, Senin (6/7).

 Ia menyatakan tak ada maksud untuk menyinggung atau melukai hati perempuan Papua mengingat ibu dan dirinya juga asli Papua. Namun ia menyadari jika dalam kehidupan pastinya tak luput dari kesalahan dan kehilafan. “Sekali lagi saya meminta maaf. Sebab mama saya juga perempuan Papua dan saya akui telah melukai hati orang tua saya juga,” ucap Michael yang menutup pernyataannya dengan membungkukkan badan. 

Meski telah menyampaikan maaf di media sosial namun dirinya merasa belum cukup sehingga ia memilih berbicara secara terbuka. “Saya merasa harus menyampaikan secara terbuka termasuk kepada keluarga saya dan kiranya saya bisa dimaafkan,” harapnya.

 Jhon Manangsang yang hadir mewakili orang tua Michael Yarisetouw mengaku menyesal dengan kejadian ini dan atas nama orang tua Michael ia menyampaikan permohonan maaf. Disini ia berpendapat bahwa postingan Michael perlu dilihat dari dua sisi agar mendapat sebuah keseimbangan. 

Pertama sisi positif adalah dari kalimat itu ada hal yang perlu dijadikan koreksi, seperti obat yang pahit jangan cepat – cepat ditolak. Mungkin ada khasiat untuk menyembuhkan. Namun dari sisi yang lain Michael akan belajar lebih santun dan bijak mengeluarkan kalimat di media sosial.  

 “Semua  punya kebebasan memberikan penilaian namun harus tetap dijaga agar ke depan menjadi laki – laki yang bertanggung jawab. Jangan lari dari kesalahan dan jika ada salah, segera meminta maaf,” tambahnya. 

Pria yang pernah menjabat sebagai anggota DPR Papua ini berpendapat bahwa jumlah perempuan Papua saat ini lebih sedikit dari laki –laki, dan ini kenyataan yang cukup memprihatinkan sehingga wajib dijaga. 

Setiap perempuan kata Jhon perlu mengoreksi diri untuk menghargai dirinya karena mereka yang akan menyiapkan sosok masa depan Papua.

 “Jangan jatuh pada godaan, pada penyakit berbahaya tapi sehat dan meningkatkan kualitas. Perempuan harus bangkit untuk menyiapkan masa depan yang lebih baik dan semua laki –laki wajib mensuport. Harus menjaga  dan tidak melakukan kekerasan baik verbal maupun non verbal,” bebernya.

 Senada disampaikan Benyamin Gurik selaku rekan Michael Yarisetouw bahwa Michael MY juga manusia biasa yang tak lepas dari kesalahan. “Ini menjadi pelajaran  penting bagi adik kami Michael namun ini juga cermin bagi seluruh laki – laki tanah agar tahu diri bagaimana  memperlakukan perempuan Papua semestinya. Mewakili tema – teman kami sampaikan permohonan maaf. Teman – teman juga yang masih membuat postingan dan saling bantah dengan permohonan maaf ini mulailah hentikan dan menjaga kebersamaan. Dalam bersosial media juga perlu menjaga jari agar tak menimbulkan polemik,” pungkasnya. (oel/bet/ade/nat)

Koalisi Perempuan Papua saat menggelar jumpa pers terkait postingan di media sosial yang menyinggung perasaan perempuan Papua di pantai Hamadi, Senin (6/7).   ( FOTO: Noel/Cepos)

JAYAPURA- Beberapa hari terakhir netizen khususnya  di Jayapura cukup ramai memberi perhatian terhadap postingan Michael Yarisetouw di media sosial yang dianggap menyinggung perasaan kaum hawa khususnya perempuan asli Papua. 

Dalam postingannya di Facebook Michael Yarisetouw menyebut soal “perempuan tanah” untuk membangun kualitas diri dan tak perlu neko – neko serta menyinggung soal jodoh. Nah postingan ini dianggap merendahkan martabat kaum perempuan sehingga memantik banyak protes. 

Protes atas postingan tersebut diantaranya datang dari Koalisi Perempuan Papua yang Senin (6/7) kemarin memberikan keterangan pers menanggapi postingan yang dianggap menyinggung perasaan perempuan Papua. 

Wakil Ketua Solidaritas Perempuan Papua, Naci Jacqueline Hamadi mengatakan, perempuan Papua tidak menerima hal yang terjadi atas unggahan di media sosial tersebut karena sudah menyinggung perasaan perempuan Papua.

Bahkan status atau postingan tersebut membuat nitizen sangat tersakiti  karena perempuan Papua adalah pewaris ras Melanesia. “Kalau tanpa perempuan tidak mungkin ras Melanesia atau orang Papua itu bisa diwariskan. Oleh sebab itu perempuan Papua harus dihargai dan dihormati. Karena perempuan Papua itu penting,” tegasnya.

“Kami mendengar pernyataan seperti itu tentunya kami sangat kecewa dan ini bentuk kekerasan visual yang dialami oleh perempuan Papua. Sehingga kami meminta untuk tidak mengulangi perbuatan seperti itu. Siapa pun dia latar belakangnya, gelarnya,” sambungnya kepada wartawan di Pantai Hamadi, Senin (6/7).

Jacqueline Hamadi mengatakan, generasi muda Papua perlu ingat bahwa perempuan Papua yang mewariskan laki-laki Papua. Tanpa perempuan menurutnya tidak mungkin ada laki-laki.

“Perempuan Papua hari ini kami nyatakan bahwa Papua woman lives matter. Kami akan berjuang untuk pertahankan hak dan martabat kami sebagai perempuan Papua,” tegasnya. 

Ia mengatakan, saat ini perempuan Papua ada hampir di seluruh dunia dengan jabatan dan karir yang berbeda-beda. “Jadi sebenarnya postingan status Facebook itu ditujukan kepada siapa? Sebab kebanyakan perempuan mempunyai latar belakang berbeda. Ada yang broken home, yatim piatu, dan kebanyakan hanya karena faktor ekonomi sehingga mereka terjerumus ke fakta-fakta tersebut. Dan setiap orang mempunyai hak. Anda tidak punya hak untuk mengurus mereka dengan latar belakang hidup mereka demikian!” katanya.  

Lanjut Hamadi, ke depan apabila memberikan komentar atau harus pertimbangkan dari sisi budaya, etika, sosial agar postingannya sesuai dengan gelar ataupun prestasi yang dimiliki.  

“Karena perempuan mendapatkan perlakukan, kekerasan, pemerkosaan, kekerasan verbal nonverbal, berganda sehingga tidak boleh diluangi lagi” katanya. 

Hamadi menambahkan, perempuan itu ibaratnya noken dan laki-laki itu ibaratkan tiang. Apabila laki-laki mendapatkan masalah pasti saudari perempunnya akan membela lelaki.

“Kami saling membantu. Apabila laki-laki mendapatkan masalah, kami perempuan yang berdiri di garis depan. Sehingga sayangilah perempuan. Sebab pasti kalian juga mempunyai saudari perempuan,” katanya.

Terkait postingannya, Hamadi meminta agar yang bersangkutan segera meminta maaf selambat-lambatnya sebelum tujuh hari. “Dalam seminggu ini kami tunggu. Jika tidak kami melaporkan kepada pihak berwewenang untuk melanjutkan proses hukum,” katanya.

Di tempat yang sama, Ikatan Perempuan Asal Sentani Nely Ibo mengatakan, postingan di media sosial tersebut merupakan pelecehan terhadap martabat perempuan Papua.  Cara pandang seperti ini harus diubah dan tidak boleh ditiru oleh generasi muda lainnya.

Baca Juga :  Anak Papua Tak Jadi Tenaga Honor, Pembentukan DOB Papua Pegunungan untuk Siapa?

“Jangan beranggapan kami perempuan Papua lemah. Sebab pekerjaan yang tidak bisa dikerjakan oleh laki-laki itulah kami kerjakan. Sehingga jangan bernggapan seperti justru akan memengaruhi cara pandang terhadap perempuan yang akan datang dan bisa jadi berujung pada kekerasan verbal,” katanya.

Ia juga mengatakan sampai saat ini perempuan Papua terus bekerja dan tidak hanya menyuarakan kasus ini tetapi kasus lainnya seperti perempuan yang mengungsi di Nduga, perempuan di Asmat dan beberapa daerah lainya. Perempuan papua terus berjuang untuk menuntut hak – hak perempuan di segala bidang, sehingga membutuhkan kesatuan perempuan Papua sebagai pewaris generasi Papua.  

Ketua Pokja Perempuan dan Anak  Dewan Adat Papua, Irene Waromi mengatakan, ini satu bentuk kekerasan verbal terhadap perempuan Papua. Sebab apa yang ditulis di Facebook kontra dengan fakta perempuan Papua hari ini. 

“Status Facebook ini bentuk kekerasan psikis yang dialami oleh perempuan Papua dan ini bentuk pelanggaran HAM. Penghargaan yang diterima dan perilakunya tidak sesuai,” katanya.  

Waromi mengatakan, Majelis Rakyat Papua (MRP) segera mengakomodir aspirasi perempuan Papua untuk membuat Perdasus perlindungan terhadap perempuan asli Papua dari tindakan kekerasan, verbal dan non verbal. 

“Perda ini penting untuk mengatisipasi kekerasan verbal serupa dari generasi mendatang terhadap perempuan Papua. Kami sangat mengecam perlakukan  kekerasan verbal terhadap perempuan Papua,” katanya.

Waromi mengatakan, DPRP, MRP dan DPRD harus melakukan hearing publik yang berkaitan dengan hak-hak perempuan. Sebab kedepan perempuan Papua akan menghadapi tantangan yang berat.

“Kami meminta agar jangan lagi melakukan pelecehan terhadap martabat perempuan Papua. Dan hak-hak perempuan dijamin dalam undang-undang agar benar-benar perempuan merasa dilindungi,” katanya.  

Irene Waromi yang juga Ketua Forum Partisipasi Publik untuk Kesejahteraan Perempuan dan Anak (Puspa) Provinsi Papua mengatakan, sesuai dengan perjanjian internasionel oleh PBB, maka tidak boleh ada lagi diskriminasi dan pelecehan terhadap perempuan di dunia ini, khususnya di tanah Papua.

“Tapi kemudian masih ada oknum-oknum yang melakukan hal ini. Apalagi dia yang memiliki pendidikan yang cukup,” tuturnya. 

Waromi sendiri tidak tahu latar belakang sampai muncul postingan seperti itu. Namun pada prinsipnya postingan yang dikeluarkan sangat mendiskiriminasikan perempuan Papua secara umum. 

Waromi mengatakan, mungkin pernyataan yang disampaikan ini baik untuk mengingatkan anak-anak muda saat ini, namun ada pernyataan yang dikeluarkan bahwa perempuan tanah itu adalah piala bergilir.

“Ini yang kami merasa bahwa sebagai perempuan Papua kami tidak terima dengan perlakuan-perlakuan seperti ini, karena ini bagian dari diskriminasi,” tambahnya.

Kata Waromi ini baru satu contoh kasus dan ini baik sekali untuk mengingatkan kepada seluruh orang-orang Papua untuk selalu berhati-hati. Sebab menghormati, menghargai hak seseorang itu menjadi penting.

Oleh krena itu,  Waromi berharap dalam memberikan pernyataan apapun di media sosial sebaiknya menjaga integritas. Apalagi yang memberikan stekmen adalah orang-orang yang berpendidikan.

“Pada prinsipnya kami menolak dan kalaupun ada gerakan-gerakan untuk memproses yang bersangkutan dalam memberikan pembelajaran dan efek jera bagi dia dan yang lain ini menjadi penting, karena sebagai orang Papua kita harus menjaga proses untuk menghargai dan menghormati,” pungkasnya.

Baca Juga :  Pelaksanaan Isolasi Pasar Lama Ditunda

Senada dengan itu Olrura Pamela Dumatubun Maniagasi  dari Perempuan Lembaga Informasi Rakyat (LIRA) mengatakan, kalau laki-laki Papua sendiri tidak menghargai perempuan Papua, bagaimana orang lain akan menghargai perempuan Papua. “Laki-laki Papua harus menjunjung tinggi marbata perempuan Papua. Jaga etika dalam berkomunikasi,” katanya.

Sementara itu, tak ingin postingannya berkepanjangan, pemilik akun M J Yarisetouw ini langsung menyampaikan permohonan maaf secara terbuka kepada publik terlebih kepada perempuan karena sudah menyinggung perasaan. “Saya sampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya dari hati yang paling dalam kepada seluruh perempuan Papua atas unggahan status Facebook saya pada 2 Juli lalu dimana dalam redaksinya terdapat  tulisan yang menyinggung perasaan perempuan dan sekali lagi saya sampaikan permohonan maaf,” ujar Michael kepada wartawan di Kotaraja, Senin (6/7).

 Ia menyatakan tak ada maksud untuk menyinggung atau melukai hati perempuan Papua mengingat ibu dan dirinya juga asli Papua. Namun ia menyadari jika dalam kehidupan pastinya tak luput dari kesalahan dan kehilafan. “Sekali lagi saya meminta maaf. Sebab mama saya juga perempuan Papua dan saya akui telah melukai hati orang tua saya juga,” ucap Michael yang menutup pernyataannya dengan membungkukkan badan. 

Meski telah menyampaikan maaf di media sosial namun dirinya merasa belum cukup sehingga ia memilih berbicara secara terbuka. “Saya merasa harus menyampaikan secara terbuka termasuk kepada keluarga saya dan kiranya saya bisa dimaafkan,” harapnya.

 Jhon Manangsang yang hadir mewakili orang tua Michael Yarisetouw mengaku menyesal dengan kejadian ini dan atas nama orang tua Michael ia menyampaikan permohonan maaf. Disini ia berpendapat bahwa postingan Michael perlu dilihat dari dua sisi agar mendapat sebuah keseimbangan. 

Pertama sisi positif adalah dari kalimat itu ada hal yang perlu dijadikan koreksi, seperti obat yang pahit jangan cepat – cepat ditolak. Mungkin ada khasiat untuk menyembuhkan. Namun dari sisi yang lain Michael akan belajar lebih santun dan bijak mengeluarkan kalimat di media sosial.  

 “Semua  punya kebebasan memberikan penilaian namun harus tetap dijaga agar ke depan menjadi laki – laki yang bertanggung jawab. Jangan lari dari kesalahan dan jika ada salah, segera meminta maaf,” tambahnya. 

Pria yang pernah menjabat sebagai anggota DPR Papua ini berpendapat bahwa jumlah perempuan Papua saat ini lebih sedikit dari laki –laki, dan ini kenyataan yang cukup memprihatinkan sehingga wajib dijaga. 

Setiap perempuan kata Jhon perlu mengoreksi diri untuk menghargai dirinya karena mereka yang akan menyiapkan sosok masa depan Papua.

 “Jangan jatuh pada godaan, pada penyakit berbahaya tapi sehat dan meningkatkan kualitas. Perempuan harus bangkit untuk menyiapkan masa depan yang lebih baik dan semua laki –laki wajib mensuport. Harus menjaga  dan tidak melakukan kekerasan baik verbal maupun non verbal,” bebernya.

 Senada disampaikan Benyamin Gurik selaku rekan Michael Yarisetouw bahwa Michael MY juga manusia biasa yang tak lepas dari kesalahan. “Ini menjadi pelajaran  penting bagi adik kami Michael namun ini juga cermin bagi seluruh laki – laki tanah agar tahu diri bagaimana  memperlakukan perempuan Papua semestinya. Mewakili tema – teman kami sampaikan permohonan maaf. Teman – teman juga yang masih membuat postingan dan saling bantah dengan permohonan maaf ini mulailah hentikan dan menjaga kebersamaan. Dalam bersosial media juga perlu menjaga jari agar tak menimbulkan polemik,” pungkasnya. (oel/bet/ade/nat)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya