
ODP di Provinsi Papua Menyusut Drastis
JAYAPURA-Teka-teki mengenai kepastian penetapan status penanganan virus Corona atau Covid-19 di Kota Jayapura akhirnya terjawab setelah Wali Kota Jayapura, Dr. Benhur Tomi Mano, MM., melakukan pertemuan dengan tim Gugus Tugas Penanganan Percepatan Covid-19 Kota Jayapura, Senin (6/4).
Dari hasil pertemuan tersebut, Wali Kota Jayapura, Dr. Benhur Tomi Mano, MM., menyampaikan bahwa pihaknya belum menaikkan status Kota Jayapura dari siaga menjadi tanggap darurat Covid-19.
Dengan adanya putusan ini, Wali Kota Tomi Mano meminta masyarakat untuk tidak menyebar hoax yang dapat membuat kepanikan dan keresahan di Kota Jayapura.
“Untuk meningkatkan status di Kota Jayapura harus perlu kajian yang mendalam. Baik itu soal sumber daya manusia, alat kesehatan, rumah sakit rujukan, sosial, ekonomi dan keamanan. Untuk itu, status di Kota Jayapura masih tetap siaga,” ungkap Wali Kota Tomi Mano saat melakukan telekonfrens dengan awak media di Kota Jayapura, Senin (6/4).
Dirinya menegaskan, agar mata rantai penyebaran Covid-19 bisa terputus, instruksi yang sudah dikeluarkan harus dijalankan oleh seluruh lapisan masyarakat tanpa terkecuali. Mulai dari social distancing, physical distancing dan imbauan selalu mencuci tangan dengan sabun serta berperilaku hidup bersih dan sehat.
Instruksi ini menurutnya wajib dilakukan. Termasuk para pelaku usaha yang berjualan ada pembatasan waktu juga dilakukan.
Wali Kota Tomi Mano juga minta kepada tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 untuk melakukan pendataan secara cermat. Baik kepada pasien yang positif, Orang Dalam Pemantauan (ODP), Pasien Dalam Pengawasan (PDP) dan Orang Tanpa Gejala (OTG) di Kota Jayapura untuk dapat dilakukan isolasi.
Selain itu, dirinya meminta Dinas Kesehatan Kota Jayapura dan gugus tugas melakukan pendataan secara cermat, tepat dan detail, terutama yang positif agar sedini mungkin dapat diisolasi.
“Saya juga minta kepada kepala distrik, kelurahan dan kampung untuk dapat mengawasi orang masuk dan keluar di wilayahnya masing-masing, agar yang sehat tidak boleh terinveksi dan yang sakit bisa diobati secara maksimal. Dengan demikian untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19 bisa dengan mudah dilakukan,” ujarnya.
Wali Kota Tomi Mano juga minta masyarakat atau jamaah yang habis pulang mengikuti kegiatan di Makassar dan para pendeta yang ikuti kegiatan di Bogor, maupun pegawai bank yang ikut kegiatan di luar Papua, untuk melaporkan ke Puskesmas dan gugus tugas supaya bisa langsung diperiksa kesehatannya.
“Jangan sampai menularkan ke yang lain, tetap melakukan isolasi mandiri selama 14 hari,” tegasnya.
Diminta juga dalam aktivitas dalam bentuk apapun baik ibadah, untuk sementara waktu tidak dilaksanakan dulu, semua harus diperhatikan dengan baik. Pemerintah Kota Jayapura dalam penanganan percepatan Covid-19 menyiapkan dana Rp 7 miliar yang digunakan untuk membiayai dalam penyembuhan pasien Covid-19, ODP dan PDP. Dimana kebutuhan mereka selama masa isolasi ditanggung pemerintah. Termasuk masyarakat ekonomi lemah yang terdampak, serta insentif bagi dokter dan tim medis yang bekerja. Serta memberikan fasilitas penginapan bagi tim medis untuk bisa tinggal di hotel yang saat ini tidak beroperasi.
Tomi Mano juga meminta pedagang maupun distributor agar tidak menaikkan harga Sembako. Terkait masyarakat yang terdampak, pemerintah menurutnya akan memberikan bantuan sembako, vitamin dan pelayanan kesehatan.
“Saya juga minta harus ada pemetaan mana saja zona merah yang warganya terkena Covid-19 baik PDP, ODP, maupun yang baru sembuh dan yang meninggal diberikan santunan Rp 15 juta. Untuk tim medis bisa fokus untuk melakukan pemantauan dan penyembuhan, sehingga mereka yang sudah masuk datanya ini tidak boleh keluar kemana-mana,” tandasnya.
Dirinya juga meminta agar aparat tegas dalam membubarkan warga yang masih suka kumpul-kumpul. Termasuk ketua RT/RW dan kelurahan untuk terus memberikan imbauan kepada warganya. “Jangan lagi kumpul-kumpul. Karena wabah Covid-19 masih terus meningkat. Untuk itu, warga jangan keras kepala dan jika mau bepergian memakai masker, karena saat ini masker kain dijual bebas dan bisa dipakai setiap saat kalau kotor bisa dicuci kembali,” pungkasnya.
Sementara itu, berdasarkan data Senin (6/4) pukul 19.00 WIT malam, Satgas Covid-19 Provinsi Papua memaparkan bahwa ODP semakin menurun jumlahnya.
Diketahui, hingga kemarin jumlah ODP sebanyak 3.498 orang. Dimana terjadi pengurangan 2.354 orang dari jumlah ODP pada hari sebelumnya yang mencapai 5.852 orang.
“Angka ini memang sudah semakin menurun karena mereka sudah keluar dari masa karantina dan pemantauan 14 hari. Namun, walau sudah selesai masa pemantauan, mereka harus tetap mengisolasi diri selama 2 minggu ke depan. Jikalau terdapat keluhan, maka harus melaporkan kepada petugas kesehatan,” ujar dr. Silwanus Sumule dalam video conference dengan wartawan, Senin (6/4) kemarin.
Kemudian, untuk data kasus positif Covid-19 di Papua tak mengalami perubahan dari data di hari sebelumnya Minggu (5/4) yakni 26 kasus positif. Adapun untuk PDP juga tak ada perubahan data, yakni 45 pasien.
“Tidak banyak perubahan data, namun 4 kabupaten/kota masih terus mendapat perhatian kami. Yakni Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, Mimika, dan Merauke. Juga, terdapat 1 PDP yang kemarin dalam keadaan sakit sedang, hari ini terpaksa menggunakan alat bantu pernafasan karena kondisinya agak buruk,” tambahnya.
Ditambahkan bahwa terdapat tiga PDP yang diawasi ketat dengan menggunakan alat bantu pernafasan. Dimana dua pasien di antaranya dirawat di Kota Jayapura, dan satu pasien lainnya di Kabupaten Mimika.
“Sementara perihal hasil laboratorium juga tidak berbeda dengan data di hari sebelumnya, yakni 214 sampel pemeriksaan. Hasil sampel yang diperiksa diketahui pukul 22.00 WIT malam ini (kemarin malam). Hasilnya akan kami sampaikan besok malam (malam ini). Mudah-mudahan hasilnya tidak ada yang positif lagi,” pungkasnya.
Sementara Pemkab Merauke melalui RSUD Merauke melakukan screening dengan cara pemeriksaan rapid test terhadap penumpang Lion Air pada tanggal 23 Maret 2020 lalu.
Screening ini sehubungan dengan ditemukannya dua penumpang Lion Air Jayapura-Merauke pada tanggal 23 Maret 2020 yang merupakan pasangan suami istri positif Corona.
Juru bicara Posko Covid-19 yang juga Plt Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Merauke, dr. Nevile R. Muskita mengungkapkan bahwa sehubungan dengan hasil pemeriksaan klinis terhadap pasien 13 dan pasien 14 yang merupakan suami istri yang melakukan perjalanan dari Jayapura-Merauke dengan menggunakan pesawat Lion, maka seluruh penumpang pesawat Lion Air pada tanggal 23 Maret 2020 diminta untuk melakukan screening di RSUD Merauke lewat rapid test.
“Ada 110 penumpang yang ada di manifest penumpang Lion Air pada tanggal 23 Maret 2020. Diharapkan seluruhnya segera melakukan pemeriksaan di RSUD Merauke,” pintanya.
Nevile Muskita menjelaskan bahwa sejak Minggu dan Senin (6/4), sudah tercatat 54 penumpang lion Air pada tanggal 23 Maret 2020 telah dilakukan pemeriksaan rapid test. Dari 54 penumpang yang sudah datang dan dilakukan pemeriksaan menggunakan rapid test tersebut, satu diantaranya dinyatakan positif.
“Tapi ini baru berdasarkan hasil rapid test. Kita akan segera mengambil pesimen terhadap yang bersangkutan untuk dilakukan pemeriksaan secara lengkap lewat laboratorium Litbangkes Jayapura,’’ tandasnya.
Namun begitu, menurut Nevile Muskita, satu penumpang yang ditemukan positif dari hasil rapid test tersebut akan langsung dikarantina di Hotel Asmat dengan pengamanan dari Posko Covid-19 agar yang bersangkutan tidak keluar masuk. “Meski baru bersifat hasil rapid test, tapi dikhawatirkan kalau bebas berkeliaran di luar bisa menularkan kepada orang lain. Untuk itu harus dikarantina dengan pengawalan dan pengamanan dari Posko Covid,’’ jelasnya.
Tenaga medis yang menangani selama di Hotel Asmat menurut Nevile Muskita juga sudah harus menggunakan APD. “Jadi perlakuan penanganan sama dengan yang PDP yang dirawat di rumah sakit,” ucapnya.
Sementara 53 orang yang hasil rapid test negatif, lanjut Nevile Muskita, harus melakukan karantina mandiri di rumahnya masing-masing selama 10 hari. Setelah itu akan dilakukan rapid test lagi.
Nevile Mustika juga mengimbau penumpang Lion Air pada tanggal 23 Maret yang belum melakukan pemeriksaan untuk segera ke RSUD Merauke untuk dilakukan screening.
Nevile Muskita juga menjelaskan bahwa sampai Senin (6/4) jumlah pasien yang dirawat di RSUD Merauke sebanyak 6 orang. Dua pasien positif Covid-19 yakni pasien 13 dan 14 yang merupakan pasangan suami istri. Kemudian 4 orang PDP yang memiliki kontak langsung dengan pasien 13 dan 14. Keempat PDP tersebut adalah pasien 16, pasien 17, pasien 18 dan pasien 19. “Kondisi pasien, semuanya stabil antara sakit ringan sampai sedang,’’ jelasnya.
Sementara ODP menurutnya sebanyak 117 orang dan OTG sebanyak 388 orang. ‘’Seperti yang diketahui sembuh dua dan sehat. Yang telah dipulangkan ada 12 orang,” tambahnya.
Selain rapid test dilakukan untuk penumpang Lion Air pada tanggal 23 Maret 2020, menurut Nevile Muskita, rapid test juga dilakukan bagi seluruh tenaga medis dna perawat yang berada di bagian terdepan penanganan pasien Covid-19 maupun PDP di RSUD Merauke. ‘’Hasilnya seperti apa nanti kita sampaikan secara terbuka,’’ tandasnya.
Sekadar diketahui, pasien 13 dan 14 melakukan perjalanan ke Timika untuk menghadiri penguburan salah satu anggota keluarganya yang diduga meninggal karena Covid-19. Setelah balik ke Merauke, keduanya menggunakan pesawat dari Timika-Jayapura. Namun sebelum lanjut ke Merauke, pasangan suami istri tersebut bermalam di salah satu keluarganya di Waena Jayapura. Selanjutnya pada tanggal 23 Maret 2020, keduanya meneruskan perjalanan pulang ke Merauke menggunakan pesawat Lion Air. (dil/gr/ulo/nat)