Thursday, April 25, 2024
27.7 C
Jayapura

Korban Selamat Sempat Melompat ke Jurang

JAYAPURA-Kondisi cuaca di Distrik Beoga Kabupaten Puncak benar – benar menjadi kendala dalam melakukan evakuasi 8 jenasah yang dibantai oleh kelompok criminal bersenjata. Ercatat baru 1 orang yang berhasil dievakuasi dalam keadaan selamat.

Korban bernama Nelson ini sempat melompat ke jurang dan melarikan diri ketika mengetahui  kelompok ini satu persatu mulai membantai rekan-rekannya.

Pelaku sendiri diperkirakan berjumlah 10 orang dengan membawa berbagai senjata  tajam. Namun menariknya menurut informasi saat pembantaian ini tak ada bunyi letusan senjata.

Nelson sendiri berhasil dievakuasi ke Timika dan langsung dilakukan trauma healing. Maklum ia tiga harus harus bersembunyi untuk memastikan tidak menjadi korban kesembilan.

Dari beberapa foto yang  menyebar di media terlihat Nelson sempat melambaikan tangan ke arah kamera CCTV sambil meminta tolong. Ia juga memegang tulisan “jemput, tinggal saya sendiri” dengan ekspresi panik.

Dalam kesaksiannya kepada polisi, Nelson menyebut ada sekira 10 orang anggota KKB yang memasuki base camp. “Nelson ketika itu sempat melihat sekelompok orang membawa senjata tajam, iapun berinisiatif melarikan diri, menjauh dari camp  hingga akhirnya mengetahui teman – temannya  tewas,” ungkap Ka Ops Damai Cartenz, Kombes Pol Muhammad Firman menirukan penyampaian Nelson kepada wartawan, Sabtu (5/3).

Nelson sendiri dikatakan mengalami trauma karena tidak menyangka akan kehilangan delapan teman-temannya. Apalagi ia harus bertahan selama 3 hari menunggu bantuan dan pertolongan.

Delapan korban ini dibantai saat memperbaiki Tower Base Transceiver Station (BTS) 3 Telkomsel di Distrik Beoga, Kabupaten Puncak. Pihak Ops Damai Cartens sendiri menurut Firman akan melaksanakan konsolidasi kepada semua tim untuk menentukan langkah evakuasi korban yang sudah dipastikan meninggal dunia di Beoga.

Firman sendiri memimpin proses evakuasi pekerja PTT (Palapa Timur Telematika) dan berhasil menyelamatkan Nelson. Berbekal dari informasi dan data yang dimiliki tim evakuasi langsung menuju sasaran keberadaan dari korban yang selamat saat ini.

Informasi lain menyebutkan ada tim yang menyusur dari jalur darat. Hanya diperkirakan tim yang di dalamnya ada masyarakat sipil ini baru akan tiba pada Senin (7/3) atau Selasa (8/3).

Sementara PT. Palapa Timur Telematika (Perusahaan) menyatakan akan memberikan upaya terbaik dan dengan diberikan dukungan penuh kepada TNI-Polri dan pemerintah pusat serta pemerintah daerah.

“Dari upaya ini ada 1 karyawan yang berhasil selamat. Evakuasi yang berlangsung pada hari Sabtu, tanggal 5 Maret 2022 dilakukan dengan menggunakan helikopter milik TNI-Polri dan helikopter yang disewa oleh perusahaan,” ujar Humas PT Palapa Timur, Aifi Anna Shi dalam rilisnya Sabtu (5/3) pekan kemarin.

Lalu untuk tiga  karyawan perusahaan, empat karyawan dari kontraktor perusahaan dan satu orang masyarakat lokal disebut telah tewas. Para korban ini adalah Billy Garibaldi (karyawan perusahaan), Renal Tegasye Tentua (karyawan perusahaan), Bona Simanullang (karyawan perusahaan), Gogon – Bebi Tabuni (masyarakat lokal pemandu), Jamaluddin (karyawan dari kontraktor perusahaan), Syahril Nurdiansyah (karyawan dari kontraktor perusahaan), Ibo (karyawan dari kontraktor Perusahaan)  dan Eko Septiansyah (karyawan dari kontraktor perusahaan).

Baca Juga :  Terancam Penjara Seumur Hidup, Ngaku 3 Kali Bertransaksi Seks

Selanjutnya menurut Aifi perusahaan bersama dengan aparat gabungan TNI-Polri akan mengupayakan dengan usahanya yang terbaik untuk mengevakuasi kembali 8 korban jiwa yang masih berada di site tower B3 yang merupakan bagian dari proyek strategis nasional infrastruktur prioritas milik Palapa Ring Timur.

Evakuasi yang didahului pada korban yang selamat didasarkan pada faktor keamanan, keselamatan dan keadaan cuaca di lokasi site tower B3 tersebut.

Sementara dugaan penyerangan ini masih didalami pihak keamanan untuk mengetahui motif dan penyebab kematian dari karyawan perusahaan, karyawan dari kontraktor perusahaan dan masyarakat lokal pemandu.

Leon Kakisina selaku Dirut dari perusahaan menyampaikan bahwa pekan ini merupakan duka yang mendalam dan kehilangan yang besar bagi keluarga besar PT. Palapa Timur Telematika. Dimana pihaknya dalam upaya membangun dan memelihara tol langit demi menjamin pelayanan telekomunikasi yang merata di masyarakat Papua, mengalami gangguan keamanan yang menyebabkan korban jiwa dari rekan, karyawan, pekerja dan bagian dari keluarga besar perusahaan.

“Perusahaan juga menyampaikan duka yang mendalam dan permohonan maaf yang sebesar-besarnya kepada keluarga korban yang telah ditinggalkan, serta menaruh perhatian dan keprihatinan penuh terhadap korban dan keluarga korban. Perusahaan dalam upayanya yang terbaik akan terus memfasilitasi serta mendampingi keluarga sampai jenazah korban dapat dipulangkan ke kediaman masing-masing,” beber Kakisina.

Perusahaan juga meminta dukungan kepada aparat keamanan (TNI dan Polri), pemerintah pusat dan pemerintah daerah serta masyarakat luas agar proses evakuasi 8 korban jiwa, selanjutnya dapat berjalan dengan baik. Perusahaan juga dalam upayanya yang terbaik akan memfasilitasi serta memberikan pendampingan atas perawatan dan pemulihan dari korban yang selamat.

Dijelaskan bahwa Palapa Ring Timur merupakan proyek strategis nasional infrastruktur prioritas, dalam hal ini telah mengalami berulang kali gangguan-gangguan keamanan oleh orang yang tidak dikenal pada lokasi site-site perusahaan.

Sejak tahun 2019 dimana opersional proyek Palapa Ring Timur diresmikan sehingga diharapkan kejadian ini mendapat perhatian khusus dari pemerintah pusat, pemerintah daerah dan aparat keamanan TNI-Polri  agar peristiwa serupa tidak terulang kembali. “Itu harapan kami,” tutup Kakisina.

Secara ter[isah, Wakil Menteri (Wamen) Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) John Wempi Wetipo menyampaikan, tewasnya delapan orang karyawan Palapa Ring Timur Telematika (PTT) yang diduga diserang KKB saat sedang melaksanakan perbaikan Tower Base Transceiver Station (BTS) 3 Telkomsel di Disteim Beoga, Rabu (2/3) harus menjadi pelajaran untuk Kominfo.

Dikatakan, kejadian Beoga pelajaran berharga buat orang- orang yang mengelontorkan anggaran dengan jumlah besar yang sesungguhnya memberi manfaat buat orang Papua tapi  kenyataannya tidak terjadi.

“Peristiwa Beoga memberi pelajaran berharga dengan nilai yang sangat mahal, yang pasti nyawa itu tidak dijual di toko seperti sembako ataupun elektronik,” tegas Wetipo usai melakukan pelantikan di Kantor PDI Perjuangan, Sabtu (5/3)

Baca Juga :  Pemkab Nduga Lakukan Pendekatan secara Sosial Budaya

Peristiwa di Beoga secara pribadi, Wetipo mengaku tidak ada penugasan buat dirinya sebagai Wamen sebelum proses itu terjadi. Bahkan sebelum peristiwa itu terjadi, ia mengaku sudah memanggil Dirut Bakti Kominfo menyampaikan perihal pembangunan tower harus melibatkan Orang Asli Papua (OAP).

“Saya minta pekerjaan ini serahkan kepada pengusaha lokal, sebab pengusaha lokal menguasai medan dan tahu siapa orang yang akan diajak untuk mengerjakannya. Sehingga bisa mengerjakan secara tuntas. Terkadang apa yang kita pikirkan tidak direspon baik oleh pengambil kebijakan di pusat,” ungakpnya.

“Jangan kita memenangkan ini di luar kemudian kita banding badingkan harga lalu memberikan yang tidak ada manfaatnya buat orang Papua,” sambung Politikus PDIP ini.

Peristiwa di Beoga lanjut Wempi, menjadi pelajaran berharga buat Kementrian Kominfo bahwa apa yang pernah disampaikannya itu benar.

“Ini menjadi evaluasi yang baik untuk ke depannya, pekerjaan seperti ini berikan kesempatan buat saudara-saudara saya OAP. Jangan mengirim uang kemudian kalian sendiri yang datang jemput uang di Papua. Itu namanya pembodohan dan tidak boleh terjadi. Jika memang mau  mengirim uang untuk rakyat Papua, maka berikan kesempatan buat orang Papua untuk menikmati dari sisi ekonomi,” ucapnya.

Dikatakan, perlunya pemahaman secara bersama, karena kultur kondisi geografis alam di  Papua tak sama dengan daerah lainnya yang ada di luar Papua seperti Jawa, Kalimantan dan Sulawesi.

“Tragedi Beoga adalah keserakahan. Andai sejak awal Dirut Bakti Kominfo mendengar apa yang saya sampaikan, maka peristiwa Beoga bisa kita hindari. Nyawa manusia tidak bisa ditukar dengan nilai uang atau apapun. Jika pekerjaan ini harus libatkan orang lokal, mari kita libatkan orang lokal. Jangan orang luar memobilisasi orang luar tetapi tidak ada manfaat ekonomi untuk orang Papua,” tuturnya.

Menurutnya, jika orang lokal yang kerjakan setidaknya terhindar dari masalah yang terjadi. Sebab, orang lokal lebih tahu dengan medan, dengan siapa harus berinteraksi dan siapa yang harus diajak. Namun selama ini, setiap pekerjaan mulai dari babat rumput hingga dengan menyusun tower selalu datangkan orang dari luar.

Sementara itu, dengan banyaknya gangguan yang terjadi di beberapa daerah di Papua, maka pembangunan infrastruktur belum maksimal dilakukan, sehingga program sementara dipending.

“Yang sementara kita pending itu pembangunan jalan Wamena-Habema-Mumugu-Yuguru. Kita melihat eskalasi kondisi keamanan yang sudah ada. Jangan sampai kita gelontorkan anggaran tapi ternyata anggaran itu tidak dapat gunakan. Sehingga anggaran kita alihkan ke ruas jalan lain di wilayah Papua,” ungkapnya.

Dikatakan, akses yang terbangun adalah konektivitas jalan untuk kesejahteraan masyarakat. Sebagaimana wujud komitmen kehadiran Presiden  Jokowi yang sering ke Papua.

“Dengan membangun konektivitas, saya berharap dapat dukungan dari rakyat bahwa tidak ada politik dalam pembangunan infrastruktur. Tapi ini adalah janji politik presiden yang harus diwujudkan buat rakyat Papua, paling tidak kita bisa mendapat akses,” pungkasnya. (ade/fia/nat)

JAYAPURA-Kondisi cuaca di Distrik Beoga Kabupaten Puncak benar – benar menjadi kendala dalam melakukan evakuasi 8 jenasah yang dibantai oleh kelompok criminal bersenjata. Ercatat baru 1 orang yang berhasil dievakuasi dalam keadaan selamat.

Korban bernama Nelson ini sempat melompat ke jurang dan melarikan diri ketika mengetahui  kelompok ini satu persatu mulai membantai rekan-rekannya.

Pelaku sendiri diperkirakan berjumlah 10 orang dengan membawa berbagai senjata  tajam. Namun menariknya menurut informasi saat pembantaian ini tak ada bunyi letusan senjata.

Nelson sendiri berhasil dievakuasi ke Timika dan langsung dilakukan trauma healing. Maklum ia tiga harus harus bersembunyi untuk memastikan tidak menjadi korban kesembilan.

Dari beberapa foto yang  menyebar di media terlihat Nelson sempat melambaikan tangan ke arah kamera CCTV sambil meminta tolong. Ia juga memegang tulisan “jemput, tinggal saya sendiri” dengan ekspresi panik.

Dalam kesaksiannya kepada polisi, Nelson menyebut ada sekira 10 orang anggota KKB yang memasuki base camp. “Nelson ketika itu sempat melihat sekelompok orang membawa senjata tajam, iapun berinisiatif melarikan diri, menjauh dari camp  hingga akhirnya mengetahui teman – temannya  tewas,” ungkap Ka Ops Damai Cartenz, Kombes Pol Muhammad Firman menirukan penyampaian Nelson kepada wartawan, Sabtu (5/3).

Nelson sendiri dikatakan mengalami trauma karena tidak menyangka akan kehilangan delapan teman-temannya. Apalagi ia harus bertahan selama 3 hari menunggu bantuan dan pertolongan.

Delapan korban ini dibantai saat memperbaiki Tower Base Transceiver Station (BTS) 3 Telkomsel di Distrik Beoga, Kabupaten Puncak. Pihak Ops Damai Cartens sendiri menurut Firman akan melaksanakan konsolidasi kepada semua tim untuk menentukan langkah evakuasi korban yang sudah dipastikan meninggal dunia di Beoga.

Firman sendiri memimpin proses evakuasi pekerja PTT (Palapa Timur Telematika) dan berhasil menyelamatkan Nelson. Berbekal dari informasi dan data yang dimiliki tim evakuasi langsung menuju sasaran keberadaan dari korban yang selamat saat ini.

Informasi lain menyebutkan ada tim yang menyusur dari jalur darat. Hanya diperkirakan tim yang di dalamnya ada masyarakat sipil ini baru akan tiba pada Senin (7/3) atau Selasa (8/3).

Sementara PT. Palapa Timur Telematika (Perusahaan) menyatakan akan memberikan upaya terbaik dan dengan diberikan dukungan penuh kepada TNI-Polri dan pemerintah pusat serta pemerintah daerah.

“Dari upaya ini ada 1 karyawan yang berhasil selamat. Evakuasi yang berlangsung pada hari Sabtu, tanggal 5 Maret 2022 dilakukan dengan menggunakan helikopter milik TNI-Polri dan helikopter yang disewa oleh perusahaan,” ujar Humas PT Palapa Timur, Aifi Anna Shi dalam rilisnya Sabtu (5/3) pekan kemarin.

Lalu untuk tiga  karyawan perusahaan, empat karyawan dari kontraktor perusahaan dan satu orang masyarakat lokal disebut telah tewas. Para korban ini adalah Billy Garibaldi (karyawan perusahaan), Renal Tegasye Tentua (karyawan perusahaan), Bona Simanullang (karyawan perusahaan), Gogon – Bebi Tabuni (masyarakat lokal pemandu), Jamaluddin (karyawan dari kontraktor perusahaan), Syahril Nurdiansyah (karyawan dari kontraktor perusahaan), Ibo (karyawan dari kontraktor Perusahaan)  dan Eko Septiansyah (karyawan dari kontraktor perusahaan).

Baca Juga :  Senjata Dirampas, Aparat Gabungan Baku Tembak Dengan KKB

Selanjutnya menurut Aifi perusahaan bersama dengan aparat gabungan TNI-Polri akan mengupayakan dengan usahanya yang terbaik untuk mengevakuasi kembali 8 korban jiwa yang masih berada di site tower B3 yang merupakan bagian dari proyek strategis nasional infrastruktur prioritas milik Palapa Ring Timur.

Evakuasi yang didahului pada korban yang selamat didasarkan pada faktor keamanan, keselamatan dan keadaan cuaca di lokasi site tower B3 tersebut.

Sementara dugaan penyerangan ini masih didalami pihak keamanan untuk mengetahui motif dan penyebab kematian dari karyawan perusahaan, karyawan dari kontraktor perusahaan dan masyarakat lokal pemandu.

Leon Kakisina selaku Dirut dari perusahaan menyampaikan bahwa pekan ini merupakan duka yang mendalam dan kehilangan yang besar bagi keluarga besar PT. Palapa Timur Telematika. Dimana pihaknya dalam upaya membangun dan memelihara tol langit demi menjamin pelayanan telekomunikasi yang merata di masyarakat Papua, mengalami gangguan keamanan yang menyebabkan korban jiwa dari rekan, karyawan, pekerja dan bagian dari keluarga besar perusahaan.

“Perusahaan juga menyampaikan duka yang mendalam dan permohonan maaf yang sebesar-besarnya kepada keluarga korban yang telah ditinggalkan, serta menaruh perhatian dan keprihatinan penuh terhadap korban dan keluarga korban. Perusahaan dalam upayanya yang terbaik akan terus memfasilitasi serta mendampingi keluarga sampai jenazah korban dapat dipulangkan ke kediaman masing-masing,” beber Kakisina.

Perusahaan juga meminta dukungan kepada aparat keamanan (TNI dan Polri), pemerintah pusat dan pemerintah daerah serta masyarakat luas agar proses evakuasi 8 korban jiwa, selanjutnya dapat berjalan dengan baik. Perusahaan juga dalam upayanya yang terbaik akan memfasilitasi serta memberikan pendampingan atas perawatan dan pemulihan dari korban yang selamat.

Dijelaskan bahwa Palapa Ring Timur merupakan proyek strategis nasional infrastruktur prioritas, dalam hal ini telah mengalami berulang kali gangguan-gangguan keamanan oleh orang yang tidak dikenal pada lokasi site-site perusahaan.

Sejak tahun 2019 dimana opersional proyek Palapa Ring Timur diresmikan sehingga diharapkan kejadian ini mendapat perhatian khusus dari pemerintah pusat, pemerintah daerah dan aparat keamanan TNI-Polri  agar peristiwa serupa tidak terulang kembali. “Itu harapan kami,” tutup Kakisina.

Secara ter[isah, Wakil Menteri (Wamen) Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) John Wempi Wetipo menyampaikan, tewasnya delapan orang karyawan Palapa Ring Timur Telematika (PTT) yang diduga diserang KKB saat sedang melaksanakan perbaikan Tower Base Transceiver Station (BTS) 3 Telkomsel di Disteim Beoga, Rabu (2/3) harus menjadi pelajaran untuk Kominfo.

Dikatakan, kejadian Beoga pelajaran berharga buat orang- orang yang mengelontorkan anggaran dengan jumlah besar yang sesungguhnya memberi manfaat buat orang Papua tapi  kenyataannya tidak terjadi.

“Peristiwa Beoga memberi pelajaran berharga dengan nilai yang sangat mahal, yang pasti nyawa itu tidak dijual di toko seperti sembako ataupun elektronik,” tegas Wetipo usai melakukan pelantikan di Kantor PDI Perjuangan, Sabtu (5/3)

Baca Juga :  KTT ASEAN Diharapkan Memunculkan Investor di Papua

Peristiwa di Beoga secara pribadi, Wetipo mengaku tidak ada penugasan buat dirinya sebagai Wamen sebelum proses itu terjadi. Bahkan sebelum peristiwa itu terjadi, ia mengaku sudah memanggil Dirut Bakti Kominfo menyampaikan perihal pembangunan tower harus melibatkan Orang Asli Papua (OAP).

“Saya minta pekerjaan ini serahkan kepada pengusaha lokal, sebab pengusaha lokal menguasai medan dan tahu siapa orang yang akan diajak untuk mengerjakannya. Sehingga bisa mengerjakan secara tuntas. Terkadang apa yang kita pikirkan tidak direspon baik oleh pengambil kebijakan di pusat,” ungakpnya.

“Jangan kita memenangkan ini di luar kemudian kita banding badingkan harga lalu memberikan yang tidak ada manfaatnya buat orang Papua,” sambung Politikus PDIP ini.

Peristiwa di Beoga lanjut Wempi, menjadi pelajaran berharga buat Kementrian Kominfo bahwa apa yang pernah disampaikannya itu benar.

“Ini menjadi evaluasi yang baik untuk ke depannya, pekerjaan seperti ini berikan kesempatan buat saudara-saudara saya OAP. Jangan mengirim uang kemudian kalian sendiri yang datang jemput uang di Papua. Itu namanya pembodohan dan tidak boleh terjadi. Jika memang mau  mengirim uang untuk rakyat Papua, maka berikan kesempatan buat orang Papua untuk menikmati dari sisi ekonomi,” ucapnya.

Dikatakan, perlunya pemahaman secara bersama, karena kultur kondisi geografis alam di  Papua tak sama dengan daerah lainnya yang ada di luar Papua seperti Jawa, Kalimantan dan Sulawesi.

“Tragedi Beoga adalah keserakahan. Andai sejak awal Dirut Bakti Kominfo mendengar apa yang saya sampaikan, maka peristiwa Beoga bisa kita hindari. Nyawa manusia tidak bisa ditukar dengan nilai uang atau apapun. Jika pekerjaan ini harus libatkan orang lokal, mari kita libatkan orang lokal. Jangan orang luar memobilisasi orang luar tetapi tidak ada manfaat ekonomi untuk orang Papua,” tuturnya.

Menurutnya, jika orang lokal yang kerjakan setidaknya terhindar dari masalah yang terjadi. Sebab, orang lokal lebih tahu dengan medan, dengan siapa harus berinteraksi dan siapa yang harus diajak. Namun selama ini, setiap pekerjaan mulai dari babat rumput hingga dengan menyusun tower selalu datangkan orang dari luar.

Sementara itu, dengan banyaknya gangguan yang terjadi di beberapa daerah di Papua, maka pembangunan infrastruktur belum maksimal dilakukan, sehingga program sementara dipending.

“Yang sementara kita pending itu pembangunan jalan Wamena-Habema-Mumugu-Yuguru. Kita melihat eskalasi kondisi keamanan yang sudah ada. Jangan sampai kita gelontorkan anggaran tapi ternyata anggaran itu tidak dapat gunakan. Sehingga anggaran kita alihkan ke ruas jalan lain di wilayah Papua,” ungkapnya.

Dikatakan, akses yang terbangun adalah konektivitas jalan untuk kesejahteraan masyarakat. Sebagaimana wujud komitmen kehadiran Presiden  Jokowi yang sering ke Papua.

“Dengan membangun konektivitas, saya berharap dapat dukungan dari rakyat bahwa tidak ada politik dalam pembangunan infrastruktur. Tapi ini adalah janji politik presiden yang harus diwujudkan buat rakyat Papua, paling tidak kita bisa mendapat akses,” pungkasnya. (ade/fia/nat)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya