Untuk Mengecek Informasi KLB Kematian Anak di Kembu
KARUBAGA-Merespon pemberitaan yang beredar di media sosial melalui salah satu akun pribadi seorang intelektual anak Tolikara yang mengunggah di Facebook tentang informasi KLB (Kejadian Luar Biasa) di Distrik Kembu, Bupati Tolikara, Usman G. Wanimbo, SE., M.Si., menurunkan tim.
Tim yang diturunkan Pemkab Tolikara tersebut dipimpin Asisten I Sekda Tolikara Drs Panus Kogoya didampingi Kepala Dinas Kesehatan Tolikara Elsen Genonga yang diwakili Sekretaris Yusak Totok krido dan Sekretaris Satpol PP Tolikara Wemban Kogoya.
Tim ini turun langsung menemui para dokter dan tenaga kesehatan lainnya di Puskesmas Kembu. Selain itu, tim juga menemui para pendeta Jemaat GIDI di wilayah Kembu guna mengecek langsung kebenaran informasi KLB tersebut, Senin (28/10) lalu.
Setelah dilakukan pengecekan, informasi yang disebarkan melalui facebook tersebut menurut Bupati Usman Wanimbo tidak jelas sumbernya.
Menurut Bupati Usman Wanimbo, istilah KLB sering digunakan sebagai akibat timbulnya atau meningkatnya peristiwa kematian manusia berturut – turut dalam kurun waktu tertentu. Suatu kejadian dinyatakan luar biasa jika ada unsur. Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada dan meningkatnya kematian manusia terus – menerus. Dengan jumlah penderita baru meningkat dibanding dengan jumlah rata – rata perbulan sebelumnya.
“Kami menyambut baik adanya informasi dan kritikan dari kaum intelektual Tolikara melalui berbagai media. Namun informasi atau kritik dan saran yang disampaikan harus profesional dan seimbang. Apa bila menyampaikan informasi KLB ini sepatutnya dengan data yang akurat misalnya penyakit apa, jam, hari, bulan dan tahun, yang tentu bekerja sama dengan dokter atau para medis yang betugas di daerah. Sehingga informasi itu bisa dipertanggungjawabkan,” ungkap Bupati Usman Wanimbo dalam rilis yang diterima Cenderawasih Pos, Minggu (3/11).
Dikatakan, tim yang turun di Kembu telah mempertemukan penyebar informasi melalui akun pribadinya di FaceBook dengan para dokter dan tenaga medis. Bahkan dengan para pendeta di wilayah Kembu. “Para dokter tidak pernah koordinasi dengan WW, sehingga informasi yang disampaikan itu tidak benar,” tegasnya.
Pihaknya berkomitmen akan menerjunkan tim lebih besar dan lengkap dengan tenaga medis tambahan dari Karubaga. Tim ini akan menyisir rumah-rumah warga Kembu, guna memastikan apakah ada masyarakat yang menderita sakit atau tidak.
Sementara itu, Kepala Puskesmas Kembu, dr. Richard Beteg menyebutkan, berdasarkan data yang ada, dalam empat bulan terakhir tidak ada peningkatan jumlah pasien yang berobat.
“Pasien yang berobat rata-rata sakit batuk berdahak dan terdapat juga biji-biji di tengorokan. Kondisi ini dialami masyarakat kembu karena perubahan cuaca. Selain itu kebiasaan masyarakat hidup di honai membuat tungku api di tengah honai tanpa ventilasi atau jendela rumah untuk asap. Kondisi ini membuat masyarakat rentan terkena ISPA,” jelasnya.
“Kami dengar kabar satu pasien anak meninggal di rumah keluarganya. Pasien ini di antar orang tua setelah kondisi kesehatan sudah memburuk. Pertolongan intensif, sudah kami lakukan. Namun pasien anak tersebut tidak tertolong,”sambungnya.
Dirinya juga memastikan bahwa tidak ada bayi yang meninggal secara berturut-turut. “Apabila ada, tentu para pendeta melaporkan kepada kepala distrik untuk diteruskan kepada petugas kesehatan di Puskesmas. Bahkan kepada bupati melalui stafnya. Namun hingga kini kondisi kesehatan masyarakat Kembu pada umumnya masih baik sesuai data pengobatan di Puskesmas Kembu,” tambahnya.
Salah satu tokoh Gereja GIDI wilayah Kembu, Pendeta Nayus Wenda mengapresiasi petugas medis yang setia melayani masyarakat di Puskesmas Kembu dalam waktu 24 jam bahkan hingga larut malam.
Bahkan saat terjadi kerusuhan di Wamena dan beberapa kota lainnya di Papua, para medis dan guru yang bertugas di Kembu tidak ada yang mengungsi. “Karena itu, kami warga Kembu salut para petugas yang datang melayani masyarakat dengan hati,” tegasnya.
Pdt. Nayus Wenda mengakui beberapa hari yang lalu ada salah satu pasien anak kecil sempat dirawat di rumah sakit, namun nyawanya tertolong. Karena saat berobat kondisi kesehatan sudah memburuk akibat kelalaian orang tua yang lambat mengantar ke Puskesmas.
“Beberapa bulan lalu sejak bulan Juni hingga Oktober orang sakit batuk meningkat. Beberapa bulan terakhir ini ada anak kecil meninggal tetapi waktunya tidak berturut-turut,” tuturnya.
“Ada kejadian bayi meninggal berselang 1 hari dan situasi ini membuat kami sempat panik. Namun hingga kini kondisi kesehatan masyarakat Kembu pada umumnya, puji Tuhan kami patut bersyukur masih sehat,” tambahnya. (Diskominfo Tolikara/nat)