MERAUKE – Musim kemarau yang terjadi saat ini telah berdampak pada petani. Sekitar 6.047 hektar lahan sawah yang telah ditanami padi mengalami puso atau gagal panen karena mengalami kekeringan.
‘’Yang gagal panen akibat kekeringan sekitar 6.047 hektar,’’ kata Kepala Dinas Tanaman Pangan, Holtikultura dan Perkebunan Kabupaten Merauke Josefa Rumaseuw, S.HUT, ditemui media ini di Lapangan Monumen Kapsul Waktu Merauke, Jumat (13/10).
Daerah-daerah yang mengalami gagal panen karena kekeringan tersebut, lanjut Josefa, diantaranya daerah Semangga, Tanah Miring dan Kurik. ‘’Pokoknya daerah-daerah sentra pertanian selama ini,’’ lanjut dia.
Dikatakan, sampai bulan September total lahan yang sudah ditanami di musim gadu (tanam dua kali) seluas 21.000 hektar. Dari jumlah tersebut, sekitar 11.000 hektar telah dipanen dengan target 33.000 ton gabah kering. ‘’Ada sedikit peningkatan produksi di musim panen gadu ini di bandingkan dengan panen musim rendengan,’’ jelasnya.
Kendati petani telah panen gadu, namun Josefa Rumaseuw mengakui bahwa harga beras tingkat petani mengalami kenaikan dibanding dengan tahun lalu, yang tentunya memberi keuntungan bagi petani. Saat ini, rata-rata harga beras tingkat petani antara Rp 11.000-11.250 perkilo. Sedangkan HPP yang menjadi patokan bagi Bulog untuk membeli beras dari petani adalah Rp 9.950 perkilo di pintu gudang bulog.
‘’Saat ini memang petani mengalami banyak kendala. Pada sata musim tanam gagal panen sementara mereka mengambil KUR, sehingga dengan situasi ini kiota coba mengadakan benih untuk mengantikan benih yang ditanam tapi gagal,’’ tandasnya. (ulo)