JAYAPURA – Balai Wilayah Sungai (BWS) Papua menyebut, salah satu penyebab sering terjadinnya banjir di Kota Jayapura akibat drinase yang tersumbat sampah.
“Beberapa kali kejadian banjir di Kota Jayapura, ada yang curah hujannya tidak tinggi tapi air sudah meluap di jalan raya. Hal ini dikarenakan saluran di drinase atau selokan sudah tersumbat dengan sampah,” kata Kepala Balai Wilayah Sungai Papua, Nimbrot Rumaropen.
Menurut Nimbrot, got atau drinase isinya bukan lagi air. Melainkan aneka jenis sampah seperti botol plastik, kantong plastik dan jenis sampah lainnya yang menyumbat saluran. Akibatnya, hujan yang tidak deras bisa mengakibatkan banjir.
“Contohnya, hujan yang tidak deras namun di depan Bank Papua Jalan Ahmad Yani langsung tergenang air. Ini disebabkan drinasenya penuh dengan lumpur dan sampah plastik. Akibatnya air meluap ke bahu jalan,” bebernya.
Lanjut Nimbrot, lain cerita dengan banjir awal tahun 2022 lalu. Hal itu dikarenakan curah hujan yang ekstrim.
Selain itu kata Nimbrot, ada beberapa titik di Kota Jayapura yang rawan banjir, diantaranya DAS Shborhonyi, Kali Acai, mulai dari muara sampai ke Perumnas IV dan sering tergenang di Organda.
“Secara alami jika tidak ada lumpur, aliran air saat hujan bisa mengalir lancar. Hanya saja kalau kita lihat sungainya sudah berlumpur, yang kita takutkan lama lama tersumbatnya aliran air lewat goa kecil di Kali Konya,” ucapnya.
Selain itu, yang rawan banjir juga kata Nimbrot yakni sekitar Entrop terutama di SMA 4 juga DAS Anafre. Dimana sebenarnya sugainya tidak pernah meluap, hanya saja drinase yang masuk ke sungainya tersumbat.
“Kalau agak keluar, yang paling sering terjadi banjir di daerah Arso 7 di jalan utama ke Keerom. Namun, sudah dua tahun anggaran kami pengerjaan tanggul banjir mulai dari Arso 2 ke Swakarsa, kami bangun tanggul banjir di pinggir Sungai Tami. Dengan begitu, aliran sungainya tidak meluap di jalan,” terangnya.
Selain itu kata Nimbrot, pihaknya menjalin kerjasama dengan Dinas Kebersihan Kota soal pembersihan sampah pasca banjir. Atau mau melakukan pengerukan sampah di sungai.
“Kami izinkan menggunakan alat berat kami secara gratis, namun biaya mobilisasinya ditanggung oleh dinas terkait,” kata Nimbrot.
Dalam hal mitigasi bencana khususnya banjir, BWS Papua memiliki escavator untuk tanggap darurat. Diupayakan saat terjadi bencana segera mengirim alat berat, misalkan kalau dia sungainya terjadi pendangkalan atau apa bisa dibantu ditangani.
Lanjut Nimbrot, selain escavator. Misalkan jika ada tanggul yang jebol, BWS Papua langsung turun tangan untuk mengatasinya. “Penanganan lainnya, kami juga membangun sistem pendeteksi dini untuk masalah banjir,” terangnya.
Pihaknya mengimbau masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan, selain itu. Saluran bukan untuk tempat sampah yang mengakibatkan tersumbatnya aliran air.(fia/roy/ade/wen)