Wednesday, December 25, 2024
27.7 C
Jayapura

TPNPB-OPM Dinilai Mulai Frustasi

JAYAPURA-Rangkaian aksi tak manusiawi yang dilakukan kelompok sipil bersenjata selama beberapa pekan terakhir mendapat banyak kecaman dari berbagai pihak.

Ada yang menganggap ini untuk menarik perhatian publik maupun dunia internasional, ada juga yang menganggap ini bagian dari upaya untuk menebar teror kepada warga masyarakat untuk meninggalkan sebuah lokasi.

Namun analisa lain disampaikan salah satu akademisi Universitas Cenderawasih (Uncen) Jayapura, Marinus Yaung yang justru menganggap kelakuan kelompok sipil bersenjata ini merupakan ungkapan rasa frustasi dari sebuah diplomasi yang dianggap gagal.

Menurut Marinus, apa yang dilakukan OPM maupun ULMWP selama ini mengalami jalan buntu sehingga kelompok ini melampiaskan kekesalannya dengan menjadikan masyarakat sipil sebagai tumbalnya.

“Saya melihat KKB di Nduga mereka semakin sadis dan berbahaya. Mereka semakin ganas dengan manargetkan masyarakat sipil.  Disini negara harus hadir lebih tegas lagi dalam menindak KKB Nduga. Perlu segera gelar operasi militer khusus dan terbatas untuk menumpas kelompok kriminal bersenjata ini,” kata Yaung melalui ponselnya, Rabu (20/7).

Aksi-aksi pembantaian mereka (KKB) terhadap masyarakat sipil dikatakan menunjukan bahwa kelompok pejuang Papua merdeka yang ada di hutan telah frustasi.

Mereka frustasi dengan perjuangan Papua Merdeka.  Egianus kogoya dan kelompok KKB Nduga menurut Marinus Yaung sebenarnya marah dengan diplomasi tipu – tipu dan omong kosong dari Jeffrey Pegawak dan Sebby Sambom.   Mereka juga marah dan kecewa dengan diplomasi tipu – tipu dan abunawas oleh Benny Wenda dengan ULMWP-nya.

Baca Juga :  Kunjungan Presiden, ASN Pemprov Harus WFH

“Karena frustasi terhadap kegagalan diplomasi OPM dan ULMWP di Pasifik, Eropa dan di PBB, maka Egianus Kogoya dan kelompoknya melampiaskannya dengan membantai masyarakat sipil siapa saja, baik Papua maupun non Papua,” beber Yaung.

Bahkan ia sempat mendengar jika Egianus Kogoya telah menyiapkan peluru untuk menembak Benny Wenda, Jeffrey Pegawai dan Sebby Sambom meski  Sebby Sambom sendiri terlihat terus merilis ke media publik terkait aksi – aksi Egianus dan kelompoknya. “Sebenarnya hubungan antara Egianus dan Sebby sudah retak dan sudah tidak saling percaya. Sehingga saya pikir wajar jika Egianus marah kepada Sebby, Jeffrey, dan Benny Wenda. Egianus berjuang pertaruhkan nyawa di hutan – hutan Papua sementara diplomat OPM dan ULMWP nikmati semua fasilitas dan kemewahan hidup di luar negeri dari perjuangan Egianus dan kelompok di hutan – hutan Ndugama,” sindirnya.

Kenyataan ini yang membuat Egianus dan kelompoknya sangat marah dan frustasi dalam perjuangan. Lalu tujuan pembantaian menurut dosen Hubungan Internasional Fisip Uncen ini adalah frustasi dan kebencian dimana karena tidak bisa menyentuh aparat TNI-Polri akhirnya kelompok ini menjadikan masyarakat sipil sebagai sasaran. “Dan mereka sadar bahwa mereka telah ditipu atau dibohongi  oleh diplomasi ULMWP oleh OPM dan mereka paham itu. Mereka tahu mereka dikerjai dan dimanfaatkan oleh ULMWP untuk mendapatkan keuntungan ekonomi dan materi sementara Egianus bersusah payah di hutan,” tambahnya.

Baca Juga :  Gubernur: PPD Kadang Jadi Penentu Hasil Pilkada

Karena tak bisa menyentuh TNI-Polri akhirnya cara pengecut dilakukan dengan mencari masyarakat sipil yang lemah dan tidak terlindungi. “Jadi sebenarnya Egianus dan kawan-kawan ini paham bahwa perjuangan politik mereka menemui jalan buntu. Selain itu, kelompok ini juga harus memahami bahwa kekerasan bersenjata yang digunakan untuk mencapai kemerdekaan Papua tidak mendapat  simpati dari komunitas internasional,” tambahnya.

Namun Yang perlu diingat menurutnya adalah masyarakat internasional sudah menolak cara-cara kekerasan untuk mencapai tujuan.

“Kalau  mereka masih melakukan cara – cara kekerasan seperti ini, melakukan pembunuhan sadis, bahkan seorang pendeta juga dibunuh, itu  tidak akan mendapat simpati dan dukungan dunia internasional. Dunia malah akan mengecam sehingga tujuan merdeka hanya omong kosong, tidak akan tercapai,” tutupnya. (ade/Antara/nat) 

JAYAPURA-Rangkaian aksi tak manusiawi yang dilakukan kelompok sipil bersenjata selama beberapa pekan terakhir mendapat banyak kecaman dari berbagai pihak.

Ada yang menganggap ini untuk menarik perhatian publik maupun dunia internasional, ada juga yang menganggap ini bagian dari upaya untuk menebar teror kepada warga masyarakat untuk meninggalkan sebuah lokasi.

Namun analisa lain disampaikan salah satu akademisi Universitas Cenderawasih (Uncen) Jayapura, Marinus Yaung yang justru menganggap kelakuan kelompok sipil bersenjata ini merupakan ungkapan rasa frustasi dari sebuah diplomasi yang dianggap gagal.

Menurut Marinus, apa yang dilakukan OPM maupun ULMWP selama ini mengalami jalan buntu sehingga kelompok ini melampiaskan kekesalannya dengan menjadikan masyarakat sipil sebagai tumbalnya.

“Saya melihat KKB di Nduga mereka semakin sadis dan berbahaya. Mereka semakin ganas dengan manargetkan masyarakat sipil.  Disini negara harus hadir lebih tegas lagi dalam menindak KKB Nduga. Perlu segera gelar operasi militer khusus dan terbatas untuk menumpas kelompok kriminal bersenjata ini,” kata Yaung melalui ponselnya, Rabu (20/7).

Aksi-aksi pembantaian mereka (KKB) terhadap masyarakat sipil dikatakan menunjukan bahwa kelompok pejuang Papua merdeka yang ada di hutan telah frustasi.

Mereka frustasi dengan perjuangan Papua Merdeka.  Egianus kogoya dan kelompok KKB Nduga menurut Marinus Yaung sebenarnya marah dengan diplomasi tipu – tipu dan omong kosong dari Jeffrey Pegawak dan Sebby Sambom.   Mereka juga marah dan kecewa dengan diplomasi tipu – tipu dan abunawas oleh Benny Wenda dengan ULMWP-nya.

Baca Juga :  Papua Sedang Menghadapi Krisis Iklim

“Karena frustasi terhadap kegagalan diplomasi OPM dan ULMWP di Pasifik, Eropa dan di PBB, maka Egianus Kogoya dan kelompoknya melampiaskannya dengan membantai masyarakat sipil siapa saja, baik Papua maupun non Papua,” beber Yaung.

Bahkan ia sempat mendengar jika Egianus Kogoya telah menyiapkan peluru untuk menembak Benny Wenda, Jeffrey Pegawai dan Sebby Sambom meski  Sebby Sambom sendiri terlihat terus merilis ke media publik terkait aksi – aksi Egianus dan kelompoknya. “Sebenarnya hubungan antara Egianus dan Sebby sudah retak dan sudah tidak saling percaya. Sehingga saya pikir wajar jika Egianus marah kepada Sebby, Jeffrey, dan Benny Wenda. Egianus berjuang pertaruhkan nyawa di hutan – hutan Papua sementara diplomat OPM dan ULMWP nikmati semua fasilitas dan kemewahan hidup di luar negeri dari perjuangan Egianus dan kelompok di hutan – hutan Ndugama,” sindirnya.

Kenyataan ini yang membuat Egianus dan kelompoknya sangat marah dan frustasi dalam perjuangan. Lalu tujuan pembantaian menurut dosen Hubungan Internasional Fisip Uncen ini adalah frustasi dan kebencian dimana karena tidak bisa menyentuh aparat TNI-Polri akhirnya kelompok ini menjadikan masyarakat sipil sebagai sasaran. “Dan mereka sadar bahwa mereka telah ditipu atau dibohongi  oleh diplomasi ULMWP oleh OPM dan mereka paham itu. Mereka tahu mereka dikerjai dan dimanfaatkan oleh ULMWP untuk mendapatkan keuntungan ekonomi dan materi sementara Egianus bersusah payah di hutan,” tambahnya.

Baca Juga :  Penyusunan Sengaja Dijadikan Satu, Demi Percepatan Pembangunan Papua

Karena tak bisa menyentuh TNI-Polri akhirnya cara pengecut dilakukan dengan mencari masyarakat sipil yang lemah dan tidak terlindungi. “Jadi sebenarnya Egianus dan kawan-kawan ini paham bahwa perjuangan politik mereka menemui jalan buntu. Selain itu, kelompok ini juga harus memahami bahwa kekerasan bersenjata yang digunakan untuk mencapai kemerdekaan Papua tidak mendapat  simpati dari komunitas internasional,” tambahnya.

Namun Yang perlu diingat menurutnya adalah masyarakat internasional sudah menolak cara-cara kekerasan untuk mencapai tujuan.

“Kalau  mereka masih melakukan cara – cara kekerasan seperti ini, melakukan pembunuhan sadis, bahkan seorang pendeta juga dibunuh, itu  tidak akan mendapat simpati dan dukungan dunia internasional. Dunia malah akan mengecam sehingga tujuan merdeka hanya omong kosong, tidak akan tercapai,” tutupnya. (ade/Antara/nat) 

Berita Terbaru

Artikel Lainnya