Merasakan Denyut Kehidupan Ekonomi Pasar Mama-Mama Papua yang Makin Lemah
Dulu menjadi simbol pemberdayaan perempuan Papua, ruang ekonomi yang hidup dan penuh harapan. Kini, Pasar Mama-Mama Papua berada di persimpangan. Cukup memprihatinkan. Itulah kalimat yang paling tepat menggambarkan kondisi pasar Mama-Mama Papua saat ini.
Laporan: Mustakim Ali_Jayapura
Jumat (14/11), Wakil Wali Kota Jayapura, Rustan Saru, turun langsung memimpin kerja bakti bersama OPD dan mitra pemerintah. Namun di balik kegiatan bersih-bersih itu, tersingkap berbagai persoalan yang membuat pasar ini semakin memprihatinkan.
Bangunan megah yang dibangun pada masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo itu perlahan kehilangan denyut kehidupan, menjelma menjadi gedung luas yang mulai hampa, gelap, dan jauh dari fungsi awalnya.
Keluhan utama para pedagang adalah pasar yang semakin sepi. Minimnya pembeli memicu munculnya praktik-praktik yang tak seharusnya ada di area pasar, termasuk permainan togel serta meningkatnya pencurian barang dagangan.
“Banyak kali pencuri masuk, kita jualan saja takut,” keluh beberapa pedagang di lantai 1, yang kini menjadi pusat seluruh aktivitas pasar.
Sejumlah fasilitas vital juga tidak berfungsi. Lampu mati di banyak titik, WC umum rusak, bahkan kunci WC dipegang oleh pihak yang bukan petugas resmi. Para pedagang pun langsung mengadukan hal tersebut saat Rustan Saru melintas di area itu.
Aktivitas jual beli kini terpusat di lantai 1. Sementara, lantai 2, 3, dan 4 lebih mirip bangunan kosong. Hanya beberapa penjual kopi dan makanan yang bertahan, itupun berjualan seadanya. Sebagian besar ruang lain tak lagi difungsikan sebagai lapak perdagangan.