JAYAPURA-Kementerian Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan (Kemenko IPK) RI memastikan pembangunan Jalan Trans Jayapura–Wamena ditargetkan tuntas pada akhir 2026. Bahkan sang menteri, Agus Harimurti Yudhoyono menyatakan akses jalan tersebut nantinya langsung bisa dilewati mobil sedan.
Ini bisa diartikan jika jalan yang dibangun nantinya licin dan nyaman. Kepastian ini mendapat apresiasi dari anggota Komisi IV DPR Papua, Albert Meraudje, yang menilai progres pembangunan tersebut menunjukkan keseriusan pemerintah dalam membuka keterisolasian wilayah Pegunungan Papua.
Menurut Meraudje, keberadaan jalan trans ini akan berdampak terhadap peningkatan ekonomi masyarakat yang tinggal di sepanjang jalur tersebut. Meski demikian, ia mengingatkan bahwa pembangunan dan pengoperasian jalan itu tidak akan lepas dari sejumlah tantangan.
Meraudje menegaskan bahwa kondisi geografis Papua sangat berbeda dengan wilayah lain, terutama wilayah Jawa yang didominasi dataran. Jalan Trans Jayapura–Wamena melintasi daerah dengan kontur ekstrem, termasuk pegunungan, lembah curam, sungai besar, serta tanah yang tidak stabil.
“Jangan asal kerja yang penting jadi. Jalan ini harus dibangun sesuai kontur dan kondisi geografis Papua agar bisa digunakan untuk jangka panjang,” tegasnya, melalui ponselnya Jumat (14/11).
JAYAPURA-Kementerian Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan (Kemenko IPK) RI memastikan pembangunan Jalan Trans Jayapura–Wamena ditargetkan tuntas pada akhir 2026. Bahkan sang menteri, Agus Harimurti Yudhoyono menyatakan akses jalan tersebut nantinya langsung bisa dilewati mobil sedan.
Ini bisa diartikan jika jalan yang dibangun nantinya licin dan nyaman. Kepastian ini mendapat apresiasi dari anggota Komisi IV DPR Papua, Albert Meraudje, yang menilai progres pembangunan tersebut menunjukkan keseriusan pemerintah dalam membuka keterisolasian wilayah Pegunungan Papua.
Menurut Meraudje, keberadaan jalan trans ini akan berdampak terhadap peningkatan ekonomi masyarakat yang tinggal di sepanjang jalur tersebut. Meski demikian, ia mengingatkan bahwa pembangunan dan pengoperasian jalan itu tidak akan lepas dari sejumlah tantangan.
Meraudje menegaskan bahwa kondisi geografis Papua sangat berbeda dengan wilayah lain, terutama wilayah Jawa yang didominasi dataran. Jalan Trans Jayapura–Wamena melintasi daerah dengan kontur ekstrem, termasuk pegunungan, lembah curam, sungai besar, serta tanah yang tidak stabil.
“Jangan asal kerja yang penting jadi. Jalan ini harus dibangun sesuai kontur dan kondisi geografis Papua agar bisa digunakan untuk jangka panjang,” tegasnya, melalui ponselnya Jumat (14/11).