Aturan Harus Jelas dan Tegas dalam Pengawasan Tata Kelola Pasar
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB)Uncen, Mesak Iek Bicara Masalah Pasar
Masalah penataan pasar tradisional di Kota Jayapura sudah seperti benang kusut yang tak dapat diurai. Terutama di Pasar Youtefa dan Pasar Otonom Kotaraja yang tak kunjung tuntas masalahnya. Lantas seperti apa pendapat dan saran akademisi terkait persoalan ini? Berikut penyampaian Dekan Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnus (FEB)Uncen, Mesak Iek
Laporan: Carolus Daot_Jayapura
Untuk mendorong pertumbuhan dan aktifitas ekonomi masyarakat, Pemerintah daerah membangun sejumlah pasar di Kota Jayapura. Di satu sisi pemerintah berupaya mendorong pengelolahan pasar agartertata rapi, dengan membangun fasilitas yang representatif, di sisi lain pedagang justru memilih menempati areal yang tidak mestinya ditempati, demi banyak pembeli yang berkunjung dan dapat untung.
Contoh nyata pasar Otonom, meski telah dibuatkan bangunan pasar yang representatif, namun pedagang justru memilih berjualan di luar areal pasar yang notabene akses bagi pengunjung.
Meski sudah ditindak tegas, dengan membongar seluruh lapak yang ada di sepanajng jalan masuk pasar tersebut, namun berselang tiga atau empat hari setelah itu pedagang kembali berjualan di areal tersebut.
Masalah ini tidak hanya terjadi di Pasar Otonom, tapi juga di pasar, pasar lain seperti di Pasar Youtefa, Pasar Hamadi, maupun di Pasar Phaara Sentani, Kabupaten Jayapura. Banyak pedagang tidak ingin menempati areal pasar, meskipun bangunannya cukup representatif. Pedagang justru lebih memilih tempat sesuka hati.
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Uncen, Mesak Iek mengatakan faktor utama masalah penataan pasar di Provinsi Papua khususnya di Kota Jayapura kurangnya pengawasan dari pemerintah.
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB)Uncen, Mesak Iek Bicara Masalah Pasar
Masalah penataan pasar tradisional di Kota Jayapura sudah seperti benang kusut yang tak dapat diurai. Terutama di Pasar Youtefa dan Pasar Otonom Kotaraja yang tak kunjung tuntas masalahnya. Lantas seperti apa pendapat dan saran akademisi terkait persoalan ini? Berikut penyampaian Dekan Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnus (FEB)Uncen, Mesak Iek
Laporan: Carolus Daot_Jayapura
Untuk mendorong pertumbuhan dan aktifitas ekonomi masyarakat, Pemerintah daerah membangun sejumlah pasar di Kota Jayapura. Di satu sisi pemerintah berupaya mendorong pengelolahan pasar agartertata rapi, dengan membangun fasilitas yang representatif, di sisi lain pedagang justru memilih menempati areal yang tidak mestinya ditempati, demi banyak pembeli yang berkunjung dan dapat untung.
Contoh nyata pasar Otonom, meski telah dibuatkan bangunan pasar yang representatif, namun pedagang justru memilih berjualan di luar areal pasar yang notabene akses bagi pengunjung.
Meski sudah ditindak tegas, dengan membongar seluruh lapak yang ada di sepanajng jalan masuk pasar tersebut, namun berselang tiga atau empat hari setelah itu pedagang kembali berjualan di areal tersebut.
Masalah ini tidak hanya terjadi di Pasar Otonom, tapi juga di pasar, pasar lain seperti di Pasar Youtefa, Pasar Hamadi, maupun di Pasar Phaara Sentani, Kabupaten Jayapura. Banyak pedagang tidak ingin menempati areal pasar, meskipun bangunannya cukup representatif. Pedagang justru lebih memilih tempat sesuka hati.
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Uncen, Mesak Iek mengatakan faktor utama masalah penataan pasar di Provinsi Papua khususnya di Kota Jayapura kurangnya pengawasan dari pemerintah.