Sepenggal Cerita Dibalik Keindahan Cartenz Pyramid yang menjadi Seven Summits Dunia
Banyak pendaki dunia penasaran mendengar keindahan Cartenz Pyramid yang masuk dalam seven summits dunia. Dulunya mudah untuk dilakukan trip, berbeda dibanding sekarang. apa saja cerita menariknya.
Laporan : Muhammad Wahyu Welerubun – Timika
Papua Tengah selain memiliki PT Freeport juga memiliki potensi sumber daya alam yak tak bisa dianggap remeh. Satu yang menarik adalah di provinsi ini ada puncak gunung yang dikenal dengan Cartenz Pyramid. Gunung yang mendunia karena terdaftar dalam seven summit atau salah satu dari tujuh puncak gunung tinggi dunia. Bagi para pendaki dunia, Cartenz Pyramid memiliki tantangan yang berbeda untuk ditaklukkan.
Kondisi medan yang sangat berat ditambah biaya yang harus disiapkan juga tak main – main. Untuk satu pendaki membutuhkan dana yang terkadang di luar nalar untuk satu pendakian. Pendaki yang serius harus menyiapkan dana puluhan bahkan ratusan juta untuk bisa mencicipi puncak yang diselimuti es abadi tersebut.
Menarik karena meski tak setinggi gunung Everest, Cartenz Pyramid atau yang juga dikenal dengan nama Puncak Cartenz terkenal memiliki medan yang terjal serta tebing bebatuan tajam di sepanjang hamparan jalur pendakiannya. Di balik keindahannya, gunung dengan elevasi 4.884 meter diatas permukaan laut (MDPL) ini sudah memakan korban di tahun 2024. Cenderawasih Pos memiliki beberapa catatan dibalik pendakian Cartenz.
Tercatat, pada September hingga Oktober 2024, ada 2 orang pendaki yang meregang nyawa di balik keindahan Cartenz Pyramid. Korban pertama adalah seorang pendaki asal Surabaya, Jawa Timur berinisial HT yang melakukan pendakian segara ilegal ke Puncak Cartenz bersama lima rekannya tanpa ada pengawalan dari aparat keamanan.
Singkatnya, pada tanggal 22 September para pendaki sudah berada di titik awal pendakian namun belum melakukan kegiatan apapun, barulah pada 23 September 2024 pendakian dimulai. Dari keenam pendaki, empat pendaki berhasil mencapai Puncak Cartenz termasuk korban HT, sementara dua orang berinisial BH dan AP tidak berhasil akibat kondisi kesehatan yang tidak mendukung.