Gayung Bersambut, Diberi Bekal Ketrampilan Untuk Lestarikan Warisan 

Melihat Eksistensi Perajin Keramik di Kampung Kayo Batu Distrik Jayapura Utara

Untuk meningkatkan ketrampilan ibu-ibu di kampung, selama 14 hari di BBPPKS (Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial) Jayapura memberikan pelatihan membuat kerajinan keramik. Dari sejumlah peserta yang dilatih, kelompok perajin keramik dari Kayo Batu ini masih bertahan dan terus menignkatkan karyanya.

Laporan: Karolus Daot-Jayapura

Puluhan souvenir, dengan ragam jenis berjejer di atas meja. Sebabian souvenir lainnya masih tersimpan di dalam oven, ada juga yang masih dalam proses pengeringan. Sementara itu di bawah para-para terlihat sorang perempuan sedang mengukir sebuah souvenir berbentuk vas bunga sembari mengikuti putaran mesin electrick wheel, perempuan berusia senja itu tampak lihai mengukir tanah liat itu berbentuk sebuah souvenir cantik.

   Ketua Kelompok Perajin Keramik Kampung Kayo Batu, Popi Puy menceritakan bahwa perajin  keramik Kampung Kayu Batu ini merupakan kelompok kecil yang dibentuk pasca mengikuti pelatihan di BBPPSK Jayapura. Mereka awalnya mengikuti pelatihan di BBPPSK selama 14 hari.

  Pelatihan pembuatan keramik ini digagas oleh Kementerian Sosial. Dengan dipandu intruktur handal, peserta temasuk dari kelompok Kampung Kayu Batu ini, akhirnya bisa memproduksi keramik menggunakan tanah liat.

   Usai mengikuti pelatihan itu, Kelompok Perajin Kampung Kayu Batu akhirnya kembali ke Kampung dan membentuk kelompok. Awalnya berjumlah 23 orang, namun semakin hari kian berkurang terisa 10 orang yang semuanya dari Kampung Kayo Batu.

  Diceritakannya bahwa setiap harinya mereka bisa memproduksi keramik sebanyak 80 buah. Semuanya beragam jenis, mulai dari gelas, mangkuk, vas bunga, dan juga ragam model lainnya yang diproduksi.

  “Kalau tidak hujan, kadang bisa produksi sampai seratusan lebih,” ujar Popi Puy kepada Cendrawasih Pos, Jumat (14/6) pekan kemarin.

   Popi puy menjelaskan keramik ini, terbuat dari tanah liat dipadukan dengan pasir  laut dan air tawar. Adapun proses pembuatan souvenir ini, pertama tanah liat dicampur dengan pasir laut lalu dimixer hingga halus.

  Setelah halus, kemudian dicampur menggunakan air tawar. Lalu diendapkan di dalam kantong plastik selama tiga hari. Setelah diendapkan kemudian dijemur selama 3 hari. Setelah kering lalu diolah menjadi kramik.

  “Prinsipnya proses pembuatannya itu memakan waktu selama 2 minggu,” jelasnya.

Meski pekerjaanya terbilang rumit, namun kelompok ini tetap gigih untuk terus bekerja hingga memperoleh hasil.

    Sebab menurutnya produksi Keramik ini merupakan warisan orang tua. Dahulunya Kampung Kayo Batu dikenal dengan penghasil sempe, namun sayangnya kerajinan itu perlahan tersisih.

“Syukurlah Kementerian  Sosial buka pelatihan ini, dan akhirnya kami perempuan Kampung Kayo Batu bisa membuat kramik,” tuturnya.

  Diapun menegaskan Kelompok perajin Keramik tersebut akan terus didorong hingga kapasitas yang lebih besar. Bahkan mereka akan mendorong agar Kelompok ini memiliki payung hukum yang kuat.

  “Kami akan daftar Kelompok ini di Kemenhkumham, sehingga bisa menjadi brand tersendiri,” katanya.

Melihat Eksistensi Perajin Keramik di Kampung Kayo Batu Distrik Jayapura Utara

Untuk meningkatkan ketrampilan ibu-ibu di kampung, selama 14 hari di BBPPKS (Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial) Jayapura memberikan pelatihan membuat kerajinan keramik. Dari sejumlah peserta yang dilatih, kelompok perajin keramik dari Kayo Batu ini masih bertahan dan terus menignkatkan karyanya.

Laporan: Karolus Daot-Jayapura

Puluhan souvenir, dengan ragam jenis berjejer di atas meja. Sebabian souvenir lainnya masih tersimpan di dalam oven, ada juga yang masih dalam proses pengeringan. Sementara itu di bawah para-para terlihat sorang perempuan sedang mengukir sebuah souvenir berbentuk vas bunga sembari mengikuti putaran mesin electrick wheel, perempuan berusia senja itu tampak lihai mengukir tanah liat itu berbentuk sebuah souvenir cantik.

   Ketua Kelompok Perajin Keramik Kampung Kayo Batu, Popi Puy menceritakan bahwa perajin  keramik Kampung Kayu Batu ini merupakan kelompok kecil yang dibentuk pasca mengikuti pelatihan di BBPPSK Jayapura. Mereka awalnya mengikuti pelatihan di BBPPSK selama 14 hari.

  Pelatihan pembuatan keramik ini digagas oleh Kementerian Sosial. Dengan dipandu intruktur handal, peserta temasuk dari kelompok Kampung Kayu Batu ini, akhirnya bisa memproduksi keramik menggunakan tanah liat.

   Usai mengikuti pelatihan itu, Kelompok Perajin Kampung Kayu Batu akhirnya kembali ke Kampung dan membentuk kelompok. Awalnya berjumlah 23 orang, namun semakin hari kian berkurang terisa 10 orang yang semuanya dari Kampung Kayo Batu.

  Diceritakannya bahwa setiap harinya mereka bisa memproduksi keramik sebanyak 80 buah. Semuanya beragam jenis, mulai dari gelas, mangkuk, vas bunga, dan juga ragam model lainnya yang diproduksi.

  “Kalau tidak hujan, kadang bisa produksi sampai seratusan lebih,” ujar Popi Puy kepada Cendrawasih Pos, Jumat (14/6) pekan kemarin.

   Popi puy menjelaskan keramik ini, terbuat dari tanah liat dipadukan dengan pasir  laut dan air tawar. Adapun proses pembuatan souvenir ini, pertama tanah liat dicampur dengan pasir laut lalu dimixer hingga halus.

  Setelah halus, kemudian dicampur menggunakan air tawar. Lalu diendapkan di dalam kantong plastik selama tiga hari. Setelah diendapkan kemudian dijemur selama 3 hari. Setelah kering lalu diolah menjadi kramik.

  “Prinsipnya proses pembuatannya itu memakan waktu selama 2 minggu,” jelasnya.

Meski pekerjaanya terbilang rumit, namun kelompok ini tetap gigih untuk terus bekerja hingga memperoleh hasil.

    Sebab menurutnya produksi Keramik ini merupakan warisan orang tua. Dahulunya Kampung Kayo Batu dikenal dengan penghasil sempe, namun sayangnya kerajinan itu perlahan tersisih.

“Syukurlah Kementerian  Sosial buka pelatihan ini, dan akhirnya kami perempuan Kampung Kayo Batu bisa membuat kramik,” tuturnya.

  Diapun menegaskan Kelompok perajin Keramik tersebut akan terus didorong hingga kapasitas yang lebih besar. Bahkan mereka akan mendorong agar Kelompok ini memiliki payung hukum yang kuat.

  “Kami akan daftar Kelompok ini di Kemenhkumham, sehingga bisa menjadi brand tersendiri,” katanya.