JAYAPURA – Uskup Jayapura, Mgr. Dr. Yanuarius Teofilus Matopai You, ingatkan untuk hentikan kekerasan di tanah Papua apapun bentuknya. Pasalnya, kekerasan tidak akan menyelesaikan masalah.
“Stop kekerasan, karena kekerasan tidak menyelesaikan masalah,” tegas Uskup Jayapura, Mgr. Dr. Yanuarius Teofilus Matopai You, yang juga sebagai Ketua Umum PGGP dalam khotbahnya saat ibadah syukur dan KKR Hari Pekabaran Injil (HPI) ke-169, di GOR Cenderawasih, Senin (5/2) kemarin.
“Stop kekerasan dalam keluarga, stop kekerasan antar kelompok, stop kekerasan antar suku dan agama, stop kekerasan antara orang Papua dan kelompok Nusantara, stop kekerasan antara TNI-Polri dan TPNPB dan stop bunuh membunuh,” sambungnya.
Dalam khotbahnya, Uskup mengaku prihatin dengan ketidaknyamanan hidup di Papua bagi orang Papua maupun juga non Papua. Hal ini dikarenakan terjadi konflik horizontal dan vertikal dari dulu hingga sekarang.
“Kenyataan hari ini, banyak orang Papua menjadi pengungsi di atas tanah leluhur mereka. Lebih sadis lagi, banyak orang Papua dibunuh seperti binatang. Tapi saya juga mengaku orang non Papua juga hidup tidak aman di Papua,” tegasnya.
Menurut Uskup, kekerasan bukan hanya dirasakan oleh masyarakat asli Papua saja. melainkan sejumlah orang non Papua juga turut dibunuh seperti binatang.
“Rupanya manusia tidak ada harga, seperti binatang. Padahal manusia punya martabat yang tinggi yang diciptakan oleh Allah,” ujarnya.
Dikatakan Uskup, Injil membawa kedamaian. Sehingga itu, sudah sepatutnya sesama manusia saling mengasihi dan menyayangi. Juga terus mewartakan injil untuk menjadi pembawa damai.
“Jika kita ingin hidup damai, maka kita harus saling mengasihi satu sama lain, mengasihi kepada siapapun tanpa mengenal perbedaan antar sesama anak manusia,” ucapnya.
Selain itu, ia juga mengingatkan untuk stop kebiasaan mabuk. Sebab, banyak orang Papua yang meninggal dunia lantaran minuman keras.
“Stop kebiasaan mabuk, banyak orang Papua mati karena mabuk. Kalau mau hidup dalam damai berhenti dengan kebiasaan itu,” tegasnya.
Sementara itu, dengan kondisi keamanan Papua saat ini. Uskup mengingatkan pentingnya dialog antara Pemerintah Pusat dan masyarakat Papua sebagai sarana komunikasi menuju perdamaian.
“Kenapa musti takut dengan dialog, orang Papua berbicara dan kesempatan untuk didengar untuk tercipatanya perdamaian,” ujarnya.
Uskup juga mengingatkan agar masyarakat stop jual tanah, melainkan mengolah tanah yang dimilikinya agar bisa dimanfaatkan dengan baik.
“Namun ada catatan, boleh menjual tanah untuk kepentingan umum misalnya untuk pembangunan. Namun itu harus ada kesepakatan agar tidak menjadi persoalan dikemudian hari,” pungkasnya. (fia/wen)