Pelaksana tugas Kepala Dinas Peternakan dan Perkebunan Papua, Debora Salosa, mengatakan kebijakan mengatur jumlah pasokan telur dari luar daerah ke Papua bertujuan melindungi peternak (telur ayam) lokal agar dapat meningkat pendapatan maupun kesejahteraannya.
Diakuinya, harga telur Anpu dan telur lokal sedikit berbeda, telur Anpu dijual Rp 2.200 - Rp 2.500 per butir. Sementara telur lokal Rp 2.500 - Rp 3000 per butir. "Memang ada perbedaan karena telur lokal soal tahan lama, lebih tahan lama, sementara telur Anpu tidak bisa lebih dari sebulan, " terangnya.
“Yang jelas Pemprov mendukung asosiasi ayam petelur local, apalagi jika hasilnya sudah surplus. Pelan – pelan kita coba kendalikan dulu dan itu kebijakan yang diambil. Ini akan dimulai dari dari sisi volume,” kata Herman kepada wartawan di Kantor DPR Papua, Kamis (16/11)
Kori Firman, penjual telur di Pasar Youtefa Abepura mengatakan, dari berbagai macam telur yang dia jual, telur lokal lebih diminati pembeli. Adapun peminat telur luar, khususnya telur dari Surabaya, hanya pengusaha warung ataupun restauran.
“Yang jelas Pemprov mendukung asosiasi ayam petelur lokal apalagi jika hasilnya sudah surplus. Pelan – pelan kita coba kendalikan dulu dan itu kebijakan yang diambil. Ini akan dimulai dari dari sisi volume,” kata Herman kepada wartawan di kantor DPR Papua, Kamis (16/11)
“Kami berharap juga seperti itu, artinya untuk saat ini telur sudah surplus di Jayapura, Timika dan beberapa daerah lainnya dan kami harapkan telur – telur dari luar tidak dibawa masuk lagi sebab peternak telur akan mengalami kesulitan untuk mencari pasar karena telur dari luar terkadang lebih murah,” kata Mega melalui ponselnya, Rabu (15/11).
Wakil Ketua Asosiasi Peternak Ayam Petelur Setanah Tabi, Johny Nofriady mengatakan, jumlah peternak ayam petelur di Papua saat ini 76 peternak. Dengan produksi telur setiap harinya 442.000 butir.