"TNI dan Polri perkuat strategi yang komprehensif untuk Papua. Evaluasi operasi dan perkuat langkah-langkah dengan menetapkan status operasi menjadi siaga tempur darat,” ujarnya.
"Siaga tempur, ditekankan lagi, kan selama ini kita sampaikan operasi teritorial, operasi komunikasi sosial, karena masyarakatnya di situ kerawanan-nya tidak tinggi, tapi khusus daerah-daerah tertentu yang kerawanan tinggi, ya kita tekankan lagi kepada mereka untuk siaga tempur," kata Yudo Margono di Istana Wakil Presiden Jakarta pada Rabu.
Lama dalam pengejaran untuk misi pembebasan, pilot Susi Air, Philip Mark Mehrtens akhirnya kembali muncul ke publik. Kali ini ia tidak didampingi seluruh pasukan penyandera pimpinan Egianus Kogoya melainkan hanya diapit dua anggota Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) yang tidak bersenjata.
“JDP memandang sudah saatnya dilakukan langkah lebih soft (lunak) oleh negara dibawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo untuk menyudahi dan atau mengakhiri konflik sosial politik yang panjang di tanah Papua,” kata Jubir JDP Yan.
Direktur Yayasan Keadilan dan Keutuhan Manusia Papua (Pembela Ham) Theo Hesegem mengatakan, upaya pembebasan sandera terus memakan korban. Baik korban dari warga sipil maupun TNI-Polri sejak penyanderaan yang terjadi pada 7 Februari.
Begitupun dengan alutsista. Helikopter atau pesawat TNI AU yang dua hari terakhir wara wiri di langit Timika dijelaskan Panglima, dikerahkan untuk melakukan evakuasi dan distribusi logistik.
Panglima TNI, Laksamana TNI Yudo Margono yang datang langsung ke Timika mengungkapkan dari 36 pasukan yang dihadang dan terjadi kontak tembak dengan KKB, ada satu yang meninggal dunia yaitu Pratu Miftahul Arifin.
Kata Mandenas, aparat TNI-Polri yang melakukan operasi di Kabupaten Nduga dalam upaya pembebasan sandera Pilot Susi Air agar lebih mengedepankan ke hati hatian dalam melakukan pengejaran kepada KKB.
Karena itu, Bambang belum bisa menyampaikan langkah-langkah lanjutan yang dilakukan oleh TNI. Penambahan pasukan atau alat utama sistem persenjataan (alutsista) seperti helikopter, semua ditentukan setelah panglima TNI bertemu dengan para prajurit di lapangan. ”Nanti kami kabari berikutnya kalau ada perkembangan,” jelas dia.
Menurut Bambang, cuaca dan medan memang menjadi kendala utama. ”Cuacanya tidak menentu, kadang-kadang satu hari hanya dua jam cerah. Habis itu tertutup kabut. Jadi, untuk pengambilan jenazah helikopter kami kan tidak bisa langsung merapat,” bebernya.