“Saya mengajak para nelayan agar selalu mencari informasi cuaca setiap saat di situs BMKG Merauke baik itu cuaca, tinggi ombak dan lain sebagainya demi menjaga keselamatan diri kita dan keluarga,” pintanya.
Taufik menegaskan pihaknya akan mengakui hal itu jika ada bukti valid keterlibatan nelayan yang masuk dalam KNSI Papua Selatan. ‘’Kalau ada bukti yang jelas mungkin dari foto atau video yang membuktikan bahwa kapal kita. Tapi, kalau masih menjadi bola liar, demo dan kami dikambinghitamkan, kami merasa keberatan,’’ katanya.
‘’Jika ada yang masih mengalami pungutan liar baik dalam pengurusan izin maupun saat melakukan aktivitas sebagai nelayan untuk segera laporkan kepada kami. Kami akan memberantas pungli-pungli yang ada di Papua Selatan ini. Kami masih mendapatkan laporan bahwa masih ada pungli-pungli sehingga nelayan merasa di rugikan.
Kronologi kejadiannya, ungkap Kasi Humas, berawal saat korban bersama saksi bernama Abut setelah sampai di rumah Jalan Ampera IV, Keluirahan Maro , mengajak saksi masuk ke dalam rumah. Namun saksi Abut tidak mau masuk dengan alasan badannya panas mau cari angin.
Sekolah lapangan bagi nelayan ini dibagi 2 tahap. Tahap pertama, khusus bagi nelayan yang ada di sekitar pantai Kota Merauke dan tahap kedua bagi nelayan yang ada di Kumbe, Distrik Malind Merauke.