Dandim 1707/Merauke Letkol Inf Johny Nofriady, melalui Danramil 1707-04/Kimaam Lettu Inf Abdullah Latupono, menyampaikan, banjir rob di wilayah Kampung Sabon terjadi atau sudah berlangsung kurang lebih 3 bulan, namun masyarakat setempat tetap tinggal di Kampung Sabon karena mayoritas rumahnya model panggung sehingga air tidak masuk kedalam rumah.
Bupati Merauke Yoseph Bladib Gebze didampingi Wakil Bupati Merauke Fauzan Nihayah kepada wartawan mengungkapkan, terkait laporan krisis pangan yang dialami warga di Distrik Waan tersebut, pihaknya telah membentuk Tim yang akan segera turun ke Distrik Waan.
Krisis pangan ini, lanjut Viktor Mawen diperparah dengan kondisi geografi dan transportasi ke Distrik Waan. Selain karena sarana transportasi yang terbatas ke Distrik Waan dan kampung-kampung yang ada di Waan dan sebaliknya, juga karena pada waktu-waktu tertentu cuaca cukup ekstrim untuk sampai ke Waan.
‘’Saya memang sudah sampai di Salor bahkwan sampai di DAS (Daerah Aliran Sungai) Kumbe dan sudah melihat kondisi banjir dan suplaysit bermula dari rawa yang dulu dikerjakan oleh PT Medco untuk irigasi 200 hektar itu. Lalu pengaturan air tidak diatur dengan baik sehingga terjadi luapan air. Suplaysit itu sedikit mengalami sendimentasi dan mudah-mudahan sendimentasi dapat dikerjakan secara bersama-sama,’’ kata Nonce Sanam.
Mantan Aggota DPRP Papua tersebut menjelaskan, langkah-langkah yang dilakukan dalam rangka mengurai banjir yang terjadi tersebut dengan menormalisasi irigasi yang ada di wilayah tersebut. ‘’Ada sungai besar yang ada di belakang kampung itu yang memang harus dinormalisasi,’’ katanya.
Kepala Kampung Sumber Rejeki Bambang Irawan dihubungi media ini lewat telpon selulernya membenarkan banjir yang sudah mulai menggenangi sebagian rumah penduduk Kampung Sumber Rejeki tersebut.
Menurutnya banjir yang menggenangi Pasar Youtefa kemarin itu menimbulkan kerugian bagi pedagang. Namun dia mengaku tidak rugi terlalu besar. Sementara itu, pedagang lain, Kristina (30) mengatakan, sejak Senin (3/2) pasca kejadian dirinya tetap berjualan meski tempat jualannya masih tergenang akibat banjir.
Banjir tersebut berasal dari luapan sungai yang ada samping pasar, baik Kali Acay maupun Siborhonyi. Luapan kali ini diperparah karena tersumbatnya salura air akibat banyaknya sampah yang dibuang sembarangan.
Kores yang tampak kesal itu mengaku sudah kehabisan cara untuk menyampaikan aspirasi masyarakat yang tinggal di wilayah Konya itu. Karena menurutnya aspirasi itu sudah dilakukan secara berjenjang mulai dari tingkat RT, Musrembang Kampung/Kelurahan, distrik hingga Kota Jayapura. Bahkan sejumlah pejabat juga seringkali mengunjungi atau mendatangi Konya.
Kepala BWS Papua Merauke Nonce Saman, ST, MT, memimpin langsung pembersihan drainase cara manual tersebut. Nonce Saman menjelaskan bahwa salah satu penyebab terjadinya banjir ketika itentitas hujan cukup tinggi karena saluran drainase yang ada sudah tertutup dengan sampah maupun dengan rumput.