JAYAPURA– Presiden Jokowi telah menekankan agar permasalahan stunting harus menjadi perhatian serius seluruh Pemerintah Daerah. Ini demi munuju Indonesia Zero Stunting 2030.
Penekanan Presiden tersebut tertuang didalam Peraturan Presiden nomor 72 tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting, yang mana dapat membantu Pemerintah Daerah menurunkan kasus gagal tumbuh pada anak akibat kurangnya asupan gizi secara signifikan.
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Kota Jayapura, Betty Anthoneta Puy, SE, MPA mengatakan, Pemerintah Kota Jayapura sendiri sudah mulai serius untuk mengatasi permasalahan stunting yang terjadi dimasyarakat Kota Jayapura. Pihaknya juga telah membuat sejumlah program strategis salah satunya program Bangga Kencana.
“Jadi melalui program Bangga Kencana kami harapkan dapat menekan masalah stunting di Kota Jayapura,” ucap Betty Puy ketika ditemui Cenderawasih Pos di ruang kerjanya, Sabtu (16/9) siang.
Betty Puy menyampaikan, penekanan stunting ini sudah tertuang dalam Peraturan Presiden nomor 72 Tahun 2021 tentang percepatan penurunan Penurunan Stunting dan juga Peraturan Badan BKKBN nomor 12 tahun 2021 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan angka Stunting Indonesia.
Merujuk dari itu, maka perintah dari Presiden harus dilaksanakan oleh pimpinan daerah. Kemudian komitmen Pemerintah Daerah sendiri dengan angka stunting yang ada harus perlu dilakukan intervensi.
“Jadi, dari program Bangga Kencana tersebut kita disiapkan dana oleh BKKBN Pusat lewat Dana Alokasi Khusus (DAK) fisik maupun non fisik. Untuk non fisiknya lebih kepada penguatan, turun sosialisasi dan advokasi,” terang Betty Puy.
Kata Betty Puy, bapak Penjabat Wali Kota Jayapura, Frans Pakey telah berkomitmen untuk serius mengatasi masalah stunting ini. Sehingga ada intervensi, demi tercapainya target zero atau nol stunting di Kota Jayapura.
Sementara itu Zero stunting adalah program pemerintah dengan tujuan tidak adanya peningkatan stunting sehingga prosentase peningkatan stunting dari bulan ke bulan adalah nol persen.
Kata Betty Puy, ada beberapa cara mengatasi stunting pada anak diantaranya perbaiki stunting sebelum usia 2 tahun, berikan asi, perbaiki masalah menyusui, beri olahan protein hewani pada MPASI, imunisasi rutin, memantau tumbuh kembang anak, perilaku hidup bersih dan sehat dan memakai jamban sehat
“Stunting adalah permasalahan gizi kronis yang disebabkan kurangnya asupan nutrisi dalam tubuh. Anak yang memiliki gejala stunting masih bisa sembuh jika mendapat penanganan tepat, sebelum menginjak usia dua tahun,” tegasnya.
Tambah Betty Puy, adapun gejala stunting itu, pertumbuhan tulang pada anak yang tertunda, berat badan rendah apabila dibandingkan dengan anak seusianya, sang anak berbadan lebih pendek dari anak seusianya kemudian proporsi tubuh yang cenderung normal tapi tampak lebih muda/kecil untuk seusianya.
Selain itu, ada lima pilar dalam Strategi Nasional (Stranas) percepatan penurunan stuntin diantaranya, komitmen berkelanjutan dari para pemimpin, peningkatan literasi masyarakat, konvergensi dan keterpaduan lintas sektor, pemenuhan gizi yang tepat dan penguatan sistem pemantauan dan evaluasi.
“Penguatan lima pilar ini menjadi langkah penting dalam upaya menekan angka stunting di Indonesia. Dengan adanya komitmen bersama dari berbagai pihak, diharapkan bahwa target zero stunting di Kota Jayapura itu tercapai,”tuturnya.
Menurut Betty Puy, stunting juga berpengaruh terhadap pola daya pikir Sumber Daya Manusia (SDM). Oleh sebab itu intervensi ini sangat penting dan wajib untuk dilakukan oleh Pemerintah sejak dini. Salah satu upaya penurunan stanting adalah bagaimana dalam 6 bulan pertama anak itu dia wajib diberikan asi eksklusif, jangan ada makanan tambahan dulu. Tapi kalau orang tuanya sibuk kerja mencari kehidupan pasti anaknya dikorbankan.
Kenapa stunting itu diseriusi sedemikan rupa, karena dampaknya akan berpengaruh besar kepada anak-anak dalam usia pertumbuhan mereka apabila tidak diimbangi dengan asupan gizi yang baik, mulai dari proses kehamilan hingga menjadi bay dan tumbuh dewasa.
“Atas kebijakan bapak Wali Kota untuk zero stunting di Kota Jayapura, kami punya SK Tim Percepatan Penurunan Stunting. Didalamnya ada bapak Pj. Wali Kota sendiri, Pj. Sekda, Ketua Pengerak PKK, Bappeda dan lintas sektor terkait,”beber Betty Puy.
Sambung Betty Puy, percepatan penurunan stunting ada itervensi spesifik yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan, karena secara medis mereka lebih tau, tetapi itu hanya 30 persen saja.
Sedangkan intervensi lain, nanti dikeroyok oleh pihaknya dan seluruh OPD yang ada, termasuk di dalamnya ada PKK, BUMN, BUMD juga media masa punya tanggungjawab disitu untuk memberikan informasi terkait stunting agar masayarakat tau.
“Intervensi penanganan stunting di Kota Jayapura ini penting sekali, sehingga tidak ada bahasa yang dikeluarkan oleh masyarakat bahwa uang dari negara ini banyak mengalir, lalu kenapa stunting ini masih ada dan salahnya di mana,” ucap Bety Puy.
Bety Puy, kembali menjelaskan, dalam upaya penanganan stunting di Kota Jayapura, rencananya hari ini pihaknya akan adakan kegiatan Rembuk Stunting yang akan melibatkan lintas sektor.
“Pada kegiatan Rembuk Stunting tersebut akan ada pernyataan komitmen bersama dari semua lintas sektor, untuk intervensi data stunting demi terwujudnya Bebas Stunting (Besti) di Kota Jayapura,” terangnya.
Betty Puy melihat, menuju Kota Jayapura bebas stunting memang tidak semudah itu, perlu juga ada pemahaman keluarga untuk aktif mengikuti posyandu.
“Sesuai data Elektronik Pencatatan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (EPPGBM) dari 14 Puskesmas yang kita terima dari Dinas Kesehatan angka stunting kita di Kota Jayapura sebanyak 739 anak stunting,” ucap Betty Puy.
Sementara untuk penanangan, data yang ada selanjutnya akan dibagikan kepada semua OPD, Forkompinda melalui program Bapak Asuh Anak Stunting (BAAS). Melalui program ini mereka intervensi secara tuntas dilapangan
“Semua kepala OPD, Lurah, Distrik sampai Kampung kita bagi habis, mereka semua bertanggungjawab terhadap 739 anak ini. Harapannya 739 anak stunting tersebut harus tertangani dengan baik dan tidak menyebar lagi,” pungkas Betty Puy. (*/wen)