Saturday, May 11, 2024
28.7 C
Jayapura

Ini 10 Tanda Seseorang Berbohong Menurut Psikologi, Kenali Tandanya ?

2. GESTUR TUBUH YANG TIDAK SESUAI

Jika seseorang mengatakan ya tapi menggelengkan kepala tidak, ini bisa mengindikasikan bahwa mereka sedang berbohong.

Ellen Hendriksen, seorang psikolog klinis di  Universitas Boston, menjelaskan bahwa gerakan non-kongruen adalah gerakan tubuh yang tidak sesuai dengan kata-kata yang diucapkan seseorang, dan ini merupakan indikasi kebohongan.

Misalnya, saat seseorang menjawab ‘ya’ tetapi diikuti dengan gerakan kecil berupa gelengan kepala. Hal ini mengindikasikan bahwa orang tersebut bisa saja mengatakan yang tidak sebenarnya.

3. MENGATAKAN SEDIKIT KETERANGAN

Ketika saksi pengungkap kebenaran menjelaskan apa yang mereka lihat dan ditanya penjelasan tambahan, maka akan ada lebih banyak detail yang terungkap.

Namun ketika pembohong diminta untuk melampaui cerita yang telah mereka siapkan, hanya sedikit detail lain yang diberikan.

Para peneliti yang dikutip oleh American Psychological Association (APA) menyebut orang-orang ini sebagai pembohong yang lalai.

Ketika diminta untuk menjawab pertanyaan atau memberikan lebih banyak rincian, biasanya orang yang berbohong akan menjawab lebih sedikit daripada mereka yang jujur.

Baca Juga :  Masyarakat Diminta Manfaatkan Pelayanan Kesehatan di Puskesmas

Hal ini dapat diukur melalui transkrip panggilan telepon, pernyataan saksi, atau dilihat dari ketiadaan kata-kata deskriptif dalam percakapan.

Cara lain yang digunakan peneliti untuk memverifikasi kebenaran adalah dengan meminta orang untuk menceritakan kejadian secara terbalik.

Orang yang jujur akan tetap berpegang pada cerita yang sama sambil memberikan lebih banyak detail, sementara pembohong sering kali tersandung dan membuat cerita yang berbeda tanpa menambahkan detail pada cerita aslinya.

4. TERLALU BANYAK BICARA

Di sisi lain, para peneliti dari Harvard Business School menemukan bahwa pembohong yang mencoba menipu akan mengutarakan kebenaran dengan terlalu banyak kata.

Karena pembohong seperti itu mengarang cerita, mereka mungkin juga menambahkan detail yang berlebihan untuk meyakinkan diri mereka sendiri atau orang lain tentang apa yang mereka katakan.

Baca Juga :  Gaji Honorer Petugas RSUD Wamena Akhirnya Dibayarkan

Mereka juga dapat membumbui dengan kata-kata yang tidak akan terpikirkan oleh orang yang berkata jujur untuk ditambahkan.

Isyarat lain yang terungkap dalam penelitian ini menunjukkan bahwa pembohong menggunakan lebih banyak kata-kata kotor dan kata ganti orang ketiga seperti dia dan mereka untuk menjauhkan dirinya dari keterlibatan orang pertama.

5. Intonasi suara yang berbeda beda

David Matsumoto, seorang profesor psikologi di San Francisco State University menekankan bahwa para peneliti harus mempertimbangkan bias budaya ketika menentukan apakah seseorang berbohong atau tidak.

Sebagai contoh, penelitian deteksi kebohongan yang dilakukannya menemukan bahwa partisipan dari Tiongkok cenderung berbicara dengan nada suara yang lebih tinggi ketika berbohong.

Sebaliknya, partisipan penelitian Hispanik berbicara dengan nada suara yang lebih rendah ketika berbohong.

Penelitian ini menunjukkan bahwa isyarat non-verbal untuk berbohong dapat berkaitan dengan perbedaan budaya yang harus dipertimbangkan daripada hanya menilai dari keyakinan budaya seseorang.

2. GESTUR TUBUH YANG TIDAK SESUAI

Jika seseorang mengatakan ya tapi menggelengkan kepala tidak, ini bisa mengindikasikan bahwa mereka sedang berbohong.

Ellen Hendriksen, seorang psikolog klinis di  Universitas Boston, menjelaskan bahwa gerakan non-kongruen adalah gerakan tubuh yang tidak sesuai dengan kata-kata yang diucapkan seseorang, dan ini merupakan indikasi kebohongan.

Misalnya, saat seseorang menjawab ‘ya’ tetapi diikuti dengan gerakan kecil berupa gelengan kepala. Hal ini mengindikasikan bahwa orang tersebut bisa saja mengatakan yang tidak sebenarnya.

3. MENGATAKAN SEDIKIT KETERANGAN

Ketika saksi pengungkap kebenaran menjelaskan apa yang mereka lihat dan ditanya penjelasan tambahan, maka akan ada lebih banyak detail yang terungkap.

Namun ketika pembohong diminta untuk melampaui cerita yang telah mereka siapkan, hanya sedikit detail lain yang diberikan.

Para peneliti yang dikutip oleh American Psychological Association (APA) menyebut orang-orang ini sebagai pembohong yang lalai.

Ketika diminta untuk menjawab pertanyaan atau memberikan lebih banyak rincian, biasanya orang yang berbohong akan menjawab lebih sedikit daripada mereka yang jujur.

Baca Juga :  Anak Sulung Dipinang Jadi Bacawapres, Jokowi Kembalikan Keputusannya ke Gibran

Hal ini dapat diukur melalui transkrip panggilan telepon, pernyataan saksi, atau dilihat dari ketiadaan kata-kata deskriptif dalam percakapan.

Cara lain yang digunakan peneliti untuk memverifikasi kebenaran adalah dengan meminta orang untuk menceritakan kejadian secara terbalik.

Orang yang jujur akan tetap berpegang pada cerita yang sama sambil memberikan lebih banyak detail, sementara pembohong sering kali tersandung dan membuat cerita yang berbeda tanpa menambahkan detail pada cerita aslinya.

4. TERLALU BANYAK BICARA

Di sisi lain, para peneliti dari Harvard Business School menemukan bahwa pembohong yang mencoba menipu akan mengutarakan kebenaran dengan terlalu banyak kata.

Karena pembohong seperti itu mengarang cerita, mereka mungkin juga menambahkan detail yang berlebihan untuk meyakinkan diri mereka sendiri atau orang lain tentang apa yang mereka katakan.

Baca Juga :  Kartu Port Numbay Sehat Masih Berlaku di RSUD Abepura

Mereka juga dapat membumbui dengan kata-kata yang tidak akan terpikirkan oleh orang yang berkata jujur untuk ditambahkan.

Isyarat lain yang terungkap dalam penelitian ini menunjukkan bahwa pembohong menggunakan lebih banyak kata-kata kotor dan kata ganti orang ketiga seperti dia dan mereka untuk menjauhkan dirinya dari keterlibatan orang pertama.

5. Intonasi suara yang berbeda beda

David Matsumoto, seorang profesor psikologi di San Francisco State University menekankan bahwa para peneliti harus mempertimbangkan bias budaya ketika menentukan apakah seseorang berbohong atau tidak.

Sebagai contoh, penelitian deteksi kebohongan yang dilakukannya menemukan bahwa partisipan dari Tiongkok cenderung berbicara dengan nada suara yang lebih tinggi ketika berbohong.

Sebaliknya, partisipan penelitian Hispanik berbicara dengan nada suara yang lebih rendah ketika berbohong.

Penelitian ini menunjukkan bahwa isyarat non-verbal untuk berbohong dapat berkaitan dengan perbedaan budaya yang harus dipertimbangkan daripada hanya menilai dari keyakinan budaya seseorang.

Berita Terbaru

Artikel Lainnya