Thursday, April 25, 2024
31.7 C
Jayapura

Pemerintah Andalkan TMC Kendalikan Hujan

Indonesia Dibayangi 3 Calon Siklon Tropis

JAKARTA, Jawa Pos-Pemerintah dipastikan tidak akan lagi menggunakan jasa pawang hujan untuk mengendalikan cuaca di sekitar Sirkuit Mandalika, Lombok pada pagelaran MotoGP Mandalika Grand Prix yang akan berlangsung pada 18 hingga 20 Maret mendatang.

Pada Rapat dengan Komisi X DPR pada Rabu (16/3) Sandi mengatakan, pada pagelaran World Superbike (WSBK) November lalu, memang ada petugas pawang hujan. “Tapi akhirnya pawangnya menuntut pihak panitia. Tetap hujan, pak,” kata Sandi menjawab pertanyaan anggota DPR.

Untuk itulah, Sandi mengatakan berkaca pada event WSBK lalu, kali ini pemerintah mengambil opsi untuk mengantisipasi agar cuaca bisa kondusif. Yakni melakukan operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) yang akan dilakukan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dibantu BMKG dan TNI AU.

”Agar ajang balap internasional  di Mandalika ini bisa berjalan dengan lancar. Kami tegaskan bahwa persiapan penyelenggaraan MotoGP 2022 sudah rampung 100 persen. Segala usaha telah kita maksimalkan, dan selebihnya kita serahkan kepada Allah SWT,” ujar Sandi di akun Instagramnya kemarin (17/3).

Sementara itu, BRIN sendiri menyebut bahwa operasi TMC telah dilakukan bahkan sejak berita ini ditulis kemarin. Koordinator Laboratorium TMC BRIN Budi Harsoyo mengatakan bahwa saat ini sortie (misi penerbangan TMC) sudah mulai dilakukan untuk mengeliminir hujan di sekitar area sirkuit.

Budi mengatakan bahwa operasi kali ini adalah berdasarkan permintaan dari ITDC melalui Kemenko Maritim dan Investasi dengan pendanaan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). “Kami diminta melakukan operasi mulai dari tanggal 17 hingga 20 Maret 2022,” kata Budi pada Jawa Pos kemarin.

Permintaan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) juga disampaikan kepada BRIN melalui Surat Nomor S-52/KA BNPB/PD.01/03/2022 tertanggal 12 Maret 2022 perihal Permohonan Dukungan Kegiatan Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca di NTB.

Baca Juga :  Daerah Boleh Realokasi Anggaran untuk THR

Selain itu, pelaksanaan TMC juga didasarkan atas permintaan Gubernur NTB sehubungan dengan telah ditetapkannya status Siaga Darurat Bencana Banjir, Tanah longsor dan angin puting beliung di Provinsi NTB.

Plt. Direktur Penguatan dan Kemitraan, Infrastruktur Riset dan Inovasi, Salim Mustofa menyatakan pihaknya telah mengirimkan 15 personil dari Laboratorium Pengelolaan TMC dan Sekretariat Deputi Infrastruktur Riset dan Inovasi untuk menjalankan operasi TMC tersebut.

Budi menjelaskan, penerbangan sortie akan dilakukan dengan dukungan satu pesawat CASA 212-200 dari skuadron TNI AU Abdurrahman Saleh Malang. Sortie (misi penerbangan) akan dilakukan sesuai dengan kebutuhan. Budi memperkirakan akan menerbangkan 2 hingga 3 kali sortie. Namun bisa bertambah jika pertumbuhan awan hujan juga tinggi.

Ia menjelaskan ada beberapa metode TMC yang dilakukan tergantung kondisi awan hujan. Jika kondensasi awan hujan sudah terlalu berat, maka penerbangan TMC akan melalui overseeding atau persemaian agar hujan dapat segera jatuh. “Jadi kami bukan memindahkan agar tidak hujan di Mandalika kemudian hujan di tempat lain. Tidak seperti itu,” jelasnya.

Namun jika pertumbuhan hujan masih dalam tahap dini, maka penerbangan TMC akan difokuskan untuk membubarkan atau menghambat pertumbuhan awan tersebut. “Begitu mulai tumbuhan dan mengarah ke Mandalika, bisa diturunkan cepat, atau dihambat agar tidak menjadi lebih besar,” jelas Budi.

Saat ini kata Budi pihaknya terus berkoordinasi dengan BMKG dan memantau data-data dari satelit dan radar cuaca. Data yang diinput oleh BMKG akan dianalisis oleh tim TMC BRIN untuk kemudian dianalisis apakah dibutuhkan sortie.

Baca Juga :  Terinspirasi Gunungan Wayang, Kemenag Kenalkan Logo Baru Halal

Budi menyebut tantangan kedepan cukup signifikan karena menurut BMKG dalam beberapa hari kedepan curah hujan diperkirakan tinggi. “Juga karena ada pengaruh pusat tekanan rendah di perairan utara Australia,” jelasnya.

Bibit Siklon Tropis

Sayangnya, kondisi cuaca dalam beberapa hari terakhir maupun prediksi kedepan memang cukup mengkhawatirkan. Peta Ocean Forecast System (OFS) BMKG menunjukkan kemelut di perairan selatan Indonesia para periode 17,18, 19 hingga 20 Maret 2022. BMKG bahkan mengeluarkan peringatan dini gelombang sangat tinggi hingga 6 meter untuk perairan barat Sumatera.

Pada Kamis (17/3) malam, radar cuaca BMKG mendeteksi total 1 bibit siklon tropis dan 2 calon bibit siklon tropis di wilayah perairan Indonesia. Bibit siklon pertama berkode 91B yang terpantau di perairan barat Aceh dengan kecepatan angin maksimum 20 knot dan tekanan 10003.8 hektopaskal.

Sementara calon bibit siklon juga terpantau dengan suspect area masing-masing di Samudera Hindia Selatan Bengkulu dan Laut Timor, Nusa Tenggara Timur (NTT). Meski demikian, masing-masing calon bibit siklon memiliki potensi rendah untuk berkembang menjadi bibit siklon dalam periode 24 jam ke depan.

Meski demikian, ketiga fenomena cuaca ini membawa dampak tidak langsung berupa hujan di beberapa wilayah Indonesia. Termasuk NTB. “Prakiraan cuaca untuk wilayah NTB ada potensi hujan dengan intensitas ringan hingga sedang,” jelas Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG Fachry Radjab.

Fachry menambahkan, bahwa aktivitas dari pusat tekanan rendah yang saat ini terdeteksi di perairan selatan Indonesia juga bakal membawa dampak. “Adanya low pressure di utara Australia memang berpengaruh secara tidak langsung terhadap kondisi cuaca di Indonesia, terutama di wilayah Jawa, Bali, NTB dan NTT,” jelas Fachry.(tau/JPG)

Indonesia Dibayangi 3 Calon Siklon Tropis

JAKARTA, Jawa Pos-Pemerintah dipastikan tidak akan lagi menggunakan jasa pawang hujan untuk mengendalikan cuaca di sekitar Sirkuit Mandalika, Lombok pada pagelaran MotoGP Mandalika Grand Prix yang akan berlangsung pada 18 hingga 20 Maret mendatang.

Pada Rapat dengan Komisi X DPR pada Rabu (16/3) Sandi mengatakan, pada pagelaran World Superbike (WSBK) November lalu, memang ada petugas pawang hujan. “Tapi akhirnya pawangnya menuntut pihak panitia. Tetap hujan, pak,” kata Sandi menjawab pertanyaan anggota DPR.

Untuk itulah, Sandi mengatakan berkaca pada event WSBK lalu, kali ini pemerintah mengambil opsi untuk mengantisipasi agar cuaca bisa kondusif. Yakni melakukan operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) yang akan dilakukan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dibantu BMKG dan TNI AU.

”Agar ajang balap internasional  di Mandalika ini bisa berjalan dengan lancar. Kami tegaskan bahwa persiapan penyelenggaraan MotoGP 2022 sudah rampung 100 persen. Segala usaha telah kita maksimalkan, dan selebihnya kita serahkan kepada Allah SWT,” ujar Sandi di akun Instagramnya kemarin (17/3).

Sementara itu, BRIN sendiri menyebut bahwa operasi TMC telah dilakukan bahkan sejak berita ini ditulis kemarin. Koordinator Laboratorium TMC BRIN Budi Harsoyo mengatakan bahwa saat ini sortie (misi penerbangan TMC) sudah mulai dilakukan untuk mengeliminir hujan di sekitar area sirkuit.

Budi mengatakan bahwa operasi kali ini adalah berdasarkan permintaan dari ITDC melalui Kemenko Maritim dan Investasi dengan pendanaan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). “Kami diminta melakukan operasi mulai dari tanggal 17 hingga 20 Maret 2022,” kata Budi pada Jawa Pos kemarin.

Permintaan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) juga disampaikan kepada BRIN melalui Surat Nomor S-52/KA BNPB/PD.01/03/2022 tertanggal 12 Maret 2022 perihal Permohonan Dukungan Kegiatan Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca di NTB.

Baca Juga :  Dipercepat, Nasib Hakim MK Diputus Pekan Depan

Selain itu, pelaksanaan TMC juga didasarkan atas permintaan Gubernur NTB sehubungan dengan telah ditetapkannya status Siaga Darurat Bencana Banjir, Tanah longsor dan angin puting beliung di Provinsi NTB.

Plt. Direktur Penguatan dan Kemitraan, Infrastruktur Riset dan Inovasi, Salim Mustofa menyatakan pihaknya telah mengirimkan 15 personil dari Laboratorium Pengelolaan TMC dan Sekretariat Deputi Infrastruktur Riset dan Inovasi untuk menjalankan operasi TMC tersebut.

Budi menjelaskan, penerbangan sortie akan dilakukan dengan dukungan satu pesawat CASA 212-200 dari skuadron TNI AU Abdurrahman Saleh Malang. Sortie (misi penerbangan) akan dilakukan sesuai dengan kebutuhan. Budi memperkirakan akan menerbangkan 2 hingga 3 kali sortie. Namun bisa bertambah jika pertumbuhan awan hujan juga tinggi.

Ia menjelaskan ada beberapa metode TMC yang dilakukan tergantung kondisi awan hujan. Jika kondensasi awan hujan sudah terlalu berat, maka penerbangan TMC akan melalui overseeding atau persemaian agar hujan dapat segera jatuh. “Jadi kami bukan memindahkan agar tidak hujan di Mandalika kemudian hujan di tempat lain. Tidak seperti itu,” jelasnya.

Namun jika pertumbuhan hujan masih dalam tahap dini, maka penerbangan TMC akan difokuskan untuk membubarkan atau menghambat pertumbuhan awan tersebut. “Begitu mulai tumbuhan dan mengarah ke Mandalika, bisa diturunkan cepat, atau dihambat agar tidak menjadi lebih besar,” jelas Budi.

Saat ini kata Budi pihaknya terus berkoordinasi dengan BMKG dan memantau data-data dari satelit dan radar cuaca. Data yang diinput oleh BMKG akan dianalisis oleh tim TMC BRIN untuk kemudian dianalisis apakah dibutuhkan sortie.

Baca Juga :  Kemenag Usulkan Biaya Haji Rp 98,8 Juta

Budi menyebut tantangan kedepan cukup signifikan karena menurut BMKG dalam beberapa hari kedepan curah hujan diperkirakan tinggi. “Juga karena ada pengaruh pusat tekanan rendah di perairan utara Australia,” jelasnya.

Bibit Siklon Tropis

Sayangnya, kondisi cuaca dalam beberapa hari terakhir maupun prediksi kedepan memang cukup mengkhawatirkan. Peta Ocean Forecast System (OFS) BMKG menunjukkan kemelut di perairan selatan Indonesia para periode 17,18, 19 hingga 20 Maret 2022. BMKG bahkan mengeluarkan peringatan dini gelombang sangat tinggi hingga 6 meter untuk perairan barat Sumatera.

Pada Kamis (17/3) malam, radar cuaca BMKG mendeteksi total 1 bibit siklon tropis dan 2 calon bibit siklon tropis di wilayah perairan Indonesia. Bibit siklon pertama berkode 91B yang terpantau di perairan barat Aceh dengan kecepatan angin maksimum 20 knot dan tekanan 10003.8 hektopaskal.

Sementara calon bibit siklon juga terpantau dengan suspect area masing-masing di Samudera Hindia Selatan Bengkulu dan Laut Timor, Nusa Tenggara Timur (NTT). Meski demikian, masing-masing calon bibit siklon memiliki potensi rendah untuk berkembang menjadi bibit siklon dalam periode 24 jam ke depan.

Meski demikian, ketiga fenomena cuaca ini membawa dampak tidak langsung berupa hujan di beberapa wilayah Indonesia. Termasuk NTB. “Prakiraan cuaca untuk wilayah NTB ada potensi hujan dengan intensitas ringan hingga sedang,” jelas Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG Fachry Radjab.

Fachry menambahkan, bahwa aktivitas dari pusat tekanan rendah yang saat ini terdeteksi di perairan selatan Indonesia juga bakal membawa dampak. “Adanya low pressure di utara Australia memang berpengaruh secara tidak langsung terhadap kondisi cuaca di Indonesia, terutama di wilayah Jawa, Bali, NTB dan NTT,” jelas Fachry.(tau/JPG)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya