JAKARTA-Menteri Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Mendikti Saintek) Satryo Soemantri Brodjonegoro mengakui, kementerian yang dipimpinnya turut terkena efisiensi atau pemangkasan pada pagu anggaran 2025. Kemendikti Saintek melakukan efisiensi anggaran sebesar Rp 14,3 triliun.
“Kami menyampaikan secara ringkas apa yang dilakukan oleh Kementerian kami dengan adanya permintaan efisiensi dari Dirjen Anggaran sebesar Rp 14,3 triliun,” kata Satryo Soemantri saat rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi X DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (12/2). Satryo memastikan, gaji dan tunjangan pegawai Kemendikti Saintek sebesar
Rp 13,512 triliun dipastikan tidak terkena pemangkasan. Namun, ia mengaku pemangkasan itu terjadi pada tunjangan dosen non-ASN yang semula anggarannya Rp 2,7 triliun, terkena efisiensi Rp 676 miliar.
“Kami usulkan, karena ini tidak terkena efisiensi, maka kami usulkan kembali supaya tidak ada efisiensi, sehingga pemotongannya itu 0 persen kembali ke angka Rp 2,7 triliun,” ucap Satryo.
Bantuan sosial berupa beasiswa yang di dalamnya ada KIP kuliah dalam pagu anggaran semula Rp 14,698 triliun, terkena efisiensi 9 persen atau Rp 1,319 triliun.
“Kami usulkan kembali supaya tetap pada pagu semula, yaitu Rp 14,698 triliun, karena ini termasuk kategori yang tidak kena efisiensi,” ungkap Satryo.
Selain itu, Beasiswa Pendidikan Indonesia (BPI) pagu awalnya Rp 164,7 miliar, turut terkena efisiensi sebesar Rp 19,47 miliar atau 10 persen. Ia pun mengaku, pihaknya mengajukan agar pagu anggaran BPI tidak terkena efisiensi. Tak hanya itu, Beasiswa Afirmasi Pendidikan Tinggi (ADiK) pagu awalnya Rp 213,73 miliar juga terefisiensi 10 persen. Namun, tengah diupayakan untuk ke pagu semula.
“Kemudian Beasiswa KNB (kerja sama negara berkembang), pagu awalnya Rp85,348 miliar, dipotong oleh Dirjen Anggaran 25 persen, kami kembalikan pada pagu semula Rp85,348 miliar, karena kategorinya tidak kena efisiensi,” ucap Satryo.