Wednesday, August 27, 2025
20.8 C
Jayapura

Gelombang PHK Berpotensi  Tingkatkan Jumlah UMKM

Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja menuturkan, dominasi UMKM terhadap ekonomi Indonesia sangat besar. Bank tentu melakukan kurasi terhadap sektor yang potensial. Agar bankable, tentu UMKM membutuhkan proses dan track record. ’’Memang tidak mudah. Tapi, kita sudah rangkul beberapa UMKM sebagai pilot project, kita coba roll out. Ini memang proyek jangka panjang, tapi kami serius,’’ ucapnya.

Hingga semester I 2024, kredit UKM BCA naik 12,7 persen year-on-year (YoY) hingga menyentuh Rp 114,4 triliun. Menurut Jahja, permintaan kredit UMKM agak lesu. Sejalan dengan kondisi makro ekonomi yang sedang tidak baik-baik saja.

Mengingat, pembiayaan digunakan pelaku usaha sebagai modal kerja. Ketika produksi ekspansif, permintaan kredit akan banyak. Namun sebaliknya, saat pesanan produksi tidak ada, tidak butuh pembiayaan. ’’Kondisi alamnya tidak memungkinkan untuk agresif. Kredit itu harus melihat kondisi makro situasi juga. Kalau bagus, pencet gas. Kalau memang kurang bagus, permintaan juga nggak ada (permintaan). Jadi, kredit itu bergantung modal kerja. Kalau nggak ada kerjaan atau menurun kerjaannya, mereka nggak perlu tambahan kredit, bebernya. (han/c7/dio)

Baca Juga :  Calon Jemaah Haji Jalani Dua Tes Kesehatan Sebelum Pelunasan BPIH

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja menuturkan, dominasi UMKM terhadap ekonomi Indonesia sangat besar. Bank tentu melakukan kurasi terhadap sektor yang potensial. Agar bankable, tentu UMKM membutuhkan proses dan track record. ’’Memang tidak mudah. Tapi, kita sudah rangkul beberapa UMKM sebagai pilot project, kita coba roll out. Ini memang proyek jangka panjang, tapi kami serius,’’ ucapnya.

Hingga semester I 2024, kredit UKM BCA naik 12,7 persen year-on-year (YoY) hingga menyentuh Rp 114,4 triliun. Menurut Jahja, permintaan kredit UMKM agak lesu. Sejalan dengan kondisi makro ekonomi yang sedang tidak baik-baik saja.

Mengingat, pembiayaan digunakan pelaku usaha sebagai modal kerja. Ketika produksi ekspansif, permintaan kredit akan banyak. Namun sebaliknya, saat pesanan produksi tidak ada, tidak butuh pembiayaan. ’’Kondisi alamnya tidak memungkinkan untuk agresif. Kredit itu harus melihat kondisi makro situasi juga. Kalau bagus, pencet gas. Kalau memang kurang bagus, permintaan juga nggak ada (permintaan). Jadi, kredit itu bergantung modal kerja. Kalau nggak ada kerjaan atau menurun kerjaannya, mereka nggak perlu tambahan kredit, bebernya. (han/c7/dio)

Baca Juga :  Simbol Pajak Berkeadilan

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Berita Terbaru

Artikel Lainnya