Sunday, April 28, 2024
29.7 C
Jayapura

Dianggap Tak Becus, Pemimpin Oposisi Israel Serukan Netanyahu Untuk Mundur

AGRESI yang dilakukan oleh militer Israel (IDF) di jalur Gaza telah memunculkan bermacam kritik dari politisi Tel Aviv.

Pada Kamis (16/11), pemimpin oposisi IsraelYair Lapid melontarkan sebuah kritik pedas terhadap Perdana Menteri, Benjamin Netanyahu.

Yair Lapid sebut sudah waktunya mengganti PM Netanyahu sebagai akibat atas apa yang dilakukan Israel di Jalur Gaza. Ia juga mengatakan akan ada dukungan luas untuk membentuk pemerintahan persatuan baru yang akan dipimpin oleh partai sayap kanan, Likud Netanyahu.

“Waktunya telah tiba – kita perlu membentuk pemerintahan rekonstruksi nasional. Likud akan memimpinnya, Netanyahu dan ekstremis akan digantikan, lebih dari 90 anggota Knesset akan menjadi mitra dalam koalisi untuk penyembuhan dan penyatuan kembali,” tulis Yair Lapid di media sosial X.

Baca Juga :  Tidak Ada Tempat Aman, Satu Juta Orang di Gaza Terpaksa Mengungsi

Likud yang dipimpin Netanyahu adalah partai terbesar dalam koalisi penguasa Israel, yang mencakup partai-partai ultra-nasionalis dan agama. Bersama-sama mereka menguasai 64 kursi di parlemen.

Sebelumnya, Yair Lapid menolak bergabung dengan kabinet perang Netanyahu pada awal perang, meskipun anggota parlemen berhaluan tengah lainnya setuju untuk bergabung dan membantu mengelola konflik.

“Saya mendengar mereka mengatakan ini bukan waktunya. Kami menunggu 40 hari, tidak ada waktu lagi. Apa yang kami butuhkan sekarang adalah pemerintahan yang tidak akan menangani apa pun selain keamanan dan ekonomi,” tulis Yair Lapid di X.

Sementara itu, anggota Knesset atau nama lain dari parlemen Israel pada (13/11) telah mendiskusikan kemungkinan pemecatan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu setelah perang antara faksi-faksi perlawanan Palestina dan Tel Aviv berakhir.

Baca Juga :  Paus Fransiskus Serukan Bencana Kemanusiaan di Jalur Gaza Segera Dihentikan

Dikutip JawaPos.com dari laman resmi media The Cradle, Channel 13 Israel melaporkan bahwa para menteri dan anggota Knesset dari partai Likud pimpinan Netanyahu membahas pemakzulan perdana menteri.

Mereka mengatakan bahwa jika ia tetap berada di partai dan pemilihan umum diadakan, sebagian besar anggota partai akan memberikan mosi tidak percaya.

Seorang reporter dari saluran berita mengatakan bahwa mosi terhadap Netanyahu mencakup partai-partai lain yang berkumpul bersama dengan anggota Likud untuk membahas rencana mengakhiri invasi darat setelah mantan panglima Benny Gantz meninggalkan kabinet perang darurat. (*)

Sumber: Jawapos

AGRESI yang dilakukan oleh militer Israel (IDF) di jalur Gaza telah memunculkan bermacam kritik dari politisi Tel Aviv.

Pada Kamis (16/11), pemimpin oposisi IsraelYair Lapid melontarkan sebuah kritik pedas terhadap Perdana Menteri, Benjamin Netanyahu.

Yair Lapid sebut sudah waktunya mengganti PM Netanyahu sebagai akibat atas apa yang dilakukan Israel di Jalur Gaza. Ia juga mengatakan akan ada dukungan luas untuk membentuk pemerintahan persatuan baru yang akan dipimpin oleh partai sayap kanan, Likud Netanyahu.

“Waktunya telah tiba – kita perlu membentuk pemerintahan rekonstruksi nasional. Likud akan memimpinnya, Netanyahu dan ekstremis akan digantikan, lebih dari 90 anggota Knesset akan menjadi mitra dalam koalisi untuk penyembuhan dan penyatuan kembali,” tulis Yair Lapid di media sosial X.

Baca Juga :  2000 Aktor dan Musisi Tanda Tangan Surat Berisi Kecaman Pada Tindakan Israel

Likud yang dipimpin Netanyahu adalah partai terbesar dalam koalisi penguasa Israel, yang mencakup partai-partai ultra-nasionalis dan agama. Bersama-sama mereka menguasai 64 kursi di parlemen.

Sebelumnya, Yair Lapid menolak bergabung dengan kabinet perang Netanyahu pada awal perang, meskipun anggota parlemen berhaluan tengah lainnya setuju untuk bergabung dan membantu mengelola konflik.

“Saya mendengar mereka mengatakan ini bukan waktunya. Kami menunggu 40 hari, tidak ada waktu lagi. Apa yang kami butuhkan sekarang adalah pemerintahan yang tidak akan menangani apa pun selain keamanan dan ekonomi,” tulis Yair Lapid di X.

Sementara itu, anggota Knesset atau nama lain dari parlemen Israel pada (13/11) telah mendiskusikan kemungkinan pemecatan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu setelah perang antara faksi-faksi perlawanan Palestina dan Tel Aviv berakhir.

Baca Juga :  Meskipun Negaranya di Tengah Peperangan, Palestina Bersiap Ikuti Kualifikasi

Dikutip JawaPos.com dari laman resmi media The Cradle, Channel 13 Israel melaporkan bahwa para menteri dan anggota Knesset dari partai Likud pimpinan Netanyahu membahas pemakzulan perdana menteri.

Mereka mengatakan bahwa jika ia tetap berada di partai dan pemilihan umum diadakan, sebagian besar anggota partai akan memberikan mosi tidak percaya.

Seorang reporter dari saluran berita mengatakan bahwa mosi terhadap Netanyahu mencakup partai-partai lain yang berkumpul bersama dengan anggota Likud untuk membahas rencana mengakhiri invasi darat setelah mantan panglima Benny Gantz meninggalkan kabinet perang darurat. (*)

Sumber: Jawapos

Berita Terbaru

Artikel Lainnya