Thursday, March 28, 2024
31.7 C
Jayapura

Indonesia dan Anggota MSG Hadapi Ancaman Keamanan yang Sama

BADUNG-Indonesia dan negara-negara anggota Melanesian Spearhead Group (MSG) menghadapi ancaman keamanan yang sama sehingga kedua pihak perlu memperkuat kerja sama untuk menghadapinya, kata pejabat tinggi Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI.

Dikutip dari kantor berita Antara Direktur Asia Timur dan Pasifik Kemlu RI Santo Darmosumarto mengatakan Indonesia dan negara-negara anggota MSG menghadapi ancaman kejahatan lintas batas, seperti perompakan kapal laut, penyelundupan narkotika, terorisme, dan perdagangan orang.

Oleh karena itu, ia menilai Pertemuan Ke-4 Kelompok Kerja Strategi Keamanan Regional (RSS) MSG di Badung, Bali pada 7–8 Juni 2022 menjadi kesempatan bagi para pihak, tidak hanya untuk berdiskusi, tetapi juga untuk menyusun strategi menghadapi ancaman keamanan tersebut.

Saat ditemui usai acara penutupan pertemuan, Rabu, Santo mengatakan para delegasi dari Fiji, Vanuatu, Kepulauan Solomon, dan Papua Nugini (PNG) bahkan memberi masukan menarik mengenai keterkaitan dampak perubahan iklim terhadap keamanan di kawasan.

“Kita jarang membahas dampak perubahan iklim jadi isu keamanan, tetapi dalam pertemuan, delegasi negara-negara di Pasifik itu memberi pemahaman bahwa keduanya saling terkait,” kata Santo, menjawab pertanyaan ANTARA di Badung, Rabu (8/6).

Baca Juga :  Tok! Batas Usia Capres-Cawapres Tetap 40 Tahun

Dampak perubahan iklim, yang salah satunya terlihat pada naiknya permukaan air laut, telah lama menjadi kekhawatiran negara-negara di kawasan Pasifik, termasuk anggota MSG. Pasalnya, jika permukaan air laut naik, maka negara-negara itu, yang sebagian besar berbentuk pulau dan kepulauan, terancam tenggelam.

Oleh karena itu, dampak perubahan iklim turut jadi isu yang dibahas dalam pertemuan karena menentukan keberlangsungan dan ketahanan negara.

Dalam kesempatan yang sama, Santo juga mengatakan pertemuan itu memberi pesan bahwa Indonesia menjadikan negara-negara Melanesia di kawasan Pasifik sebagai prioritas kerja sama.

“Selama ini (ada anggapan) kita (Indonesia) memunggungi mereka, tetapi sekarang kita berhadapan dengan mereka, bahwa negara-negara itu adalah tetangga kita juga yang menghadapi ancaman keamanan yang sama,” kata Santo.

Baca Juga :  Jumat Kasus COVID-19 RI Bertambah 1.220 Orang Terbanyak DKI Jakarta

Indonesia bertindak sebagai tuan rumah pada Pertemuan Ke-4 Kelompok Kerja Strategi Keamanan Regional MSG yang dimulai pada 6 Juni dan akan berakhir pada 10 Juni di Bali.

Dalam pertemuan itu, delegasi Indonesia dipimpin oleh Polri, yang diwakili oleh Kepala Divisi Hubungan Internasional (Kadivhubinter) Polri Irjen Pol Johanis Asadoma.

Melanesian Spearhead Group merupakan organisasi kerja sama antarnegara di kawasan subregional Pasifik, yaitu di Melanesia dan sekitarnya.

Indonesia dalam organisasi itu merupakan mitra atau associate member, tetapi dalam kelompok kerja bidang keamanan (RSS), Indonesia memiliki status keanggotaan penuh.

“Ada lima prioritas yang dihasilkan melalui Melanesian Spearhead Group Regional Security Strategy Working Group ini,” kata Johanis saat menjawab pertanyaan ANTARA dalam jumpa pers di Badung, Bali, Rabu.

Menurut dia, kelima prioritas itu adalah pengamanan perbatasan dan maritim, kejahatan lintas batas (transnational crime), peningkatan ketanggapsegeraan terhadap bencana, pengamanan ruang siber (cyber space), dan peningkatan kapasitas pemerintah. (Antara/nat)

BADUNG-Indonesia dan negara-negara anggota Melanesian Spearhead Group (MSG) menghadapi ancaman keamanan yang sama sehingga kedua pihak perlu memperkuat kerja sama untuk menghadapinya, kata pejabat tinggi Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI.

Dikutip dari kantor berita Antara Direktur Asia Timur dan Pasifik Kemlu RI Santo Darmosumarto mengatakan Indonesia dan negara-negara anggota MSG menghadapi ancaman kejahatan lintas batas, seperti perompakan kapal laut, penyelundupan narkotika, terorisme, dan perdagangan orang.

Oleh karena itu, ia menilai Pertemuan Ke-4 Kelompok Kerja Strategi Keamanan Regional (RSS) MSG di Badung, Bali pada 7–8 Juni 2022 menjadi kesempatan bagi para pihak, tidak hanya untuk berdiskusi, tetapi juga untuk menyusun strategi menghadapi ancaman keamanan tersebut.

Saat ditemui usai acara penutupan pertemuan, Rabu, Santo mengatakan para delegasi dari Fiji, Vanuatu, Kepulauan Solomon, dan Papua Nugini (PNG) bahkan memberi masukan menarik mengenai keterkaitan dampak perubahan iklim terhadap keamanan di kawasan.

“Kita jarang membahas dampak perubahan iklim jadi isu keamanan, tetapi dalam pertemuan, delegasi negara-negara di Pasifik itu memberi pemahaman bahwa keduanya saling terkait,” kata Santo, menjawab pertanyaan ANTARA di Badung, Rabu (8/6).

Baca Juga :  Kemenag Usulkan Biaya Haji Rp 98,8 Juta

Dampak perubahan iklim, yang salah satunya terlihat pada naiknya permukaan air laut, telah lama menjadi kekhawatiran negara-negara di kawasan Pasifik, termasuk anggota MSG. Pasalnya, jika permukaan air laut naik, maka negara-negara itu, yang sebagian besar berbentuk pulau dan kepulauan, terancam tenggelam.

Oleh karena itu, dampak perubahan iklim turut jadi isu yang dibahas dalam pertemuan karena menentukan keberlangsungan dan ketahanan negara.

Dalam kesempatan yang sama, Santo juga mengatakan pertemuan itu memberi pesan bahwa Indonesia menjadikan negara-negara Melanesia di kawasan Pasifik sebagai prioritas kerja sama.

“Selama ini (ada anggapan) kita (Indonesia) memunggungi mereka, tetapi sekarang kita berhadapan dengan mereka, bahwa negara-negara itu adalah tetangga kita juga yang menghadapi ancaman keamanan yang sama,” kata Santo.

Baca Juga :  Presiden Disarankan Keluarkan Perppu Terkait Pemilu 2024

Indonesia bertindak sebagai tuan rumah pada Pertemuan Ke-4 Kelompok Kerja Strategi Keamanan Regional MSG yang dimulai pada 6 Juni dan akan berakhir pada 10 Juni di Bali.

Dalam pertemuan itu, delegasi Indonesia dipimpin oleh Polri, yang diwakili oleh Kepala Divisi Hubungan Internasional (Kadivhubinter) Polri Irjen Pol Johanis Asadoma.

Melanesian Spearhead Group merupakan organisasi kerja sama antarnegara di kawasan subregional Pasifik, yaitu di Melanesia dan sekitarnya.

Indonesia dalam organisasi itu merupakan mitra atau associate member, tetapi dalam kelompok kerja bidang keamanan (RSS), Indonesia memiliki status keanggotaan penuh.

“Ada lima prioritas yang dihasilkan melalui Melanesian Spearhead Group Regional Security Strategy Working Group ini,” kata Johanis saat menjawab pertanyaan ANTARA dalam jumpa pers di Badung, Bali, Rabu.

Menurut dia, kelima prioritas itu adalah pengamanan perbatasan dan maritim, kejahatan lintas batas (transnational crime), peningkatan ketanggapsegeraan terhadap bencana, pengamanan ruang siber (cyber space), dan peningkatan kapasitas pemerintah. (Antara/nat)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya