Ketiga gunung tersebut adalah Gunung Anak Krakatau, Gunung Merapi, dan Gunung Semeru. Sedangkan, pada Level II atau gunung berstatus Waspada terdapat sebanyak 18 gunung api.
Sementara itu, ada 47 gunung api yang kondisinya belum menunjukkan peningkatan aktivitas. Atau pada Level I (Normal).
Hendra mengatakan banyaknya aktivitas gunung api di Indonesia dipengaruhi letak Indonesia pada pertemuan tiga lempeng tektonik aktif, yaitu Eurasia, Pasifik, dan Indo-Australia, yang bergerak saling bertumbukan.
“Proses penunjaman atau subduksi mengakibatkan lelehan batuan kerak bumi, bagian batuan meleleh mempunyai berat jenis lebih ringan dibandingkan batuan sekitarnya, sehingga bergerak mengapung menuju permukaan, kemudian membentuk gunung api,” jelasnya.
Ia menyampaikan bahwa proses penunjaman dan pelelehan batuan kerak bercampur dengan batuan mantel, bagian demi bagian berjalan secara menerus mengakibatkan terjadi erupsi secara periodik dari gunung api.
Di Indonesia tersebar 127 gunung api atau 13 persen jumlah gunung api di dunia. Gunung api tersebut membentuk busur kepulauan, dari Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, Maluku Utara, Sulawesi bagian utara, hingga Kepulauan Sangir Talaud.
Adapun gunung api yang saat ini menunjukkan peningkatan aktivitas kegunungapian adalah Gunung Lokon dan Gunung Anak Krakatau.
Gunung Lokon terdapat di Kota Tomohon, Sulawesi Utara. Aktivitas vulkanik Gunung Lokon dipantau secara visual dan instrumental dari Pos Pengamatan Gunungapi (PPGA) di Kelurahan Kakaskasen, Kecamatan Tomohon Utara, Kota Tomohon. Tingkat aktivitas Gunung Lokon saat ini masih tetap Waspada.