Friday, April 26, 2024
33.7 C
Jayapura

Para Penghuni Eks Rusunawa Berpencar, Andalkan Bantuan untuk Bertahan Hidup

Mengunjungi Eks Penghuni Rusunawa Uncen , Pasca Diminta Keluar dari Rusunawa

Para penghuni eks rusunawa dan asrama mahasiswa uncen tertidur di lokasi pengungsian di Waena.( FOTO: Noel wenda/cenderawasih pos)

Pekan lalu, para penghuni asrama mahasiswa dan Rusunawa Uncen dipaksa keluar oleh pihak Uncen, kini mereka tinggal berpencar, ada yang di ekspo, ada yang di Perumnas 3 Waena dan beberapa tempat, Jumat (28/5) kemarin Cenderawasih Pos menyambangi mereka, bagaimana kondisi mereka sat ini?

Laporan : Noel Wenda

Raut muka kekesalan terpancar dari para penghuni eks rusunawa dan asrama mahasiswa Uncen. Betapa tidak, mereka belum tahu sampai kapan tinggal di lokasi yang tak layak. “Kami bingung mau kemana, Jadi sekarang ini banyak yang berpencar lain ke Expo, Waena, Perumnas 3, bahkan ada yang tinggal berdesak-desakan,” kata Fredi Kogoya 

Mahasiswa Uncen  Jurusan Teknik Pertambangan  itu mengatakan ketika dipaksa keluar mereka tidak disediakan tempat tinggal sehingga mereka bingung dengan kondisi saat ini. “Jadi, laptop,  beras, sagu kami di buang,  HP  Ijasah dispenser dan printer dirusak  oleh aparat,’ katanya.

 Ia menjelaskan penghuni rusunawa  dan asrama Uncen cukup banyak kira-kira ada 400 orang lebih, namun kini mereka terpencar-pencar.dan sebagian besar tidak bisa menjalankan aktivitas perkuliahan. 

 Untuk kebutuhan makan sehari-hari mereka menafaatkan kebun, selain itu ada juga bantuan dari organisasi seperti PSHT dan DPRP. “Sementara dipake untuk bertahan, untuk tidur mereka harus bergantian karena tempat tidak ada dan sering hujan dan kemarin hujan jadi tempat, yang kering kami saling  gantian tidur,” jelasnya.

 Sementara untuk masak, pihaknya harus bergantian dengan mahasiswa, sedangkan beras untuk makan perharinya sekitar 10 -25 kilo beras, hal itu cukup  untuk 40 orang tapi kalau ada teman yang datang masih cukup. 

Baca Juga :  Isu Referendum Bakal Muncul Diakhir Otsus

Ketua Pengurus Umum Badan Pegurus Unit (BPU)  Asrama Uncen Wilayah Kampwolker, Musa Hisage Jurusan Elektor bercerita pihaknya sangat dirugikan karena barang barang kuliah, ijazah dirusak karena saat pengusiran paksa  Ijazah mereka di buang ke dasar dan ijasa hilang. 

 Sedangkan para pengungai  di depan jalan masuk Rusunawa berduduk lingkar dengan satu meja dan di kelilingi kursi plastik terlihat   tempat tidur mereka  dibangun beton tanpa atap seng tapi tenda biru dan untuk pemenuhan kebutuhan makan harus dilakukan  dengan masak secara bagantian, hingga melakukan Mandi cuci kakus (MCK) di depan jalan utama perumnas III waena 

 Ketua  Asrama Rusunawa, Davil Wilil juga berharap adanya tempat tinggal yang layak dan barang-barang yang dirusak dikembalikan/diperbaiki.  “Kampus ini ada karena orang Papua, dan Uncen ada karena mahasiswa Papua apa yang dilakukan Uncen ini bikin kami sakit hati sekali, Uncen lebih pentingkan bangunan dari pada kemanusiaan kami,” katanya 

 Rektor Uncen Apolo Sapanpo saat dikonfirmasi mengatakan bahwa  sosialisaai dan berbagai pertemuan secara berkala suda dilakukan sejak tahun 2018 hanya di 2019 jadwal penertiban ditunda karena ada gejolak demo rasis maka di pindah ke 2020  ada kendala covid juga sehingga di pinda ke 2021 saat ini dan dokumen daftar hasil pertemuan semua lengkap tapi penghuni menolak, 

 Ia menyayangkan sikap mahasiswa yang  lapor ke LBH dan LBH Lapor ke Polda,  Komnas HAM, maka kata Rektor Uncen karena dilaporkan maka pihaknya hanya menghadiri saja dari somasi mereka,   “jadi Uncen tidak ada melaporkan jadi kita hanya ikuti saja,” kata Apolo.

Baca Juga :  Transaksi di Wilayah Perbatasan Diminta Gunakan Rupiah

  Awalnya mereka akan di relokaai tapi mereka menolak ini sebagai bentuk  solidaritas mereka jika satu keluar mereka semua akan keluar.Kata dia yang disuruh keluar waktu itu adalah bukan mahasiswa Aktif Univeraitas Cenderawasih, sedangkan mahasiswa aktif uncen sediakan meja pendaftaran tapi mereka tidak mau, jadi apa bila mereka menyadari mau diatur maka silakan lapor ke Purek dan tim penertiban asrama tapi mereka tetap menempuh jalur hukum dan Uncen tetap hadir dengan pengacara Uncen.

 “Anak anak mereka tidak mau ketemu saya sebagai orang tua tapi mereka bicara menempuh jalur hukum, dan kami sudah sabar selam dua tahun lalu dan kami datang mereka menolak ditertibkan dan kami caranya baik dan bapa datang sendiri  secara pribadi tapi mereka tetap tempuh jalur hukum,” kata rektor.

 Sementara bagi mahasiwa yang tidak ikut ujian ia mengatakan pihaknya siap fasilitasi tapi mahasiswa menolak dan pihak rektor tetap akan data sesuai jurusan untuk berikan kulia susulan.

 Rektor  berharap terkait hal ini perlu ada nasihat dari orang tua dan siapa saja  karena tugas mahasiswa yang dititipkan dari orang tua untuk kulia di Uncen jika tidak percaya Uncen silakan cari kampus lain.  “Jika percaya kampus Uncen, mari bicara secara baik antara anak dan bapa ikuti apa yang sudah diarahkan.  Pembantu Rekrot III dam tim yang ada Kampua siap bantu baik Tempat sementara dan perkuliahan. (*/wen)

Mengunjungi Eks Penghuni Rusunawa Uncen , Pasca Diminta Keluar dari Rusunawa

Para penghuni eks rusunawa dan asrama mahasiswa uncen tertidur di lokasi pengungsian di Waena.( FOTO: Noel wenda/cenderawasih pos)

Pekan lalu, para penghuni asrama mahasiswa dan Rusunawa Uncen dipaksa keluar oleh pihak Uncen, kini mereka tinggal berpencar, ada yang di ekspo, ada yang di Perumnas 3 Waena dan beberapa tempat, Jumat (28/5) kemarin Cenderawasih Pos menyambangi mereka, bagaimana kondisi mereka sat ini?

Laporan : Noel Wenda

Raut muka kekesalan terpancar dari para penghuni eks rusunawa dan asrama mahasiswa Uncen. Betapa tidak, mereka belum tahu sampai kapan tinggal di lokasi yang tak layak. “Kami bingung mau kemana, Jadi sekarang ini banyak yang berpencar lain ke Expo, Waena, Perumnas 3, bahkan ada yang tinggal berdesak-desakan,” kata Fredi Kogoya 

Mahasiswa Uncen  Jurusan Teknik Pertambangan  itu mengatakan ketika dipaksa keluar mereka tidak disediakan tempat tinggal sehingga mereka bingung dengan kondisi saat ini. “Jadi, laptop,  beras, sagu kami di buang,  HP  Ijasah dispenser dan printer dirusak  oleh aparat,’ katanya.

 Ia menjelaskan penghuni rusunawa  dan asrama Uncen cukup banyak kira-kira ada 400 orang lebih, namun kini mereka terpencar-pencar.dan sebagian besar tidak bisa menjalankan aktivitas perkuliahan. 

 Untuk kebutuhan makan sehari-hari mereka menafaatkan kebun, selain itu ada juga bantuan dari organisasi seperti PSHT dan DPRP. “Sementara dipake untuk bertahan, untuk tidur mereka harus bergantian karena tempat tidak ada dan sering hujan dan kemarin hujan jadi tempat, yang kering kami saling  gantian tidur,” jelasnya.

 Sementara untuk masak, pihaknya harus bergantian dengan mahasiswa, sedangkan beras untuk makan perharinya sekitar 10 -25 kilo beras, hal itu cukup  untuk 40 orang tapi kalau ada teman yang datang masih cukup. 

Baca Juga :  Tuntutan Tugas, Anggota Harus Jaga Kesehatan dan Perbanyak Olahraga

Ketua Pengurus Umum Badan Pegurus Unit (BPU)  Asrama Uncen Wilayah Kampwolker, Musa Hisage Jurusan Elektor bercerita pihaknya sangat dirugikan karena barang barang kuliah, ijazah dirusak karena saat pengusiran paksa  Ijazah mereka di buang ke dasar dan ijasa hilang. 

 Sedangkan para pengungai  di depan jalan masuk Rusunawa berduduk lingkar dengan satu meja dan di kelilingi kursi plastik terlihat   tempat tidur mereka  dibangun beton tanpa atap seng tapi tenda biru dan untuk pemenuhan kebutuhan makan harus dilakukan  dengan masak secara bagantian, hingga melakukan Mandi cuci kakus (MCK) di depan jalan utama perumnas III waena 

 Ketua  Asrama Rusunawa, Davil Wilil juga berharap adanya tempat tinggal yang layak dan barang-barang yang dirusak dikembalikan/diperbaiki.  “Kampus ini ada karena orang Papua, dan Uncen ada karena mahasiswa Papua apa yang dilakukan Uncen ini bikin kami sakit hati sekali, Uncen lebih pentingkan bangunan dari pada kemanusiaan kami,” katanya 

 Rektor Uncen Apolo Sapanpo saat dikonfirmasi mengatakan bahwa  sosialisaai dan berbagai pertemuan secara berkala suda dilakukan sejak tahun 2018 hanya di 2019 jadwal penertiban ditunda karena ada gejolak demo rasis maka di pindah ke 2020  ada kendala covid juga sehingga di pinda ke 2021 saat ini dan dokumen daftar hasil pertemuan semua lengkap tapi penghuni menolak, 

 Ia menyayangkan sikap mahasiswa yang  lapor ke LBH dan LBH Lapor ke Polda,  Komnas HAM, maka kata Rektor Uncen karena dilaporkan maka pihaknya hanya menghadiri saja dari somasi mereka,   “jadi Uncen tidak ada melaporkan jadi kita hanya ikuti saja,” kata Apolo.

Baca Juga :  Transaksi di Wilayah Perbatasan Diminta Gunakan Rupiah

  Awalnya mereka akan di relokaai tapi mereka menolak ini sebagai bentuk  solidaritas mereka jika satu keluar mereka semua akan keluar.Kata dia yang disuruh keluar waktu itu adalah bukan mahasiswa Aktif Univeraitas Cenderawasih, sedangkan mahasiswa aktif uncen sediakan meja pendaftaran tapi mereka tidak mau, jadi apa bila mereka menyadari mau diatur maka silakan lapor ke Purek dan tim penertiban asrama tapi mereka tetap menempuh jalur hukum dan Uncen tetap hadir dengan pengacara Uncen.

 “Anak anak mereka tidak mau ketemu saya sebagai orang tua tapi mereka bicara menempuh jalur hukum, dan kami sudah sabar selam dua tahun lalu dan kami datang mereka menolak ditertibkan dan kami caranya baik dan bapa datang sendiri  secara pribadi tapi mereka tetap tempuh jalur hukum,” kata rektor.

 Sementara bagi mahasiwa yang tidak ikut ujian ia mengatakan pihaknya siap fasilitasi tapi mahasiswa menolak dan pihak rektor tetap akan data sesuai jurusan untuk berikan kulia susulan.

 Rektor  berharap terkait hal ini perlu ada nasihat dari orang tua dan siapa saja  karena tugas mahasiswa yang dititipkan dari orang tua untuk kulia di Uncen jika tidak percaya Uncen silakan cari kampus lain.  “Jika percaya kampus Uncen, mari bicara secara baik antara anak dan bapa ikuti apa yang sudah diarahkan.  Pembantu Rekrot III dam tim yang ada Kampua siap bantu baik Tempat sementara dan perkuliahan. (*/wen)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya