Friday, March 29, 2024
26.7 C
Jayapura

Ketidakadilan Gender Masih Sangat Kelihatan

JAYAPURA-Kabid PUGPPKB (Pengarus Utamaan Gender Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana)  Provinsi Papua Adeltje Vs Pekade menyebut, Provinsi Papua urutan terakhir kesetaraan gender dari 34 Provinsi di Indonesia.

  “Berdasarkan data, Papua urutan terakhir dari 34 Provinsi. Tetapi ada hal baik yang kita lihat bahwa setiap tahun ada peningkatan, bahkan saat pandemi tahun tahun 2020 lalu  pengaruhnya besar,” kata Adeltje kepada wartawan di Jayapura, Selasa (26/7).

   Dikatakannya, disparitas dan kesenjangan antara laki laki dan perempuan dalam dunia pendidikan, ekonomi, politik dan berbagai hal lainnya terjadi. Bentuk-bentuk ketidakadilan gender sangat kelihatan.

  “Kekerasan terjadi, lebel negatif terjadi terhadap perempaun dan laki laki. Namun lebih banyak kepada perempuan, perempuan yang terpinggirkan dari berbagai informasi dan lainnya,” paparnya.

Baca Juga :  Gratis Bagi Warga Tidak Mampu, Paling Banyak Kasus Narkotika yang Didampingi

   Kenapa Papua bisa berada dalam urutan ke 24 dari 34 Provinsi di Indonesia?  Menurutnya, karena dilihat Kota Jayapura jumlah anggota dewannya tinggi, sehingga agak sedikit naik

  “Indeks pembangunan gender bukan berarti kita puas, karena ada 6 kabupaten yang tanpa perempuan. Kita harus melakukan sesuatu untuk mendobrak pemahaman masyarakat, memberikan dukungan kepada peningkatan  partisipasi perempuan di segala bidang,” ungkapnya.

  Diakuinya tidak mudah mendobrak budaya patriarki yang sangat kental di Papua, tetapi perlahan akan melakukan sosialisasi pemahaman di segala sudut kehidupan. Sehingga pada akhirnya ruang itu terbuka. “Kita mau masyarakat menikmati hasil yang setara dan adil, merasakan kesejahteraan,” tegasnya.

Baca Juga :  Razia Bar, Polisi Amankan Lima Orang

  Sementara itu, berdasarkan laporan dari Grand design pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak di Provinsi Papua dan Papua Barat yakni Kekerasan masih banyak terjadi di wilayah Papua.

   Pengaruh Miras dan narkoba yang semakin meluas mendorong timbulnya kekerasan pada perempuan dan anak. Kekerasan terhadap perempuan dan anak cenderung lebih banyak terjadi pada masyarakat pegunungan. Adat dan agama merupakan institusi sekaligus aktor yang memiliki peran penting untuk mendorong pembangunan dan keberdayaan orang Papua. Perempuan Papua dalam kehidupan sosial ditempatkan spesial karena sebagai sumber kehidupan bagi masyarakat. (fia/tri)

JAYAPURA-Kabid PUGPPKB (Pengarus Utamaan Gender Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana)  Provinsi Papua Adeltje Vs Pekade menyebut, Provinsi Papua urutan terakhir kesetaraan gender dari 34 Provinsi di Indonesia.

  “Berdasarkan data, Papua urutan terakhir dari 34 Provinsi. Tetapi ada hal baik yang kita lihat bahwa setiap tahun ada peningkatan, bahkan saat pandemi tahun tahun 2020 lalu  pengaruhnya besar,” kata Adeltje kepada wartawan di Jayapura, Selasa (26/7).

   Dikatakannya, disparitas dan kesenjangan antara laki laki dan perempuan dalam dunia pendidikan, ekonomi, politik dan berbagai hal lainnya terjadi. Bentuk-bentuk ketidakadilan gender sangat kelihatan.

  “Kekerasan terjadi, lebel negatif terjadi terhadap perempaun dan laki laki. Namun lebih banyak kepada perempuan, perempuan yang terpinggirkan dari berbagai informasi dan lainnya,” paparnya.

Baca Juga :  Dampak Demo, Sejumlah Pegawai Pemkot Absen

   Kenapa Papua bisa berada dalam urutan ke 24 dari 34 Provinsi di Indonesia?  Menurutnya, karena dilihat Kota Jayapura jumlah anggota dewannya tinggi, sehingga agak sedikit naik

  “Indeks pembangunan gender bukan berarti kita puas, karena ada 6 kabupaten yang tanpa perempuan. Kita harus melakukan sesuatu untuk mendobrak pemahaman masyarakat, memberikan dukungan kepada peningkatan  partisipasi perempuan di segala bidang,” ungkapnya.

  Diakuinya tidak mudah mendobrak budaya patriarki yang sangat kental di Papua, tetapi perlahan akan melakukan sosialisasi pemahaman di segala sudut kehidupan. Sehingga pada akhirnya ruang itu terbuka. “Kita mau masyarakat menikmati hasil yang setara dan adil, merasakan kesejahteraan,” tegasnya.

Baca Juga :  Tahun ini Anggarkan Rp 3 Miliar untuk Kelanjutan Pembangunan RS Tipe C

  Sementara itu, berdasarkan laporan dari Grand design pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak di Provinsi Papua dan Papua Barat yakni Kekerasan masih banyak terjadi di wilayah Papua.

   Pengaruh Miras dan narkoba yang semakin meluas mendorong timbulnya kekerasan pada perempuan dan anak. Kekerasan terhadap perempuan dan anak cenderung lebih banyak terjadi pada masyarakat pegunungan. Adat dan agama merupakan institusi sekaligus aktor yang memiliki peran penting untuk mendorong pembangunan dan keberdayaan orang Papua. Perempuan Papua dalam kehidupan sosial ditempatkan spesial karena sebagai sumber kehidupan bagi masyarakat. (fia/tri)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya