JAYAPURA-Penjabat Walikota Jayapura Dr. Frans Pekey, M.Si., menegaskan, Pemerintah Kota Jayapura akan membatasi masuknya ritel nasional seperti yang sudah ada saat ini yaitu Alfamidi dan sejenisnya yang memang cukup banyak muncul di beberapa tempat di Kota Jayapura.
“Yang lalu yang sudah ada itu Alfamidi dan Alfamart. Kita akan mempertimbangkan untuk kondisi, ritel nasional kita akan batasi, sehingga tidak mematikan yang lokal,” jelas Frans Pekey kepada awak media usai memimpin Sidak Tim Pengendali Inflasi Daerah Kota Jayapura di Saga Mall Abepura, Kamis (24/8).
Dikatakan, membatasi yang dimaksudkannya itu adalah tidak lagi memberikan izin kepada ritel nasional yang baru akan masuk beroperasi di Kota Jayapura. Sedangkan untuk ritel yang sudah mendapatkan izin dari Pemkot Jayapuea menurutnya akan dibatasi jumlahnya.
“Kemudian di titik koordinat mana yang dia harus ada sehingga tidak mematikan usaha-usaha lokal. Jadi fungsi pengendalian tetap ada di pemerintah kota,” jelasnya.
Frans Pekey mengakui keberadaan ritel dari luar Papua ini memang menjadi persaingan di dunia bisnis di antara mereka dan juga usaha-usaha lokal. Untuk itu, pemerintah perlu mempertimbangkan dari aspek keberadaan pelaku-pelaku usaha lokal yang lebih dulu ada.
Namun tak bisa dipungkiri menurutnya, ada satu sisi dimana memang kehadiran ritel nasional ini diminati oleh masyarakat, apalagi di daerah-daerah pemukiman baru. Meskipun demikian a jumlah ritel nasional ini harus dibatasi.
“Memang pengembangan Kota Jayapura ini ke depan di kawasan Timur dan sudah ada rencana pembangunan jangka panjang. Jadi yang kita lakukan membatasi jumlah. Kita juga perlu menjaga keseimbangan dengan usaha toko atau ritel yang sudah lama,” ujarnya.
Soal harga di masing-masing ritel nasional, Frans Pekey enggan mengomentari terlalu jauh. Hanya saja menurutnya bicara tentang harga itu menjadi pilihan dari masing-masing pengguna atau konsumen dalam hal ini masyarakat.
“Itu soal pilihan mau di pasar tradisional kah atau mau di pasar modern. Pasar modern itu banyak seperti Saga, Mega, hypermart dan banyak lainnya. Itu adalah ciri kota yang berkembang kota yang maju, sehingga kita hanya atur regulasi dan perbatasan,” tambahnya. (roy/nat)