Wednesday, April 24, 2024
27.7 C
Jayapura

Lahir dari Semangat Seorang Bruder, Kini Jadi yang Terlengkap di Asia Tenggara

Kepala Lab KSP, Evie Lilly Warikar   menunjukkan satu koleksi serangga Homoptera  cicada yang biasa berbunyi disore hari. Lab KSP ini memiliki koleksi terlengkap untuk asia tenggara. Foto diambil, Senin (24/8) kemarin. ( FOTO: Gamel Cepos) 

Mengunjungi Lab Koleksi Serangga Papua (KSP) yang Dikelola Jurusan Biologi FMIPA Uncen 

Tak hanya menjadi kampus pertama di Papua, Uncen hingga kini masih terus mencatat  prestasi dimana salah satu lab yang dikelola jurusan biologi FMIPA menjadi yang terlengkap di asia tenggara dalam koleksi serangganya. 

Laporan: Abdel Gamel Naser 

Tak sulit untuk  mencari lokasi lab yang bangunannya menjadi satu dengan gedung utama aula FMIPA ini. Jika berada di lokasi Uncen Waena, pengunjung cukup mendatagi gedung FMIPA jurusan biologi. Nah persis disamping anak tangga terdapat sebuah pintu yang di atasnya terdapat dua buah papan penjelasan. Yang satu tertulis Lab Koleksi Serangga Papua dan yang satu lagi menjelaskan tentang waktu peresmian yang bergambar sosok yang paling berjasa meletakkan dasar lahirnya KSP tersebut. 

 Dari papan kedua ini juga tertulis : Keanekaragaman hayati  merupakan pemberian terindah untuk umat manusia namun merupakan satu tugas yang paling menantang untuk melindunginya. Kalimat ini dikutip dari sosok Br Henk van Mastrigt yang menjadi aktor utama lahirnya KSP tadi. Sebuah pesan singkat namun memiliki arti luas. Papua menjadi benteng terakhir keanekaragaman hayati dan patut dijaga. Lab ini sendiri baru diresmikan pada 15 Januari 2016 atau satu tahun setelah  kepergian sosok hebat tersebut pada 15 Agustus 2015.

 Cenderawasih Pos sendiri mendapat banyak cerita dari kepala lab, Evie lilly Warikar  yang terlihat aktif menjaga lab tiap harinya. Dosen entomologi ini menjelaskan bahwa Br Henk mulai mengumpulkan serangga atau insect sejak tahun 1974. Ia merupakan sosok missionaris yang memiliki  hoby mengoleksi dan meneliti serangga. Dari ketekunannya ini ia akhirnya menjadi ahli dan panutan bagi banyak mahasiswa biologi yang ingin berdiskusi tentang serangga. 

Baca Juga :  Diduga Gangguan Jiwa, Seorang Pria Ditemukan Tak Bernyawa

 Br Henk juga menjadi mentor dan guru pembimbing untuk berbagai tulisan yang berkaitan dengan serangga. Ia bahkan diberi tempat khusus setiap ada dies natalis kampus dan itu digunakan untuk memamerkan berbagai jenis serangga koleksinya. “Bruder sejak usia 5  tahun sudah  mengikuti sang ayah yang sudah lebih dulu mengoleksi serangga dan sebelum KSP berdiri pada tahun 2016 berbagai koleksi bruder ketika  itu masih disimpan Biara St. Fransiscus A.P.O,” kata Evie saat ditemui di lab nya, Senin (24/8). 

 Dosen kelahiran 1981 ini menyebut bahwa dari semangat yang dititipkan Br Henk akhirnya banyak dosen biologi yang melanjutkan penelitian hingga menghasilkan 3 buah buku yang berkaitan dengan kupu – kupu. “Untuk lokasi penelitian dari berbagai koleksi ini dilakukan diberbagai daerah mulai dari Biak, Supiori, Numfor, Yapen, Cycloop dan Mamberamo Tengah. Saat ini teman – teman tengah menyiapkan buku keempat yang lebih pada wilayah selatan,” jelas Evie. 

Evie menjelaskan bahwa kalimat terlengkap bisa disebut seperti itu mengingat Lab KSP ini memiliki 72.000 koleksi serangga  dari berbagai jenis. “Ada peneliti dari Jepang kemudian ada pilot dari Australia  yang menyukai kupu – kupu bahkan ada juga yang dari Jerman dan Belanda yang pernah datang untuk belajar. Mereka akui jika Lab KSP ini memiliki koleksi yang terlengkap bahkan di Jepang jumlahnya belum seberapa dibanding isi Lab KSP,”  bebernya. Br Henk sendiri paling menyukai jenis kupu kupu Delias spp dan ini jenis koleksi kupu – kupu yang pertama ia teliti.

Baca Juga :  Perbaikan Atap GOR Waringin Molor

Kesulitan mencari serangga adalah jika serangga tersebut memiliki kebiasaan terbang tinggi dan itu harus menggunakan kayu dan mengakali dengan berbagai cara agar serangga tersebut  mau turun. Salah satu nya adalah Kupu – kupu  spesies Papilio ulysses yang memiliki warna dominan biru metalik kombinasi hitam yang dianggap termasuk sulit untuk ditangkap. “Kami  kadang memancing kupu – kupu ini dengan kertas berwarna biru yang warnanya mirip dengan sayap untuk dia turun mendekat. Biasanya ketika melihat warna yang sama ia mau mendekat,” beber Evie. Beda halnya dengan serangga tongkat atau stick insect yang suka berkamuflase.

 Dikatakan untuk mencari serangga ini perlu kepekaan karena bentuknya sangat mirip dengan potongan daun maupun ranting pohon. “Kalau yang sudah biasa tentu tidak sulit karena ada bentuk yang memang sudah dihafal namun kadang bagi yang belum mengenal serangga ini biasanya tidak menyangka karena ada serangga yang sangat mirip dengan daun atau ranting,” imbuhnya. 

Selain itu ada juga serangga yang terbangnya cepat dan serangga introduce atau serangga yang datang dari luar yang kemudian mendominasi. “Saya ingat tahun 2007 ketika mencari serangga di Sorong kami hanya mendapat 4 ekor  tapi saat ini sangat banyak,” kata Evie.   Namun dijelaskan ancaman dari populasi serangga adalah berkurangnya makanan akibat bukaan lahan dan perburuan untuk diperdagangkan. “Itu jadi satu ancaman yang masih terjadi saat ini, ada  serangga endemik yang diburu untuk dijual,” pungkasnya. (*)

Kepala Lab KSP, Evie Lilly Warikar   menunjukkan satu koleksi serangga Homoptera  cicada yang biasa berbunyi disore hari. Lab KSP ini memiliki koleksi terlengkap untuk asia tenggara. Foto diambil, Senin (24/8) kemarin. ( FOTO: Gamel Cepos) 

Mengunjungi Lab Koleksi Serangga Papua (KSP) yang Dikelola Jurusan Biologi FMIPA Uncen 

Tak hanya menjadi kampus pertama di Papua, Uncen hingga kini masih terus mencatat  prestasi dimana salah satu lab yang dikelola jurusan biologi FMIPA menjadi yang terlengkap di asia tenggara dalam koleksi serangganya. 

Laporan: Abdel Gamel Naser 

Tak sulit untuk  mencari lokasi lab yang bangunannya menjadi satu dengan gedung utama aula FMIPA ini. Jika berada di lokasi Uncen Waena, pengunjung cukup mendatagi gedung FMIPA jurusan biologi. Nah persis disamping anak tangga terdapat sebuah pintu yang di atasnya terdapat dua buah papan penjelasan. Yang satu tertulis Lab Koleksi Serangga Papua dan yang satu lagi menjelaskan tentang waktu peresmian yang bergambar sosok yang paling berjasa meletakkan dasar lahirnya KSP tersebut. 

 Dari papan kedua ini juga tertulis : Keanekaragaman hayati  merupakan pemberian terindah untuk umat manusia namun merupakan satu tugas yang paling menantang untuk melindunginya. Kalimat ini dikutip dari sosok Br Henk van Mastrigt yang menjadi aktor utama lahirnya KSP tadi. Sebuah pesan singkat namun memiliki arti luas. Papua menjadi benteng terakhir keanekaragaman hayati dan patut dijaga. Lab ini sendiri baru diresmikan pada 15 Januari 2016 atau satu tahun setelah  kepergian sosok hebat tersebut pada 15 Agustus 2015.

 Cenderawasih Pos sendiri mendapat banyak cerita dari kepala lab, Evie lilly Warikar  yang terlihat aktif menjaga lab tiap harinya. Dosen entomologi ini menjelaskan bahwa Br Henk mulai mengumpulkan serangga atau insect sejak tahun 1974. Ia merupakan sosok missionaris yang memiliki  hoby mengoleksi dan meneliti serangga. Dari ketekunannya ini ia akhirnya menjadi ahli dan panutan bagi banyak mahasiswa biologi yang ingin berdiskusi tentang serangga. 

Baca Juga :  Diduga Gangguan Jiwa, Seorang Pria Ditemukan Tak Bernyawa

 Br Henk juga menjadi mentor dan guru pembimbing untuk berbagai tulisan yang berkaitan dengan serangga. Ia bahkan diberi tempat khusus setiap ada dies natalis kampus dan itu digunakan untuk memamerkan berbagai jenis serangga koleksinya. “Bruder sejak usia 5  tahun sudah  mengikuti sang ayah yang sudah lebih dulu mengoleksi serangga dan sebelum KSP berdiri pada tahun 2016 berbagai koleksi bruder ketika  itu masih disimpan Biara St. Fransiscus A.P.O,” kata Evie saat ditemui di lab nya, Senin (24/8). 

 Dosen kelahiran 1981 ini menyebut bahwa dari semangat yang dititipkan Br Henk akhirnya banyak dosen biologi yang melanjutkan penelitian hingga menghasilkan 3 buah buku yang berkaitan dengan kupu – kupu. “Untuk lokasi penelitian dari berbagai koleksi ini dilakukan diberbagai daerah mulai dari Biak, Supiori, Numfor, Yapen, Cycloop dan Mamberamo Tengah. Saat ini teman – teman tengah menyiapkan buku keempat yang lebih pada wilayah selatan,” jelas Evie. 

Evie menjelaskan bahwa kalimat terlengkap bisa disebut seperti itu mengingat Lab KSP ini memiliki 72.000 koleksi serangga  dari berbagai jenis. “Ada peneliti dari Jepang kemudian ada pilot dari Australia  yang menyukai kupu – kupu bahkan ada juga yang dari Jerman dan Belanda yang pernah datang untuk belajar. Mereka akui jika Lab KSP ini memiliki koleksi yang terlengkap bahkan di Jepang jumlahnya belum seberapa dibanding isi Lab KSP,”  bebernya. Br Henk sendiri paling menyukai jenis kupu kupu Delias spp dan ini jenis koleksi kupu – kupu yang pertama ia teliti.

Baca Juga :  45 Siswa SMAN 4 Jayapura  Ikuti ANBK

Kesulitan mencari serangga adalah jika serangga tersebut memiliki kebiasaan terbang tinggi dan itu harus menggunakan kayu dan mengakali dengan berbagai cara agar serangga tersebut  mau turun. Salah satu nya adalah Kupu – kupu  spesies Papilio ulysses yang memiliki warna dominan biru metalik kombinasi hitam yang dianggap termasuk sulit untuk ditangkap. “Kami  kadang memancing kupu – kupu ini dengan kertas berwarna biru yang warnanya mirip dengan sayap untuk dia turun mendekat. Biasanya ketika melihat warna yang sama ia mau mendekat,” beber Evie. Beda halnya dengan serangga tongkat atau stick insect yang suka berkamuflase.

 Dikatakan untuk mencari serangga ini perlu kepekaan karena bentuknya sangat mirip dengan potongan daun maupun ranting pohon. “Kalau yang sudah biasa tentu tidak sulit karena ada bentuk yang memang sudah dihafal namun kadang bagi yang belum mengenal serangga ini biasanya tidak menyangka karena ada serangga yang sangat mirip dengan daun atau ranting,” imbuhnya. 

Selain itu ada juga serangga yang terbangnya cepat dan serangga introduce atau serangga yang datang dari luar yang kemudian mendominasi. “Saya ingat tahun 2007 ketika mencari serangga di Sorong kami hanya mendapat 4 ekor  tapi saat ini sangat banyak,” kata Evie.   Namun dijelaskan ancaman dari populasi serangga adalah berkurangnya makanan akibat bukaan lahan dan perburuan untuk diperdagangkan. “Itu jadi satu ancaman yang masih terjadi saat ini, ada  serangga endemik yang diburu untuk dijual,” pungkasnya. (*)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya