Friday, November 22, 2024
25.7 C
Jayapura

Kurangnya Literasi, Generasi Muda Mudah Terpapar Hoax

JAYAPURA – Perkembangnya teknologi sepatutnya diimbangi dengan cara berfikir rasional terkait informasi yang diterima. Apakah sesuai dengan fakta atau justru merupakan informasi hoax.

Sejatinya berita bohong atau hoax sangat rentan menimbulkan masalah pada hubungan sosial bahkan merugikan banyak orang. Sayangnya, sebagian besar orang, masih suka mempecayai informasi yang diterima tanpa lebih dulu mengkroscek validnya informasi tersebut. Mirisnya, informasi hoax justru lebih cepat menyebar dibanting berita fakta.

“Di Papua contohnya masih begitu banyak berita hoaks yang berkeluyuran di media sosial seperti di Twitter, Facebook, Tiktok, Instagram maupun  Website yang dibagi oleh orang-orang  tidak bertangungjawab. Ini bisa memicu konflik social jika tak jeli,” kata Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Papua, Jeri A. Yudianto   pecan kemarin.

Baca Juga :  Dinas Kominfo Selaraskan Pembinaan Statistik Sektoral Dengan BPS Jayawijaya

Ia menyampaikan fenomena banyak munculnya penyebaran berita hoax tak lepas dari masih rendahnya literasi informasi digital masyarakat.

“Jadi media perlu mengambil peran meningkatkan literasi informasi digital bagi masyarakat Papua,” tambahnya. 

Media menurut Jefri merupakan alat untuk menjadi referensi utama untuk menghindari berita bohong (Hoax) dan ia menaruh harapan sepenuhnya kepada media. “Sebetulnya media itu sebagai referensi utama untuk menghindari berita bohong  sehingga untuk itu kami masih bisa menaruh kepercayaanlah kepada media,” bebernya.

Ia mengharapkan media-media juga dapat memberikan literasi dan tidak menyebarkan berita Hoaks kepada masyarakat. Lanjut Jefri terkadang masyarakat termakan dengan informasi belum jelas kebenarannya yang dishare melalui media sosial whatsapp grup. Selain  itu kecanggihan  aplikasi Artificial Intelligence (AI) juga patut diantisipasi.

Baca Juga :  ASN Diingatkan Netralitasnya di Pilkada

“Saat ini  gambar saja bisa dibuat untuk bisa bicara layaknya manusia dan itu sangat berbahaya sekali. Dengan kecanggihan teknologi sekarang apapun bisa terjadi,” wantinya. Perihal lain adalah dalam pemberiaan hoax  biasanya menitipkan pesan propaganda. Ini yang bahaya,” tutupnya. (CR-278/ade)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

JAYAPURA – Perkembangnya teknologi sepatutnya diimbangi dengan cara berfikir rasional terkait informasi yang diterima. Apakah sesuai dengan fakta atau justru merupakan informasi hoax.

Sejatinya berita bohong atau hoax sangat rentan menimbulkan masalah pada hubungan sosial bahkan merugikan banyak orang. Sayangnya, sebagian besar orang, masih suka mempecayai informasi yang diterima tanpa lebih dulu mengkroscek validnya informasi tersebut. Mirisnya, informasi hoax justru lebih cepat menyebar dibanting berita fakta.

“Di Papua contohnya masih begitu banyak berita hoaks yang berkeluyuran di media sosial seperti di Twitter, Facebook, Tiktok, Instagram maupun  Website yang dibagi oleh orang-orang  tidak bertangungjawab. Ini bisa memicu konflik social jika tak jeli,” kata Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Papua, Jeri A. Yudianto   pecan kemarin.

Baca Juga :  Wakapolresta: Informasi Hoax Bisa Gerakkan Massa

Ia menyampaikan fenomena banyak munculnya penyebaran berita hoax tak lepas dari masih rendahnya literasi informasi digital masyarakat.

“Jadi media perlu mengambil peran meningkatkan literasi informasi digital bagi masyarakat Papua,” tambahnya. 

Media menurut Jefri merupakan alat untuk menjadi referensi utama untuk menghindari berita bohong (Hoax) dan ia menaruh harapan sepenuhnya kepada media. “Sebetulnya media itu sebagai referensi utama untuk menghindari berita bohong  sehingga untuk itu kami masih bisa menaruh kepercayaanlah kepada media,” bebernya.

Ia mengharapkan media-media juga dapat memberikan literasi dan tidak menyebarkan berita Hoaks kepada masyarakat. Lanjut Jefri terkadang masyarakat termakan dengan informasi belum jelas kebenarannya yang dishare melalui media sosial whatsapp grup. Selain  itu kecanggihan  aplikasi Artificial Intelligence (AI) juga patut diantisipasi.

Baca Juga :  Mayoritas Gaji Dosen di Indonesia di Bawah UMR

“Saat ini  gambar saja bisa dibuat untuk bisa bicara layaknya manusia dan itu sangat berbahaya sekali. Dengan kecanggihan teknologi sekarang apapun bisa terjadi,” wantinya. Perihal lain adalah dalam pemberiaan hoax  biasanya menitipkan pesan propaganda. Ini yang bahaya,” tutupnya. (CR-278/ade)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Berita Terbaru

Artikel Lainnya