Tuesday, October 22, 2024
24.7 C
Jayapura

Miris, Puluhan Anak Asli Papua Tidak Sekolah

JAYAPURA-Kehadiran dana otonomi khusus (Otsus) sebagai harapan untuk mengejar ketertinggalan Papua terutama pendidikan, kesehatan dan ekonomi sejujurnya belum benar-benar menyentuh akar persoalan itu. Terutama masalah pendidikan dan kesehatan yang mana sampai saat ini masih banyak  anak-anak asli Papua yang  tidak mengenyam pendidikan yang layak.    

 Kondisi ini memang sangat miris, apalagi masalah itu ada di wilayah pusat pemerintahan Kota maupun Provinsi Papua. Seperti yang disampaikan oleh  koordinator Komunitas Papua Hei di Jayapura, Lidya Yohana, di sekitar wilayah Kodam lama ada sekitar 40- 50 anak yang mereka bina. Dimana saat ini mereka tidak mengenyam pendidikan dengan baik. Bahkan ada yang sudah usia sekolah, tetapi tidak bersekolah.

Baca Juga :  NPCI Papua Terima Bus Baru Dari Bank Muamalat

    “Anak-anak ini bertempat tinggal di sekitar daerah Kodam Lama kemudian ada juga yang berasal dari daerah Ajen.  Anak-anak ini tinggal dan ada orang tua mereka, tetapi 80 sampai 90% nya tidak sekolah,” ujarnya Sabtu (19/10).

    Menurutnya, anak-anak yang tidak bersekolah itu, disebabkan karena minimnya biaya. Meski  untuk biaya uang sekolah atau SPP digratiskan,  tetapi untuk kebutuhan lain seperti seragam sekolah buku tulis dan kebutuhan penunjang sekolah lainnya, tidak bisa terpenuhi oleh masing-masing orang tua anak, sehingga mereka kemudian dibiarkan tidak bersekolah.

   “Hal itu karena terkendala biaya walaupun sekolah gratis, tetapi untuk masalah transportasi, buku dan perlengkapan sekolah mereka kurang bisa untuk memenuhinya,” bebernya.

Baca Juga :  Patroli, Polisi Masih Terus Temukan Ratusan Liter Milo

   Saat ini komunitas tersebut terlibat aktif untuk memberikan pengajaran terutama baca tulis hitung bagi puluhan anak-anak tersebut. Mereka  ikumpulkan oleh komunitas tersebut setiap hari Sabtu untuk mengikuti pembelajaran baca tulis hitung selama 4 sampai 5 jam.

    ” Karena anggota komunitas kita ini ada yang sekolah SMA ada yang tamat SMA ada yang sudah bekerja, jadi kita ambil waktu setiap hari Sabtu,” tambahnya. (roy/tri)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

JAYAPURA-Kehadiran dana otonomi khusus (Otsus) sebagai harapan untuk mengejar ketertinggalan Papua terutama pendidikan, kesehatan dan ekonomi sejujurnya belum benar-benar menyentuh akar persoalan itu. Terutama masalah pendidikan dan kesehatan yang mana sampai saat ini masih banyak  anak-anak asli Papua yang  tidak mengenyam pendidikan yang layak.    

 Kondisi ini memang sangat miris, apalagi masalah itu ada di wilayah pusat pemerintahan Kota maupun Provinsi Papua. Seperti yang disampaikan oleh  koordinator Komunitas Papua Hei di Jayapura, Lidya Yohana, di sekitar wilayah Kodam lama ada sekitar 40- 50 anak yang mereka bina. Dimana saat ini mereka tidak mengenyam pendidikan dengan baik. Bahkan ada yang sudah usia sekolah, tetapi tidak bersekolah.

Baca Juga :  Usai Dilantik, Ditugasi Kawal Netralitas ASN

    “Anak-anak ini bertempat tinggal di sekitar daerah Kodam Lama kemudian ada juga yang berasal dari daerah Ajen.  Anak-anak ini tinggal dan ada orang tua mereka, tetapi 80 sampai 90% nya tidak sekolah,” ujarnya Sabtu (19/10).

    Menurutnya, anak-anak yang tidak bersekolah itu, disebabkan karena minimnya biaya. Meski  untuk biaya uang sekolah atau SPP digratiskan,  tetapi untuk kebutuhan lain seperti seragam sekolah buku tulis dan kebutuhan penunjang sekolah lainnya, tidak bisa terpenuhi oleh masing-masing orang tua anak, sehingga mereka kemudian dibiarkan tidak bersekolah.

   “Hal itu karena terkendala biaya walaupun sekolah gratis, tetapi untuk masalah transportasi, buku dan perlengkapan sekolah mereka kurang bisa untuk memenuhinya,” bebernya.

Baca Juga :  Diduga Maladministrasi, FPHS Lapor Kejati Papua Ke Ombudsman

   Saat ini komunitas tersebut terlibat aktif untuk memberikan pengajaran terutama baca tulis hitung bagi puluhan anak-anak tersebut. Mereka  ikumpulkan oleh komunitas tersebut setiap hari Sabtu untuk mengikuti pembelajaran baca tulis hitung selama 4 sampai 5 jam.

    ” Karena anggota komunitas kita ini ada yang sekolah SMA ada yang tamat SMA ada yang sudah bekerja, jadi kita ambil waktu setiap hari Sabtu,” tambahnya. (roy/tri)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Berita Terbaru

Artikel Lainnya