Saturday, April 20, 2024
31.7 C
Jayapura

Kurangi Rapid dan Perkuat Swab

Ketua Komisi V DPR Papua, Timiles Yikwa

JAYAPURA – Ketua Komisi V DPR Papua, Timiles Yikwa berpendapat bahwa tim gugus covid 19 perlu mengevaluasi soal penanganan pandemi covid di lapangan. Pasalnya selama ini upaya untuk menjaring warga dilakukan dengan tes rapid dan ternyata hasil ini hanya bisa digunakan selama 3 hari yang artinya selepas itu, status orang tersebut kembali nol, kembali bisa membawa wabah virus tanpa diketahui siapapun.

 Ini kata Timiles tak terlalu efektif dan terkesan membuang – buang biaya karena hanya bisa dibaca selama 3 hari. Ia menyarankan untuk dilakukan swab sehingga ketika betul dinyatakan positif maka langsung dilakukan penanganan sedangkan mereka yang reaktif atau bergejala diminta untuk melakukan karantina. “Saya pikir tidak perlu rapid lagi, ini seperti buang – buang biaya karena hanya dipakai 3 hari. Setelah itu pasien bisa kembali tertular jadi sebaiknya jika hitung – hitungan anggaran cukup maka sebaiknya langsung PCR atau swab saja,” saran Timiles. 

Baca Juga :  Suhu Naik, Bukan Karena Gelombang Panas

 Hal serupa disampaikan Ketua DPR Kota Jayapura, Abisai Rollo yang meminta alat untuk tes PCR atau swab diperbanyak. Kekuatan dalam penanganan yang tahapannya sudah pada swab diperkuat dan bukan lagi sekedar tes rapid. “Saya pikir alat swab ini yang diperbanyak,  kalau hanya reaktif lalu ditampung –  tampung itu biaya besar juga dan ada juga yang tinggal terlalu lama akhirnya pasien bosan juga. Jadi saya pikir pemerintah kota maupun provinsi perlu bersinergi perbanyak alat tes swab ini. Jadi yang positif langsung ditangani insentif,” jelasnya. 

 Namun bisa juga yang reaktif tetap dikarantina namun jangan terlalu lama karena akan berbicara soal anggaran. “Kalau semua ditampung – tampung dampak lainnya adalah ke sosial, orang takut kalau mengetahui ada ratusan yang baru padahal hanya reaktif dan bisa jadi karena penyakit lain jadi kalau memang mau ditampung mungkin paling lama 3 hari saja,” imbuhnya. (ade/wen)

Baca Juga :  Tabrak Pohon, Pria Paro Baya Tewas
Ketua Komisi V DPR Papua, Timiles Yikwa

JAYAPURA – Ketua Komisi V DPR Papua, Timiles Yikwa berpendapat bahwa tim gugus covid 19 perlu mengevaluasi soal penanganan pandemi covid di lapangan. Pasalnya selama ini upaya untuk menjaring warga dilakukan dengan tes rapid dan ternyata hasil ini hanya bisa digunakan selama 3 hari yang artinya selepas itu, status orang tersebut kembali nol, kembali bisa membawa wabah virus tanpa diketahui siapapun.

 Ini kata Timiles tak terlalu efektif dan terkesan membuang – buang biaya karena hanya bisa dibaca selama 3 hari. Ia menyarankan untuk dilakukan swab sehingga ketika betul dinyatakan positif maka langsung dilakukan penanganan sedangkan mereka yang reaktif atau bergejala diminta untuk melakukan karantina. “Saya pikir tidak perlu rapid lagi, ini seperti buang – buang biaya karena hanya dipakai 3 hari. Setelah itu pasien bisa kembali tertular jadi sebaiknya jika hitung – hitungan anggaran cukup maka sebaiknya langsung PCR atau swab saja,” saran Timiles. 

Baca Juga :  Ajak Umat Tidak Boleh  Golput

 Hal serupa disampaikan Ketua DPR Kota Jayapura, Abisai Rollo yang meminta alat untuk tes PCR atau swab diperbanyak. Kekuatan dalam penanganan yang tahapannya sudah pada swab diperkuat dan bukan lagi sekedar tes rapid. “Saya pikir alat swab ini yang diperbanyak,  kalau hanya reaktif lalu ditampung –  tampung itu biaya besar juga dan ada juga yang tinggal terlalu lama akhirnya pasien bosan juga. Jadi saya pikir pemerintah kota maupun provinsi perlu bersinergi perbanyak alat tes swab ini. Jadi yang positif langsung ditangani insentif,” jelasnya. 

 Namun bisa juga yang reaktif tetap dikarantina namun jangan terlalu lama karena akan berbicara soal anggaran. “Kalau semua ditampung – tampung dampak lainnya adalah ke sosial, orang takut kalau mengetahui ada ratusan yang baru padahal hanya reaktif dan bisa jadi karena penyakit lain jadi kalau memang mau ditampung mungkin paling lama 3 hari saja,” imbuhnya. (ade/wen)

Baca Juga :  Suhu Naik, Bukan Karena Gelombang Panas

Berita Terbaru

Artikel Lainnya