Tuesday, April 23, 2024
31.7 C
Jayapura

Kerja Tak Dibayar, Kadang Ditanya Ini Ada Apa?

Salah satu anggota JLP, Marcel Mauri memungut sampah di bawah dermaga Abesau, Abepura belum lama ini. JLP menjadi komunitas yang suka membersihkan sampah di Kota Jayapura yang bekerja secara sukarela. ( FOTO : Gamel Cepos )

Menyimak Aktifitas Komunitas Jayapura Litter Pickers yang Mirip Petugas Kebersihan 

Keberhasilan program kebersihan Kota Jayapura tak bisa hanya dilakukan pemerintah. Apalagi kalimat kebersihan menjadi tanggungjawab bersama yang sering muncul dalam acara seremoni. Perlu  gerakan atau kelompok yang ikut peduli. Salah satunya Jayapura Litter Pickers.

Laporan : Abdel Gamel Naser – Jayapura 

Dalam HUT Kota Jayapura tahun ini tajuk utama yang diusung adalah takut Tuhan dan peduli lingkungan. Isu lingkungan begitu kuat di bawah kepemimpinan Benhur Tomi Mano dan Rustan Saru. Hanya saja semua visi yang tertuang pada agenda pembangunan  tentu tak mudah dikerjakan tanpa keterlibatan masyarakat dan kelompok – kelompok yang memang  berempati. Dan pada periode kedua memimpin  jika dilihat dari sektor kebersihan dan lingkungan hidup disekitar Kota Jayapura jelas sekali ada perubahan. Jayapura terlihat lebih bersih. 

 Tinggal bagaimana mempertahankan kondisi yang ada atau bahkan memolesnya menjadi lebih baik. Berbicara kebersihan kota, Pemkot melalui Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan  menjadi ujung tombak lahirnya prestasi kebersihan di Jayapura didukung dengan personil dan armada, OPD ini mampu melahap berbagai sampah dijalur protokol. Dari semangat ini kelompok-kelompok lain ikut bermunculan, salah satunya Jayapura Litter Pickers (JLP). Dari nama tentunya  belum familiar mengingat komunitas ini belum 1 tahun umurnya. Komunitas ini memiliki anggota ta sampai 20 orang namun aktifitas yang dilakukan sangat positif.

 Mendatangi satu persatu lokasi di Jayapura dan membersihkan sampah yang ditemukan  tanpa harus  dibayar. Tak hanya taman tetapi juga lokasi pasar yang identik dengan berbagai jenis sampah juga didatangi. Tujuannya sama, membersihkan. Meski masih baru,komitmen dan  semangat yang ditunjukkan tak diragukan. Sejumlah titik  sudah didatangi dan dibersihkan. Menurut Ketua JLP, Rizaldi Bauw bahwa awal terbentuk JLP ini termotivasi dri kedatangan dua warga negara asing  bernama Mathew (Jerman) dan Nadine (Inggris). 

 Keduanya dari komunitas Nafigating Nature di negara mereka  dan ketika itu  keduanya membuat kegiatan di bawah jembatan depan Telkom Jayapura dan saat itu  hanya 7 orang  yang datang. Nah setelah bersih-bersih ini mereka akhirnya berkumpul di Taman Imbi dan Mathew bersama Nadine  menyampaikan bahwa kegiatan mengumpulkan sampah sudah sering dilakukan dan menjadi aktifitas rutin komunitas mereka. Hanya sayangnya keberadaan keduanya  hanya 2 minggu. Disitu keduanya berharap ada komunitas serupa yang mau menjaga Kota Jayapura. 

Baca Juga :  Jatuh di Kesehatan, Kuota 70 Persen Untuk OAP Tak Terpenuhi.

 “Dari pertemuan ini beberapa peserta lantas berfikir bahwa apa yang dilakukan Mathew dan Nadine juga bisa dilakukan kami sehingga kami berkomitmen untuk melanjutkan apa yang sudah dilakukan keduanya,” kata Rizaldi, Jumat (19/4). Setelah beberapa minggu bersama, Mathew  dan Nadine  akhirnya berangkat dan malam itu mereka sepakan mengisi dengan membersihkan pantai Dok 2,  esoknya keduanya pulang. “Nama Jayapura Litter pickers  sendiri merupakan nama yang diberikan Mathew dan Nadine ke kaka Kris, mereka berharap apa yang mereka lakukan bisa terus berlanjut sampai Papua betul2 bebas sampah terutama sampah plastik,” jelasnya.

 Dikatakan  bahwa tujuan awal lahirnya JLP hanya focus timbulan sampah plastik  yang dianggap sangat berbahaya bagi biota laut. Namun saat Ini bukan hanya itu melainkan di semua dengan berbagai jenis sampah. “Setiap aksi yang spontan ini kami mencoba ikut mengedukasi banyak orang untuk peduli,” tambahnya. 

Sementara ditambahkan salah satu anggota JLP, Marcel Mauri bahwa banyak respon maupun tanggapan warga dari aksi yang dilakukan selama ini. Kadang ada yang bingung karena berfikir yang lakukan adalah pemerintah atau dinas. Namun kebanyakan memberi apresiasi karena lokasi yang didatangi menjadi bersih. “Waktu di Pasar Hamadi banyak yang bingung bertanya ini (kelompok) dari  mana, ko mau-maunya angkat sampah sampai ke lorong-lorong,” beber Marcel. Aksi yang dilakukan juga kadang dikatakan tak mudah jika sudah bertemu sampah basah. 

 Kata Marcel aksi terakhir di Terminal Entrop ternyata banyak  ditemukan masyarakat yang buang air ke dalam botol air mineral. “Dan itu kami juga angkat dengan lebih dulu membuang  air kencingnya dan itu sangat bau tapi ini sudah menjadi komitmen  sehingga mau tidak mau harus tetap dibersihkan,” bebernya. Pemuda yang berstatus mahasiswa ini mengakui bahwa sampah plastik di Kota Jayapura masih sangat banyak. Pemahaman dan kebiasaan warga yang hanya menggunakan kemudian membuang menjadi satu indikator banyaknya sampah plastik. 

Baca Juga :  Sudah Tepat, Perusak Lingkungan Wajib Diproses Hukum

 “Jadi kami melihat banyak yang belum memahami bagaimana mengurangi sampah plastik. Padahal jenis plastik ini beragam dan semuanya berbahaya sebab tidak semua bisa di daur ulang,” jelasnya. Aksi bersih yang dilakukan JPL memang tak sekedar di kulit-kulit, bahkan  tak jarang mereka ikut membersihkan sampah di drainase termasuk naik ke lantai dua Pasar Hamadi untuk memastikan tak ada sampah plastik yang terlewat. Jadi JPL lebih banyak bekerja simple yaitu mengumpulkan sampah. Pekerjaan yang sama seperti petugas kebersihan di Kota Jayapura. Hanya yang membedakan JPL tak digaji dan tak memiliki peralatan. 

 Sementara terkait kendala di lapangan adalah tidak tersedianya angkutan untuk mengangkut sampah jadi setelah dikumpulkan kebanyakan sampah-sampah ini dijadikan satu untuk nantinya diangkut. “Selain itu tidak tersEdianya alat pelindung diri. Selama ini kami bekerja hanya bermodalkan sarung tangan medis dan juga masker, selebihnya seperti sepatu boot , garu, sapu belum tersedia,” beber Rizaldi. 

 “Selain membersihkan, tujuan kami juga mengajak masyarakat khususnya kaum muda agar lebih peduli soal sampah plastik. Jangan ketika ada banjir ada bencana baru saling menyalahkan tapi dari diri kita sendiri tidak pernah tergerak untuk berbuat hal positif,” bebernya. Dalam akun Instragrm LP mereka juga menjelaskan tentang bagaimana mengenal enam jenis kategori plastik mulai dari Polyethylene terephthalate, High Density Polietilen atau HPDE,  Plasticised Polyvinyl chloride atau yang sering disebut PVC, Low density polyethylene atau LPDE, Polypropylene atau PP dan Polystyrene aau PS yang tidak semua bisa didaur ulang. (*/wen)

Salah satu anggota JLP, Marcel Mauri memungut sampah di bawah dermaga Abesau, Abepura belum lama ini. JLP menjadi komunitas yang suka membersihkan sampah di Kota Jayapura yang bekerja secara sukarela. ( FOTO : Gamel Cepos )

Menyimak Aktifitas Komunitas Jayapura Litter Pickers yang Mirip Petugas Kebersihan 

Keberhasilan program kebersihan Kota Jayapura tak bisa hanya dilakukan pemerintah. Apalagi kalimat kebersihan menjadi tanggungjawab bersama yang sering muncul dalam acara seremoni. Perlu  gerakan atau kelompok yang ikut peduli. Salah satunya Jayapura Litter Pickers.

Laporan : Abdel Gamel Naser – Jayapura 

Dalam HUT Kota Jayapura tahun ini tajuk utama yang diusung adalah takut Tuhan dan peduli lingkungan. Isu lingkungan begitu kuat di bawah kepemimpinan Benhur Tomi Mano dan Rustan Saru. Hanya saja semua visi yang tertuang pada agenda pembangunan  tentu tak mudah dikerjakan tanpa keterlibatan masyarakat dan kelompok – kelompok yang memang  berempati. Dan pada periode kedua memimpin  jika dilihat dari sektor kebersihan dan lingkungan hidup disekitar Kota Jayapura jelas sekali ada perubahan. Jayapura terlihat lebih bersih. 

 Tinggal bagaimana mempertahankan kondisi yang ada atau bahkan memolesnya menjadi lebih baik. Berbicara kebersihan kota, Pemkot melalui Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan  menjadi ujung tombak lahirnya prestasi kebersihan di Jayapura didukung dengan personil dan armada, OPD ini mampu melahap berbagai sampah dijalur protokol. Dari semangat ini kelompok-kelompok lain ikut bermunculan, salah satunya Jayapura Litter Pickers (JLP). Dari nama tentunya  belum familiar mengingat komunitas ini belum 1 tahun umurnya. Komunitas ini memiliki anggota ta sampai 20 orang namun aktifitas yang dilakukan sangat positif.

 Mendatangi satu persatu lokasi di Jayapura dan membersihkan sampah yang ditemukan  tanpa harus  dibayar. Tak hanya taman tetapi juga lokasi pasar yang identik dengan berbagai jenis sampah juga didatangi. Tujuannya sama, membersihkan. Meski masih baru,komitmen dan  semangat yang ditunjukkan tak diragukan. Sejumlah titik  sudah didatangi dan dibersihkan. Menurut Ketua JLP, Rizaldi Bauw bahwa awal terbentuk JLP ini termotivasi dri kedatangan dua warga negara asing  bernama Mathew (Jerman) dan Nadine (Inggris). 

 Keduanya dari komunitas Nafigating Nature di negara mereka  dan ketika itu  keduanya membuat kegiatan di bawah jembatan depan Telkom Jayapura dan saat itu  hanya 7 orang  yang datang. Nah setelah bersih-bersih ini mereka akhirnya berkumpul di Taman Imbi dan Mathew bersama Nadine  menyampaikan bahwa kegiatan mengumpulkan sampah sudah sering dilakukan dan menjadi aktifitas rutin komunitas mereka. Hanya sayangnya keberadaan keduanya  hanya 2 minggu. Disitu keduanya berharap ada komunitas serupa yang mau menjaga Kota Jayapura. 

Baca Juga :  Sisa Tiga Bulan, OPD Diminta Genjot Realisasi Fisik dan Anggaran

 “Dari pertemuan ini beberapa peserta lantas berfikir bahwa apa yang dilakukan Mathew dan Nadine juga bisa dilakukan kami sehingga kami berkomitmen untuk melanjutkan apa yang sudah dilakukan keduanya,” kata Rizaldi, Jumat (19/4). Setelah beberapa minggu bersama, Mathew  dan Nadine  akhirnya berangkat dan malam itu mereka sepakan mengisi dengan membersihkan pantai Dok 2,  esoknya keduanya pulang. “Nama Jayapura Litter pickers  sendiri merupakan nama yang diberikan Mathew dan Nadine ke kaka Kris, mereka berharap apa yang mereka lakukan bisa terus berlanjut sampai Papua betul2 bebas sampah terutama sampah plastik,” jelasnya.

 Dikatakan  bahwa tujuan awal lahirnya JLP hanya focus timbulan sampah plastik  yang dianggap sangat berbahaya bagi biota laut. Namun saat Ini bukan hanya itu melainkan di semua dengan berbagai jenis sampah. “Setiap aksi yang spontan ini kami mencoba ikut mengedukasi banyak orang untuk peduli,” tambahnya. 

Sementara ditambahkan salah satu anggota JLP, Marcel Mauri bahwa banyak respon maupun tanggapan warga dari aksi yang dilakukan selama ini. Kadang ada yang bingung karena berfikir yang lakukan adalah pemerintah atau dinas. Namun kebanyakan memberi apresiasi karena lokasi yang didatangi menjadi bersih. “Waktu di Pasar Hamadi banyak yang bingung bertanya ini (kelompok) dari  mana, ko mau-maunya angkat sampah sampai ke lorong-lorong,” beber Marcel. Aksi yang dilakukan juga kadang dikatakan tak mudah jika sudah bertemu sampah basah. 

 Kata Marcel aksi terakhir di Terminal Entrop ternyata banyak  ditemukan masyarakat yang buang air ke dalam botol air mineral. “Dan itu kami juga angkat dengan lebih dulu membuang  air kencingnya dan itu sangat bau tapi ini sudah menjadi komitmen  sehingga mau tidak mau harus tetap dibersihkan,” bebernya. Pemuda yang berstatus mahasiswa ini mengakui bahwa sampah plastik di Kota Jayapura masih sangat banyak. Pemahaman dan kebiasaan warga yang hanya menggunakan kemudian membuang menjadi satu indikator banyaknya sampah plastik. 

Baca Juga :  Kampung Nelayan Akan Dikelola dan Ditata Rapi Dinas Pariwisata

 “Jadi kami melihat banyak yang belum memahami bagaimana mengurangi sampah plastik. Padahal jenis plastik ini beragam dan semuanya berbahaya sebab tidak semua bisa di daur ulang,” jelasnya. Aksi bersih yang dilakukan JPL memang tak sekedar di kulit-kulit, bahkan  tak jarang mereka ikut membersihkan sampah di drainase termasuk naik ke lantai dua Pasar Hamadi untuk memastikan tak ada sampah plastik yang terlewat. Jadi JPL lebih banyak bekerja simple yaitu mengumpulkan sampah. Pekerjaan yang sama seperti petugas kebersihan di Kota Jayapura. Hanya yang membedakan JPL tak digaji dan tak memiliki peralatan. 

 Sementara terkait kendala di lapangan adalah tidak tersedianya angkutan untuk mengangkut sampah jadi setelah dikumpulkan kebanyakan sampah-sampah ini dijadikan satu untuk nantinya diangkut. “Selain itu tidak tersEdianya alat pelindung diri. Selama ini kami bekerja hanya bermodalkan sarung tangan medis dan juga masker, selebihnya seperti sepatu boot , garu, sapu belum tersedia,” beber Rizaldi. 

 “Selain membersihkan, tujuan kami juga mengajak masyarakat khususnya kaum muda agar lebih peduli soal sampah plastik. Jangan ketika ada banjir ada bencana baru saling menyalahkan tapi dari diri kita sendiri tidak pernah tergerak untuk berbuat hal positif,” bebernya. Dalam akun Instragrm LP mereka juga menjelaskan tentang bagaimana mengenal enam jenis kategori plastik mulai dari Polyethylene terephthalate, High Density Polietilen atau HPDE,  Plasticised Polyvinyl chloride atau yang sering disebut PVC, Low density polyethylene atau LPDE, Polypropylene atau PP dan Polystyrene aau PS yang tidak semua bisa didaur ulang. (*/wen)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya