Friday, October 18, 2024
28.7 C
Jayapura

Perkawinan Dini Jadi Penyebab Tingginya Angka Stunting 

JAYAPURA – Pemerintah Provinsi Papua, mensinyalir bahwa perkawinan usia dini, jadi salah satu faktor penyebab tingginya angka stunting di Papua. Hal itu disampaikan Pj Gubernur Papua, Ramses Limbong usai pengukuhan Kepala BKKBN Provinsi Papua, di Kantor Gubernur, Rabu (16/10).

   “Penyebab stunting di Papua, pertama adalah perkawinan usia dini. Kedua, masalah tingkat kehidupan. Tingkat kehidupan di kampung-kampung di Papua masih perlu kita tingkatkan,” kata Ramses.

   Untuk mengurangi angka perkawinan dini, Ramses menyebut pihaknya akan melakukan pendekatan ke masyarakat melalui Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3KB).

   “Kita bisa melakukan pendekatan melalui DP3KB, mereka nanti menjelaskan ke masyarakat tentang pentingnya kesehatan ibu dan anak. Termasuk menjelaskan dampak dari perkawinan dini,” ujarnya.

Baca Juga :  Ditemui Mama-mama PNG, Pemkot Jayapura Nyatakan Siap Kerjasama

  Selain itu juga, DP3KB mensosialisasikan terkait idealnya usia pernikahan. Dimana ideal pernikahan adalah 21 hingga 25 tahun, namun kenyataanya masih banyak ditemui menikah dibawah umur dikarenakan faktor adat dan sebagainya.

  “Sehingga itu perlunya juga pendekatan kearifan lokal khususnya adat istiadat, sebab ada di beberapa daerah di Papua karena kebiasaan adatnya menyebabkan perkawinan dini itu masih banyak ditemui, dan ini sangat rentang terhadap stunting,” jelasnya.

   Menurutnya, dengan langkah ini bisa meminimalisir perkawinan dan mengurangi stunting. Dengan begitu, kesejahteraan masyarakat juga meningkat yang berdampak pada mengurangi stunting.

   “Penanganan stunting menjadi program prioritas nasional untuk menuju Indonesia emas tahun 2045, diharapkan usia-usia produktif mampu berkarya,” ujarnya.

Baca Juga :  Warga Keluhkan Sering Terjadinya Banjir Akibat Peninggian Ruas Jalan

   Sementara itu, Kepala Perwakilan BKKBN Perwakilan Papua, Charles Barbar mengatakan angka perkawinan dini masih tinggi di Papua. “Ini juga salah satu penyebab terjadinya stunting, perempuan harusnya menikah dengan usia yang ideal dan saat hamil harus melalui proses skirining di kabupaten/kota,” kata Charles kepada Cenderawasih Pos.

   Charles menyebut angka stunting di Papua meliputi 29 kabupaten/kota mencapai 28,6 persen, presentase angka ini lebih tinggi dari angka stunting nasional. (fia/tri)

Pj Gubernur Papua Ramses Limbong saat bersalaman dengan salah satu pelajar di Biak belum lama ini. Ia menyebut perkawinan dini salah satu penyebab tingginya angka stunting di Papua. (FOTO: Elfira/Cepos)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

JAYAPURA – Pemerintah Provinsi Papua, mensinyalir bahwa perkawinan usia dini, jadi salah satu faktor penyebab tingginya angka stunting di Papua. Hal itu disampaikan Pj Gubernur Papua, Ramses Limbong usai pengukuhan Kepala BKKBN Provinsi Papua, di Kantor Gubernur, Rabu (16/10).

   “Penyebab stunting di Papua, pertama adalah perkawinan usia dini. Kedua, masalah tingkat kehidupan. Tingkat kehidupan di kampung-kampung di Papua masih perlu kita tingkatkan,” kata Ramses.

   Untuk mengurangi angka perkawinan dini, Ramses menyebut pihaknya akan melakukan pendekatan ke masyarakat melalui Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3KB).

   “Kita bisa melakukan pendekatan melalui DP3KB, mereka nanti menjelaskan ke masyarakat tentang pentingnya kesehatan ibu dan anak. Termasuk menjelaskan dampak dari perkawinan dini,” ujarnya.

Baca Juga :  Permudah Laporan Kekerasan, Dorong Pembentukan UPTD PPA di Kabupaten/Kota

  Selain itu juga, DP3KB mensosialisasikan terkait idealnya usia pernikahan. Dimana ideal pernikahan adalah 21 hingga 25 tahun, namun kenyataanya masih banyak ditemui menikah dibawah umur dikarenakan faktor adat dan sebagainya.

  “Sehingga itu perlunya juga pendekatan kearifan lokal khususnya adat istiadat, sebab ada di beberapa daerah di Papua karena kebiasaan adatnya menyebabkan perkawinan dini itu masih banyak ditemui, dan ini sangat rentang terhadap stunting,” jelasnya.

   Menurutnya, dengan langkah ini bisa meminimalisir perkawinan dan mengurangi stunting. Dengan begitu, kesejahteraan masyarakat juga meningkat yang berdampak pada mengurangi stunting.

   “Penanganan stunting menjadi program prioritas nasional untuk menuju Indonesia emas tahun 2045, diharapkan usia-usia produktif mampu berkarya,” ujarnya.

Baca Juga :  Cerita Masrifah Penjual Peyek yang Menangis Usai Kaos Pemberian Jokowi Dirampas

   Sementara itu, Kepala Perwakilan BKKBN Perwakilan Papua, Charles Barbar mengatakan angka perkawinan dini masih tinggi di Papua. “Ini juga salah satu penyebab terjadinya stunting, perempuan harusnya menikah dengan usia yang ideal dan saat hamil harus melalui proses skirining di kabupaten/kota,” kata Charles kepada Cenderawasih Pos.

   Charles menyebut angka stunting di Papua meliputi 29 kabupaten/kota mencapai 28,6 persen, presentase angka ini lebih tinggi dari angka stunting nasional. (fia/tri)

Pj Gubernur Papua Ramses Limbong saat bersalaman dengan salah satu pelajar di Biak belum lama ini. Ia menyebut perkawinan dini salah satu penyebab tingginya angka stunting di Papua. (FOTO: Elfira/Cepos)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Berita Terbaru

Artikel Lainnya